-17-

4 1 0
                                    

"Anjay coyy, di kelas gue ada anak baru, cakep dong, makin betah dah gue di kelas," ucap Shaka heboh, ia begitu bangga dengan sekolah ini, karena mau mengirim satu anak baru yang begitu cantik walaupun masih cantik Ayla dan Bulan, tapi tak apa, yang penting, yang paling cantik di kelas nya adalah anak baru itu.

"Bentar lagi gue gebet, liat aja dah lo, kalo gak besok ya lusa, dia udah jadi cewek gue."

Pede sekali Aldo ini, emang cewek itu mau dengan Aldo? sangat halu, pikir Shaka.

"Cantik banget?" Tanya Kafka, ia jadi penasaran, secantik apa sih? Sampai-sampai Shaka bisa seheboh itu?
Astaga, ia hampir melupakan suatu fakta, bahwa Laska itu selalu heboh jika ada hal baru.

"Nggak sih, masih cantikan Ayla sama Bulan, tuh dua cewek gak bakalan ada yang nandingin cuyy, apa lagi kedua nya make hijab, beuh, makin-makin dah tuh cantik nya."

"Yeuh, gue gibeng lu," tangan Kafka sudah siap menempeleng kepala Shaka, namun karena ia masih mempunyai hati nurani, ia urungkan niat nya, yang ingin menempeleng kepala Shaka itu.

"Siapa nama nya?," Tanya Zidan.

"Shella."

Deg...

Nama itu...

☆☆☆

"Eh, Lan, kata nya ada anak baru tau, di jurusan bahasa, di kelas bahasa tiga," ucap Ayla pada Bulan yang ada di samping nya.

Saat ini kedua nya tengah menikmati bekal yang mereka berdua bawa dari rumah masing-masing, lebih memilih menghabiskan bekal di kelas dari pada harus desak-desakan di kantin, yang seperti nya padat sekali karena bel istirahat pertama berbunyi belum lama.

"Iya? Cewe apa cowo? Kalo cowo, ganteng gak? Kalo cewe, cantik gak?" Bulan memusatkan pandangan nya ke arah Ayla.

"Cewek, kalo gak salah nama nya... Shella," ujar Ayla, ia menyendok kan nasi dan lauk nya, lalu menyuap kan ke dalam mulut nya.

"Shella?" Ia hanya memastikan, takut-takut pendengar nya salah tangkap. Bulan diam, pandangan nya terus tertuju pada botol air minum yang di bawa nya dari rumah, nama itu seperti tak asing, tapi nama sia... pa?
Ia ingat, itu nama mantan pacar nya Zidan waktu SMP kelas 7 dan 8, mereka dua tahun berpacaran, lalu Zidan di tinggal begitu saja, di putusin tanpa sebab yang jelas, hal itu juga yang membuat Zidan tak mempunyai teman saat SMP. Namun, sedetik kemudian ia menggeleng, mengusir isi otak nya, yang bernama Shella bukan hanya gadis itu saja, banyak yang bernama Shella, jadi ia harus berpositif thinking.

"Iya, Shella, lo kenal?" Tanya Ayla.

"Oh, nggak," jawab Bulan, ia kembali melanjutkan acara makan bekal nya.

"Aneh lo."

☆☆☆

Jam pelajaran sedang berlangsung, tapi dengan santai Bulan berjalan di koridor kelas 12, ia sudah permisi ke kamar mandi tadi, sendiri, Ayla sebenar nya ingin menemani, tapi ia menolak, dengan alasan, ingin ke toilet sendiri sekali-kali, Ayla hanya bisa pasrah, ia membiarkan Bulan ke toilet sendirian, dan ia tak akan bertanggung jawab jika ada apa-apa yang terjadi dengan Bulan.

Bulan hanya mengiyakan saja, memang apa yang akan terjadi pada nya?
Tenang saja, ia akan baik-baik saja, ia bisa menjaga diri nya sendiri, dia sudah berumur 18 tahun, ia sudah besar, jika ada yang mengganggu nya tinggal tonjok saja wajah nya. Segampang itu memang.

Saat sedang asik melangkah, kapala nya ia edar kan, memperhatikan sekitar sekolah nya yang terlihat bersih, padahal sudah menjelang siang, tapi sekolah ini masih saja tetap bersih.

Bruk

Bulan hampir saja tersungkur jika ia tak bisa menyeimbangkan tubuh nya. Dia tak menyalahkan perempuan yang menabrak nya, di sini dia juga salah, karena tak melihat-lihat saat berjalan.

"Duh, kalo jalan tuh pake mata dong!!" Ucapan yang terdengar kesal itu meluncur dari mulut perempuan berambut sebahu yang menabrak nya tadi.

"Sorry gue gak liat... Liat," ucapan Bulan sedikit terbatah di akhir kalimat, saat wajah nya mendongak dan melihat siapa yang menabrak nya.

Wajah itu?
Ia mengenal perempuan ini, dia Shella, dugaan nya benar, mengapa dunia ini rasa nya sempit sekali? Ya benar, dia mantan nya Zidan sewaktu mereka SMP.

Bukan nya Shella pindah ke australi? Mengapa sekarang ada di sini?
Pikiran Bulan bertanya-tanya.

"Shella? Lo beneran Shella kan?"

Shella yang mendengar nama nya di panggil pun mendongak, ia bangkit dan membersih kan rok abu selutut nya, karena tadi ia jatuh terduduk, lalu di ikuti merapikan rambut nya.

"Apa sih? SKSD banget jadi orang, iyuh," kata Shella dengan logat-logat pickme.

Bulan mendelik, kesal sendiri dengan sikap Shella yang sok cantik ini. "Lah? SKSD darimana? Orang gue nanya."

"Ya itu, SKSD nama nya."

Bulan mengangguk saja mendengar nya, sudah malas, "oh, ada teori baru ya sekarang? Bertanya sama dengan SKSD, gokil."

ZIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang