Bulan memasuki ruangan yang bernama perpustakaan itu dengan mengendap-ngendap, mata nya menyusuri sekitar yang terlihat sangat sepi, mungkin karena jam pelajaran sedang berlangsung.
Saat sedang asik memperhatikan sekitar Bulan tak sengaja melihat objek yang menarik perhatian nya. Ia melihat seorang remaja lelaki sedang memunggungi diri nya, terlihat sangat sibuk sampai tak menyadari jika Bulan sudah berada di belakang nya. Gadis itu mendekati lelaki tadi dengan mengendap-ngendap seraya menghitung di dalam hati nya, satu, dua dan.....
"Dor."
Zidan yang tadi sedang berjongkok agar mempermudah kerjaan nya saat menyusun buku, ia langsung terlonjak karena tiba-tiba ada yang mengejutkan nya.
"ANJING LO BANGSAT," refleks nya, ia tidak bermaksud kasar, tapi karena terkejut ia refleks berbicara kasar. "Anjrit lo Lan, ngagetin aja, kalo jantung gue copot gimana tadi?"
Zidan memegang dada sebelah kiri tepat dimana jantung berada, jantung nya berdebar tak karuan, bukan karena jatuh cinta dengan Bulan, tapi terkejut karena kelakuan Bulan.
"Udah copot belum? Kok gue gak liat ya kalo udah copot?" Ucap Bulan dengan nada yang meledek, senyum dan tatapan yang juga meledek, membuat Zidan kesal setengah mati.
"Anjrit lo," ucap Zidan ngegas, ia masih sangat kesal dengan kelakuan Bulan yang tiba-tiba muncul dan mengejutkan nya.
"Hahahaha, kaget kan lo."
"Nggak, apaan, sini bantuin gue pilihin buku yang mau di bagiin ke anak-anak," Zidan menyangkal, dan mengalihkan topik dengan menyuruh Bulan membantunya.
"Halah, kalo kaget mah bilang aja kali ngab, gengsi banget jadi orang," Bulan ikut berjongkok di samping Zidan, ia memilih buku-buku yang akan di bagikan dan Zidan menyusun nya secara bertumpuk.
☆☆☆
Bel pertanda pulang sekolah sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu, tapi Bulan dan Ayla tak ada niatan untuk beranjak dari bangku nya. Hanya ada mereka berdua di kelas ini, tak ada satu pun manusia yang ada di sini.
"Pulang yuk Lan, Bunda nyuruh gue pulang cepet tadi," Ayla beranjak dari tempat nya, mengulur kan tangan untuk membantu Bulan berdiri.
"Gue pengen main ke rumah lo, males gua di rumah, lagian juga udah lama gak main ke rumah lo," Bulan menerima uluran tangan dari Ayla, ia memakai tas sekolah berwarna merah nya di punggung.
"Yaudah sih ke rumah kalo mau ke rumah, Bunda juga kemarin nanyain," Ayla menjawab.
Mereka berdua berjalan beriringan keluar pintu kelas, kembali beriringan di koridor sekolah.
"Eh tapi ga jadi deh Ay, lupa kalo hari ini ada urusan," ucap Bulan.
"Ga jelas lo."
☆☆☆
Prangg
Bulan menutup telinga nya, ia sudah biasa melihat semua ini, mendengar dua orang paru baya yang sedang bertengkar di dalam rumah nya.
"Mas, aku tuh cape, kamu ngerti gak sih?! Aku baru pulang kerja!!" Dania yang bergelar sebagai Mama tiri dari Bulan itu menjerit.
"Pulang kerja apa selingkuh Dania?!? Kamu kira aku gak tau kalau kamu main di luar?!" Tak hanya Dania, Ferry- Papa kandung Bulan pun sama, kedua nya tak ada yang ingin mengalah, sama-sama memiliki sifat yang keras kepala.
"Aku kerja!! Dan itu udah jelas mas, atau malah kamu yang selingkuh dengan wanita lain di luar sana?!" Dania menoleh kan wajahnya ke samping dengan senyum miring yang tercetak jelas di bibir nya, ketika Ferry tak dapat menjawab pertanyaan. "IYA KAN?! JAWAB MAS?!?"
"Emang kamu ada bukti apa menuduh ku Dania?! Aku tak akan pernah takut sebelum kamu menemukan bukti itu!!"
Dania mengeluarkan lembaran foto yang berada dalam tas nya dan melemparkannya tepat ke depan wajah Ferry. "Terus itu apa mas?! Aku udah mendem semua ini selama dua tahun terakhir, dan kamu malah menuduhku? Haha lucu kamu, kamu yang selingkuh kamu yang nuduh."
Bukan nya memisahkan Bulan malah bersantai seraya bersidekap dada dan menyender pada tembok sebelah pintu kamar tamu. "Nggak seru ih, harusnya tuh bacok-bacokan gitu loh, biar pada mati sekalian, muak gua liat nya." Setelah berucap demikian Bulan pergi begitu saja dari sana.
Ferry dan Dania menoleh ke arah Bulan, melihat punggung Bulan yang mengecil karena sudah sedikit jauh.
Samar-samar suara mereka berdua masih terdengar hingga luar. "Kamu liat kelakuan anak kamu mas!! Kurang ajar sama orang tua, gak punya sopan santun, attitude nya gak ada, itu karena siapa?! Ya karena kamu mas, kamu yang ngajarin dia kaya gitu!!"
Tak ingin mendengar lebih lanjut, Bulan memilih untuk pergi melajukan motor matic miliknya menjauhi rumah yang menurut nya neraka itu.
"Punya ortu kaya anjing semua, ya Allah gak maksud Bulan mau jadi durhaka, tapi Bulan udah muak sama semua nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIDAN
Teen FictionRembulan Azhara atau biasa di sebut dengan panggilan Bulan, gadis yang paling pendek di kelas Xll MIPA2, otak nya yang kadang lemot seperti jaringan 2g kadang juga lancar selancar aliran sungai yang mengikuti arus nya. Zidan Pradana si ketua kelas X...