-29-

4 1 0
                                    

Tak akan ada yang mengerti diri mu kecuali diri sendiri, semua itu memang benar ada nya, Bulan membuktikan itu semua hari ini.

Bulan saat ini sedang berjalan di koridor untuk menuju ke kelas nya, ia memperhatikan sekitar nya yang tampak berbeda hari ini, mengapa semua orang memperhatikan diri nya? Apa ada yang salah dengan penampilan nya hari ini?
Ia memperhatikan tubuh nya, tak ada yang salah, ia memakai baju olahraga dan hijab yang berwarna hitam, tak ada yang salah, lalu mengapa semua orang memperhatikan diri nya?
Memilih tak ambil pusing, ia melanjutkan perjalanan nya menuju ke kelas XII MIPA2.

"Oh, jadi ini, si gadis yang terlihat polos tapi ternyata pemuas nafsu pria di ranjang? Eh, bukan gadis deng, kaya nya udah jebol tuh, hahaha," segerombolan gadis itu tertawa saat salah satu teman nya mengucap kan kata-kata kurang ajar itu.

Bulan menoleh ke sumber suara saat telinga nya tak sengaja mendengar ucapan itu.

Segerombolan gadis tadi langsung berhenti tertawa, saat Bulan menoleh ke arah mereka, "ups," para gadis tadi menutup mulut nya dan kembali tertawa. Sudah gila, pikir Bulan.

"Lo pada ngomongin gue ya?" Tanya Bulan.

"Nggak tuh, kesindir ya lo? Berarti bener," gadis yang di sebelah gadis tadi menyahut dengan nada sewot.

"Apa sih? Gak jelas," ucap Bulan.

Ia melanjut kan jalan nya, namun semua orang malah berbisik-bisik, ia merasa semua orang berbisik akan diri nya. Tiba-tiba saja ada yang melempar nya dengan gulungan kertas, itu membuat nya menoleh dan berhenti berjalan, ia menajam kan tatapan nya.

"Lo kira gue takut sama jalang kaya lo? Nggak lah ya," ucap seorang lelaki meledek.

Bulan berusaha acuh, ia tak mempedulikan sosok lelaki yang melempar nya tadi. Saat ia membalik dan berniat ingin melanjutkan jalan nya. Ia langsung di serbu gulungan kertas yang di lemparkan oleh semua orang ke arah nya.

Ia berlari untuk menghindari itu, ia berlari sekuat tenaga nya, agar cepat sampai di kelas nya juga untuk menghindari lemparan gulungan kertas itu.

Setelah sampai di depan kelas nya, ia membungkuk, kedua tangan nya ia letak kan di kedua lutut nya, menetralkan nafas nya yang ngos-ngosan.

Ia berdiri tegak, karena nafas nya sudah lumayan netral, perawakan nya yang pendek membuat nya harus mendongak melihat seorang lelaki yang berdiri di pintu tepat di hadapan nya, lelaki itu Kafka.

"Bisa minggir? Gue mau masuk," ucap Bulan datar.

"Sorry kelas ini gak nerima jalang kaya lo," telak Kafka, tatapan nya kelewat datar, membuat Bulan takut untuk kembali mendongak menatap wajah nya.

"Lo gak tau apa-apa soal hidup gue, minggir," ujar Bulan masih dengan nada yang datar.

"Soal hidup lo? Yang setiap malam ngejalang itu?" Tanya Kafka dengan nada yang di buat-buat penasaran.

"Gak usah sok tau, minggir."

"Kalo gue gak mau gimana?"

"Minggir Kafka."

"Perlu gue ulang? Kelas ini gak nerima jalang."

"Lo gak tau apa-apa, sekarang minggir."

"Siap nyonya jalang," selepas mengucap kan itu dan memberi Bulan masuk Kafka tertawa, seolah-olah semua itu adalah hal yang perlu di tertawa kan.

Bulan berjalan menuju bangku nya, ia dapat melihat Ayla yang sedang duduk di sana dengan handphone yang di pegang nya. Bulan meletak kan tas nya di sana, dan menelungkup kan kepala nya di lipatan tangan nya.

Bulan merasa kan pergerakan di sebelah nya, ia mengangkat kepala nya lalu menoleh ke samping kanan nya, ternyata Ayla yang membuat pergerakan itu, terlihat Ayla yang membereskan barang-barang nya dan membawa tas nya menjauhi diri nya, Bulan memperhati kan Ayla yang berjalan tanpa melihat ke arah nya, Ayla berhenti ketika sudah sampai di bangku di mana Dea sang sekretaris kelas duduk, ia meletakkan tas dan barang-barang nya di sana. Bulan menghelah nafas panjang, ia tak boleh menyesal, ini sudah menjadi konsekuensi nya.

☆☆☆

Bel pertanda pulang baru saja berbunyi, Bulan dengan segera membereskan barang-barang nya, memasuk kan semua nya ke dalam tas.

Setelah semua nya sudah masuk ke dalam tas milik nya, ia melangkahkan kaki nya ke pintu kelas, tak memperdulikan tatapan-tatapan benci teman sekelas terhadap nya.

Saat sudah sampai di ambang pintu, ia terkejut karena Dika yang berada di sini. Ia tadi memang sempat menghubungi Dika untuk menjemput nya sepulang sekolah, tapi bukan di depan pintu kelas juga, di gerbang sekolah kan bisa.

Bulan menarik tangan Dika cepat, "lo ngapain ke sini anjir," ucap nya berbisik.

"Lah? Kan lo yang nyuruh, gimana sih?" Dika keheranan dengan Bulan, bagaimana maksud nya? Kan dia yang menyuruh nya kemari, mengapa masih bertanya? Mengapa diri nya di sini? Aneh, satu kata yang mewakili diri Bulan.

"Ya maksud gue gak di depan pintu kelas juga anjir, di depan gerbang emang gak bisa?"

"Ya bisa sih, tapi gue gak mau."

Mereka sudah berjalan biasa tidak seperti tadi saat Bulan menarik Dika dengan sedikit berlari.

"Ih, kan harus nya-"

"Oh, jadi ini cowo nya? Kok mau sih cowok nya? Padahal cewe nya jalang."

Ucapan Bulan terpotong karena ucapan Shaka, kedua nya memang melewati Zidan dan teman-teman nya tadi, di sana Bulan melihat, ada Zidan, Shella, Shaka, Aldo, dan juga Kafka.

"Penampilan nya aja berhijab, tapi ngejalang, situ sehat?" Sindir Kafka yang tak di pedulikan oleh Bulan.

"Ih gak boleh ngomong kaya gitu tau," kata Shella dengan nada sok lembut nya.

Aldo dan Zidan memilih diam tak bersuara.

Bulan hanya acuh tak mempedulikan sindiran yang di tujukan untuk nya. Tapi tidak dengan Dika yang wajah nya sudah memerah menahan emosi. Tangan nya mengepal, ternyata Bulan di gunjing seperti ini jika di sekolah?
Tapi mengapa Bulan tak berbicara pada nya?

Bulan mengelus lengan Dika yang terlapisi kemeja kerja berwarna hitam, "Kak Dika udah, biarin aja."

Bulan memang akan memanggil nya dengan embel-embel Kak jika sedang dalam situasi seperti ini.

"Mereka harus dapet pelajaran Rembulan," ucap Dika dengan tegas.

"Udah ya, aku juga gak apa-apa kok," ujar Bulan menenangkan.

Akhir nya Dika pasrah, ia tak jadi menghajar segerombolan lelaki yang menghina Bulan tadi, "Percuma cowo, kalo mulut nya kaya cewe, dasar banci," teriak nya sedikit menoleh ke belakang.

ZIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang