Malam yang indah, langit gelap yang bertaburan banyak bintang dan di sinari oleh terang nya rembulan, sangat indah, langit malam adalah salah satu hal favorit bagi lelaki yang saat ini tengah berdiri di balkon kamar nya seraya menatap ke atas langit.
Lelaki itu Zidan Pradana si ketua kelas paling ganteng yang ada di SMANDU, jam menunjuk kan pukul 00.13 wib, sudah sangat larut, namun matanya tak bisa di ajak kompromi, rasa kantuknya tak ada tanda-tanda ingin datang.
Kaki nya berdiri tegak, tangan nya ia tumpu kan pada pembatas balkon sehingga badan nya jadi terlihat seperti membungkuk, namun nyatanya tidak.
Gelas berwarna putih bening yang berada di tangan kanan nya, ia arahkan ke bibir, menyeruput air yang berada di dalam gelas itu hingga tandas.
Ia rasa hidup nya sangat monoton, tetap berada di situ tanpa bisa berlari menjauh, ia tak bisa berjalan ataupun berlari dari sini, tak ada kemajuan, semua yang dia rasakan sama seperti hari-hari sebelumnya, ia selalu ingin menjadi lebih baik, tapi semua nya terlalu abu-abu sampai tak bisa ia rubah menjadi berwarna.
Zidan menghelah nafas panjang, ia sungguh lelah hari ini, menjadi ketua kelas bukan lah keinginan nya, apalagi ia sudah memasuki kelas XII semester akhir, sangat melelahkan, perlu belajar ekstra untuk bisa lulus dari sekolah nya dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Ia memilih untuk masuk ke dalam kamar, mencoba untuk memaksa matanya agar mau tertutup, sebelum benar-benar tertidur ia menyempatkan diri untuk menutup pintu balkon dan tirai putih nya, dan merebahkan diri di atas kasur. Kedua mata ia pejamkan berharap rasa kantuk cepat datang menyerang.
☆☆☆
Bulan melipat sajadah di lanjut melipat mukenah, ia baru saja selesai mengerjakan salah satu shalat wajib yaitu shalat subuh.
Kepala nya ia dongakan untuk melihat jam yang betapa di atas dinding, berbentuk bulat seperti lingkaran, jam dinding itu menunjukkan pukul 05:19 wib, masih sangat pagi jika ingin pergi ke sekolah, jadi ia lebih memilih pergi ke dapur, memasak lauk pauk untuk sarapan nanti.
Ia hanya memasak satu mangkuk sayur tumis kangkung, jangan tanya mengapa cuma sedikit? Ia hanya sendirian di rumah, tak ada manusia lain yang berada di sini, Mama tiri dan Papa nya tak pulang malam tadi, mungkin karena lembur? Mereka memang lebih mementingkan pekerjaan daripada anak nya sendiri, namun Bulan sudah tak peduli lagi dengan mereka, ia pun bisa mengurus rumah sendiri tanpa bantuan siapapun, ia juga lebih senang jika kedua orangtuanya itu tak ada di rumah daripada di rumah hanya bisa menghancurkan isi dalam rumahnya saja, ia benci keributan yang tercipta dari kedua orangtuanya itu.
Karena tak ingin berlarut-larut, lebih baik ia sarapan dan segera membersihkan rumah lalu pergi ke sekolah.
☆☆☆
Hari ini adalah hari kamis, jadwal pelajaran pertama nya Pak Dandut, yaitu pelajaran agama.
Bulan menatap Ayla, Ayla yang merasa di perhatikan pun menoleh, Ayla memutar bola matanya malas, sial, ia mengerti tatapan itu, ia mengalihkan pandangan nya, terlalu malas melihat temannya yang seperti nya kurang belaian ini.
"Ambil noh di tas, gue tau, lo belum siap ngerjain pr kan," ucap Ayla.
"Haduh, tau aja sih, makin cintah deh sama Ayla, sarangheo Ayla," Bulan mengucap kan itu dengan mata yang mengerling dan tangan yang jari jempol dan jari telunjuknya di satu kan sehingga berbentuk seperti sarangheo, genit sekali.
"Najis."
Menggoda Ayla adalah salah satu hobi Bulan, mengapa? Karena ekspresi yang di tampilkan oleh Ayla beragam, membuat ia semakin senang mengganggu nya.
Jangan berpikir yang aneh-aneh, Bulan masih normal, ia masih menyukai lawan jenis, tapi memang Ayla selucu itu saat di goda, mungkin yang akan menjadi suami nya nanti akan sangat suka menggodanya.
"Hahaha," tawa Bulan, padahal Pak Dandut sebentar lagi akan memasuki kelas, tapi ia masih saja santai.
Ayla menggeleng pelan, tak heran lagi dengan tingkah Bulan yang kelewat random dan memiliki humor yang rendah. "Cepet kerjain sana, ntar keburu Pak Dandut masuk," suruh nya ke pada Bulan yang masih cangengas-cengenges.
"SIAP BUNDA RATU," tangan nya naik ke ujung alis memperagakan orang yang sedang hormat kepada ketuanya, ia segera mengambil peralatan tulisnya, mengambil buku agama milik Ayla dan milik nya sendiri di dalam tas, lalu mengerjakan tugas yang di suruh kemarin dan akan di kumpulkan hari ini.
Bulan menutup bukunya setelah selesai mengerjakan pr agama itu, ia mengembalikan buku Ayla ke dalam tas.
"Makasih yo cintah."
"Yoi."
Ayla melanjutkan bermain hp, membuka aplikasi yang bernama Instagram, ia terus men-scroll ke bawah sesekali berhenti untuk nge-like foto cowo-cowo korea kesukaan nya.
"Ay, pak Dandut gak masuk kah? Kok lama banget? Tumbenan, biasanya juga hujan badai di terjang," cerocos Bulan dengan mata fokus pada handphone yang ada di genggaman tangan nya.
"Nggak, pak Dandut hari ini gak masuk, istrinya lahiran, makanya gue santai gak ngerjain tugas dari tadi," celetuk Zidan, ia menghadap kebelakang tempat Bulan dan Ayla berada.
"Kenapa lo gak bilang, Zidanjing," emosi Bulan, ia mengusap dada, mencoba bersabar dengan ketua kelas nya ini, padahal rasa ingin mencakar sudah sampai di ubun-ubun.
"Lan, ucapan nya," tegur Ayla, ia tak suka saat Bulan berucap kasar seperti itu.
"Sorry Ay, maaf, lo sih Dan," awalnya lembut, akhirnya? Ngegas lah, apalagi?
Lagi-lagi ia gelengkan kepalanya, sudah bosan dengan pertengkaran dua sejoli ini.
"Berantem aja terus, ntar jodoh baru tau rasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIDAN
Teen FictionRembulan Azhara atau biasa di sebut dengan panggilan Bulan, gadis yang paling pendek di kelas Xll MIPA2, otak nya yang kadang lemot seperti jaringan 2g kadang juga lancar selancar aliran sungai yang mengikuti arus nya. Zidan Pradana si ketua kelas X...