Saat ini Bulan berada di rumah Ayla, ia masih menggunakan seragam sekolah nya, ia tadi langsung ke sini tak mampir ke rumah nya terlebih dahulu, maka dari itu seragam sekolah masih melekat di tubuh nya.
"Bunda, ini Bulan bawain siomay kantin kesukaan Bunda."
Bulan menyerahkan kantung plastik yang berisi bungkusan siomay, Aika-Bunda nya Ayla, menerima kantung plastik pemberian Bulan.
"Makasih ya, repot-repot kamu, ayo masuk dulu," ucap Aika mempersilahkan Bulan masuk ke rumah berlantai dua itu.
"Sama-sama Bun."
"Udah lama kamu gak kesini Bulan, padahal Bunda kangen banget sama kamu," ujar Aika, ia membuka bungkusan siomay itu lalu menaruh nya di piring.
Saat ini kedua nya tengah berada di dapur. Bulan yang sedang duduk di kursi pantri, setelah meneguk tandas air yang berada di gelas genggaman tangan nya ia menjawab, "Minggu lalu Bulan ke sini, tapi Bunda gak di rumah," ucap nya seraya memperhatikan apa yang di lakukan oleh Aika.
"Kan minggu lalu Bunda gak di rumah sayang, kamu kesini juga karena nemenin Ayla kan? Ayla yang bilang ke Bunda, itu juga Bunda yang nyuruh Ayla buat bilang ke kamu supaya kamu nemenin dia," ujar Aika.
Bulan mengangguk mengerti, "oh, sekarang Ayla nya kemana Bun? Tadi pagi Bulan telpon kata nya sakit, jadi gak berangkat sekolah."
"Di kamar, iya, dia panas badan nya tadi pagi, darah rendah nya juga kumat, jadi gak Bunda bolehin sekolah dulu, takut nya di sekolah kenapa-napa," wanita dengan hijab panjang itu berucap, lalu menghela nafas panjang. "Kesana aja kalo mau ketemu."
"Yaudah, Bulan kesana dulu ya Bun," ia bangkit dari kursi nya, berniat ke kamar Ayla, untuk melihat gadis itu.
"Iya."
Bulan berjalan menaiki tangga menuju kamar Ayla, hanya beberapa anak tangga, tak terlalu banyak, mungkin hanya 15 anak tangga? Seperti nya, ia tadi tak sempat menghitung, karena sudah tak sabar ingin bertemu dengan Ayla.
"AYLA SAYANG KU, CINTA KU, MANIS KU, MY HONEY SWEETIE KU, AKU DATANG BABY," dengan heboh Bulan memasuki ruangan bernuansa korea itu.
"Najis, anjirr, pergi lo, bukan nya sembuh, pala gue makin puyeng karena lo dateng."
☆☆☆
Di waktu yang berbeda dan tempat yang berbeda juga, saat ini lelaki jangkung dengan kaos oblong di lengkapi outer denim di padukan dengan celana jeans warna hitam.
"Woe, bro."
Shaka datang dan langsung bertos ala lelaki dengan Alif- pemilik warkop ini, ya, mereka bertiga saat ini berada di warkop yang terletak di sekolahan mereka, yaitu SMANSA.
Tak lama setelah Shaka datang, Kafka juga datang menyusul, "we, akhir nya dateng juga lo kafan," ucap Shaka terkekeh geli, karena ucapan nya sendiri. "Lama amat lo, kaya cewe aja, dandan dulu ya lo?"
"Yeuh, lo aja baru dateng anying," kata Aldo menggeplak kepala Shaka.
"Yah santai atuh bang, gak nyantai banget lo sama gue."
"Enak aja kafan, nama gue tuh Kafka ya, sekali lagi biar kuping budeg lo itu denger, NAMA GUE ITU KAFKA BUKAN KAFAN ya anjing," Kafka jadi emosi sendiri mendengar Shaka dengan tak tahu diri nya mengganti-ganti nama nya dengan seenak jidatnya, dari mana unsur Kafan nya? Nama dia itu Kafka bukan Kafan, emang dia siapa? Berani ganti-ganti nama orang sembarangan? Dasar cowok cantik.
"Yeuh, malah nyolot, bocah monyet anjing," Shaka mendelik, saat Kafka membalas ucapan nya tadi.
"Cape gue ama luh luh bertiga, bisa tidak berhenti bercakap? Gue tuh pengen makan dengan tenang gitu loh, berantem aja terus, ntar siap makan gue cemplungin ke kali yang ada di bawa kolong jembatan sana, siap-siap aja lo pada," Zidan mengambil mie rebus nya dari tangan Alif, "thanks Lif, ngutang dulu yak, kalo gak, ntar yang bayar si Kafka."
Ucapan Zidan membuat Kafka seketika membelalakkan mata nya, gampang sekali human satu ini berbicara, "enak aja-"
Belum selesai berbicara Zidan sudah kembali berbicara, membuat Kafka tak melanjutkan ucapan nya.
"Dia itu rich friend Lif, siapa coba yang gak mau sama dia? Udah ganteng kaya lagi, kalo gue cewe, gue mau sama cowok kaya Kafka, ya kan Kafka sayang," Zidan mengerling genit ke arah Kafka.
"Najis, anjing, huek," bukan Kafka, tapi Aldo yang jijik melihat tingkah Zidan, apa lagi Zidan berada di sebelah nya.
"Serah lo aja Dan, cape gue, Lif ntar itung aja semua, biar gue yang bayar semua nya."
"Ihh makin cintah deh sama Kafan, i lop u Kafan kyu," setelah mengucapkan itu Shaka juga memesan mie rebus dan teh manis dingin, tak lupa ia juga memesan kan Kafka dan Aldo.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIDAN
Teen FictionRembulan Azhara atau biasa di sebut dengan panggilan Bulan, gadis yang paling pendek di kelas Xll MIPA2, otak nya yang kadang lemot seperti jaringan 2g kadang juga lancar selancar aliran sungai yang mengikuti arus nya. Zidan Pradana si ketua kelas X...