Bagian 24.

2K 178 3
                                    


Happy reading 🎉


Kabar bahwa bayi itu sudah di pulang kan sudah sampai ketelinga Alvin juga Bima, mereka tentu senang karena janji yang mereka buat ternyata bukan bualan semata

Tapi keluarga Nalendra tidak akan membantu Darren juga Wanda untuk kembali mendapatkan kepercayaan Elvio, mereka hanya akan memantau tanpa ikut campur

Dan minggu ini Alvin akan pulang kembali ke mansion mereka, karena semua masalah sudah selesai, Elvio juga butuh sekolah, tidak mungkin dia terus menerus cuti kan

Pagi ini keluarga Alvin sudah sibuk mengemas barang yang akan mereka bawa pulang, mau itu pakaian ataupun oleh oleh untuk orang yang ada di mansion, termasuk Elvio

Dari semalam anak itu sangat antusias setelah Alvin mengatakan mereka akan pulang, dia sangat merindukan Darren dan Wanda, pagi pagi sekali Elvio sudah bangun dan membuat kehebohan karena dia tidak sabar untuk pulang, mereka mengambil penerbangan pada siang hari, jadi mereka masih memiliki waktu untuk berkemas

"Mah!! Mamah!!" Teriak Elvio dari lantai atas

Dug
Dug
Tap
Tap

El berlari dari lantai atas menuju tangga membuat Tania membolakan matanya

"ADEK JANGAN LARI DI TANGGA!!"teriak Tania, namun Elvio tidak menghiraukannya

Setelah sampai di lantai bawah Elvio mendapat sambutan berupa jeweran di kupingnya oleh Tania

"Aw aw mah ih aw lepas" rengek Elvio

Tania pun melepaskan jeweran nya dan berkacak pinggang
"Tadi kenapa lari lari? Mau jatoh kamu??"

"Ya maaf, El kan buru buru" ucap Elvio dengan bibir mengerucut

"Kamu buru buru apa si dek? Toh packing nya udah beres sama mamah juga"ucap Alvin yang tiba tiba datang

"Iya kamu tuh emang gak kapok dulu pernah jatuh di tangga, untung cuma keseleo doang, gimana kalo keulang lagi terus kepalamu bocor" tambah Novan

"Abang ko do'a nya jelek" sewot Elvio

"Bukan gitu, tapi nanti gimana kalo bukan badan kamu yang pulang, gimana kalo cuma nama kamu doang gara gara jatoh di tangga, mau?" Sambung william

Elvio yang jadi tersangka diam sembari menundukkan kepalanya, tak lama dia terisak tapi berusaha menutupi nya, dia tidak mau di ejek abang abangnya karena cengeng

" William sudah, tuh adek nya nangis kan" lerai Tania

"Ya abisnya, orang nasehatin ko ya jawab terus, kesel aku mah" ucap William

"Sudah sudah, adek sini" ucap Alvin yang duduk di sofa

Elvio pun berjalan mendekati Alvin dan duduk di sebelah sang papah, Alvin yang melihat El terus menunduk pun memeluk anak itu dan menenangkan nya

"Udah jangan nangis, El udah gede loh masa nangis terus, maafin abangnya ya? Abang itu khawatir sama El bukan mau marahin El" ucap Alvin mencoba memberi pengertian agar anak anaknya tidak bertengkar terlalu lama

"Iya El ngerti ko, maafin El, El nya nakal terus" ucap Elvio lirih

"Senyum dong, jangan nunduk terus ah" ucap Tania yang sudah duduk di samping Elvio

El pun mengangkat kepalanya dan tersenyum, tapi saat melihat raut wajah William dia kembali murung

"Loh ko murung lagi?" Tanya Tania

"Abang nya marah" ucap El pelan tapi masih bisa di dengar mereka

Tania dan Alvin pun mendongak dan melihat wajah putranya yang datar

"William" ucap Alvin, William langsung mengalihkan tatapan nya pada sang ayah dan william mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya

Alvin menghembuskan nafas lelah, kenapa anaknya yang pecicilan berubah jadi tembok seperti ini, diapun melihat kearah sang istri seolah meminta bantuan, Tania yang paham tatapan suaminya pun menepuk jidatnya lelah dengan sikap keluarga nya, kadang absurd kadang dingin seperti isi kulkas

"William sudahlah, adek nya takut tuh kalo kamu kaya gitu" ucap Tania

William pun menghembuskan nafas lelah, diapun berjalan mendekati sang adik, setelah sampai di depan Elvio diapun duduk di bawah dan mendongak menatap wajah adiknya

"Maaf, abang bilang kaya gitu karena abang gak mau terjadi sesuatu sama kamu, kamu itu ceroboh kalo belum di kasih tau gitu kamu ga akan paham "ucap William panjang lebar

Mereka yang mendengar William berbicara seperti itu melongo tidak percaya, karena seingat mereka william orang yang pecicilan dan tidak bisa diam

"Kamu William kan? Adik abang?" Tanya Novan heran, sedangkan Alvin dan Tania hanya mengangguk seolah membernarkan pertanyaan Novan

"Ya iya, ini adik abang gimana sih" Ucap William heran

"Oh iya tadi kamu kenapa nyari mamah" ucap Tania

Seolah tersadar Elvio pun membolakan matanya dan menatap Tania dengan serius dengan mata merahnya karena habis menangis

"Mamah ada liat cincin di nakas kamar El gak?" Tanya Elvio

Tania berpikir dia semalam berada di kamar Elvio untuk membantu mengemas barang juga baju milik El tapi seingat nya dia tidak melihat kotak cincin maupun cincin di nakas kamar El

"Ngga ada tuh, mamah gak liat" jawab Tania

Elvio yang mendengar jawaban Tania pun menurunkan bahunya lesu, padahal itu hadiah untuk Wanda, dia sendiri yang memilih nya langsung secara spesial

"Emang itu cincin siapa? Punya El?" Tanya Alvin

Elvio hanya menggeleng kan kepalanya, dia tidak berminat menjawab pertanyaan Alvin dia sedang sedih

"Cincin yang El beli sama Abang bukan?" Tanya William

Elvio mendongak menatap William dan mengangguk pelan, william menepuk jidat El lumayan keras membuat siempunya meringis dan mengusap jidatnya yang dirasa sakit

"Abang ih sakit" gerutu Elvio

"Kamu kecil kecil ko pikun, cincinmu Kan kamu titipin di abang" ucap William

"Oh iya ya ko El bisa lupa" ucap Elvio dengan senyum lebar

"Tunggu, ini cincin apa sih ko abang gak paham" ucap Novan

"El beli cincin buat Mommy katanya bang" ucap William

Mereka yang mendengar perkataan william menatap El sendu, anak ini bagaimana pun sikap mereka terhadap dirinya, kenapa tidak pernah membalas mereka, dia tetap El yang baik hati, mereka berharap semoga kebahagiaan selalu bersama Elvio
.
.
.
.
TBC

Elvio Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang