"Lo bertiga ngerasa gak sih?" Tanya Aldo kepada ketiga teman nya, yang saat ini sedang berkumpul di rumah Aldo, tepat nya saat ini mereka berempat berada di dalam kamar Aldo.
Semua pandangan berpusat pada nya, ia jadi kikuk karena semua nya melihat ke arah nya.
"Apa?" Tanya Zidan, Shaka, dan Kafka berbarengan. Mereka bertiga penasaran dengan kelanjutan yang akan di ucapkan oleh Aldo.
"Bulan-" belum selesai Aldo berbicara, Zidan langsung memotong ucapan nya.
"Bulan kenapa?" Serobot nya tiba-tiba.
Semua mata kini beralih pada Zidan, Zidan mengusap tengkuk nya, sedikit gerogi karena tatapan mereka yang berbarengan, apa lagi tatapan nya mengintimidasi.
"Apa?" Tanya nya kikuk.
"Lo beneran suka ya sama Bulan?" Tanya Kafka, mata nya memicing, mencari kebenaran di mata Zidan.
Zidan menatap kemana saja, agar tak bertemu tatap dengan mereka bertiga. Kelakuan nya itu, bertambah membuat nya semakin di curigai, "nggak, kan udah gue bilang waktu itu, Bulan itu temen esempe gue," elak nya.
"Halah, gak percaya gue, kalo suka mah bilang aja, kita gak bakal cepu kok," ujar Shaka meyakinkan, sembari mengunyah snack yang sedang ia pegang bungkus nya.
Zidan tetep kekeuh bahwa ia tak menyukai Bulan, mulut memang bisa berbohong tapi mata tak akan pernah dapat berbohong.
"Bener kan? Gue tau lo bohong Dan, lo tuh suka sama Bulan kan? Ngaku aja, mulut lo emang bohong, tapi mata lo gak mungkin bisa bohong," ujar Kafka.
"Gue bilang nggak ya nggak," kekeuh Zidan tetap mengelak, "lo tadi mau ngomong apa tentang Bulan, Al?" Sambung nya bertanya.
"Oh, itu Bulan, lo pada ngerasa gak sih?"
"Ngerasa apa?" Tanya Shaka, masih setia menunggu apa yang akan di ucapkan Aldo selanjut nya.
"Gue ngerasa, tatapan Bulan ke Zidan itu beda, maksud nya, Bulan itu natap kita ya biasa aja, tapi kalo natap Zidan tuh tatapan nya kaya beda gitu, kaya tatapan nya teduh sekaligus berbinar gitu, ngerasa gak? Apa gue doang yang ngerasa ya?" Ucap Aldo menjelaskan keganjalan pada tatapan Bulan ke mereka.
"Gue juga ngerasa, apa lagi Bulan sering banget gangguin Zidan waktu jam pelajaran, Zidan juga pernah di kasih bunga sama dia, gak cuma itu Zidan juga pernah di lamar sama dia make uang dua rebu," jelas Kafka, ia juga merasa janggal dengan sikap Bulan terhadap Zidan selama ini, memang mereka berdua tidak begitu dekat, tapi tak sering juga Bulan berbicara dengan Zidan, jika Zidan tak memulai pembicaraan, mereka akan jarang berbicara, tapi tak hanya Bulan yang seperti itu, tetapi Zidan juga, mereka berdua sama, beda nya Zidan lebih sering memulai topik duluan, sedangkan Bulan hanya beberapa kali ia lihat memulai percakapan dengan Zidan.
"Apa Bulan suka ya sama Zidan?"
☆☆☆
Sungguh, perkataan Shaka tadi sangat mengganggu relung pikiran nya, apa benar Bulan menyukai nya?
Tak mungkin sekali, itu hanya pikiran kotor teman-teman nya, karena tak mungkin jika Bulan menyukai nya."Hari ini calon istri kamu akan datang, maka bersiap-siaplah."
Suara itu menghancurkan lamunan nya, ia menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang berbicara. Ternyata Reko—Papa nya.
"Papa masuk kok gak ketuk pintu dulu?" Tanya nya, ia bangkit dari ujung kasur, menghampiri sang Papa.
Reko mendengus mendengar ucapan Anak bungsu nya itu, "sudah dari tadi Papa ketuk, tapi tak ada jawaban, daripada Papa menunggu kamu membukakan pintu, lebih baik Papa buka sendiri."
"Sudah sana siap-siap, nanti Mama mu akan kemari, untuk menjemput mu," setelah mengucapkan itu Reko pergi meninggalkan kamar Zidan dengan Zidan di dalam nya.
Zidan menghelah nafas, ternyata perjodohan itu akan tetap di laksanakan, ia berharap yang akan di jodohkan dengan nya adalah Bulan, semoga saja.
Eh? Mengapa ia berharap seperti itu? Apa mungkin dia yang menyukai Bulan?
Tidak mungkin, ingatkan Zidan jika mereka berdua teman waktu SMP.Zidan berjalan ke kamar mandi berniat mandi.
Ingat remaja lelaki yang akan di jodohkan oleh Papa nya di chapter 02? Benar, remaja lelaki itu adalah Zidan.
Setelah beberapa menit lama nya bersiap-siap akhir nya ia telah siap, hanya tinggal menunggu Mama nya datang menjemput nya saja.
Tok tok tok.
"Masuk Ma, gak di kunci kok," ucap nya, tangan nya dengan lincah mengetik kan pesan balasan kepada teman-teman nya yang mengajak nya nongkrong pada room chat grub yang bernama '5 terong imut' jangan tanya siapa yang membuat nama grub nya, kalian pasti sudah tau siapa, yaitu Shaka, cowok cantik itu yang membuat grup itu dan memasukkan ketiga teman nya.
"Ayo, kita pergi, udah siap kan?" Tanya Mesa—Mama nya Zidan.
"Loh kata Papa, mereka bakal kesini Ma," ujar Zidan, ia mendongak kan pandangan nya menatap sang Mama yang terlihat cantik dengan balutan dress selutut berwarna biru dongker.
"Nggak jadi dateng, mereka gak bisa kalo ke rumah kita, jadi mutusin buat ketemu di salah satu restauran aja."
"Oh, yaudah ayo, Zidan udah siap kok Ma."
Di sepanjang jalan Zidan hanya diam, ia tak ikut mengobrol bersama kedua orang tua nya. Tak terasa mereka sudah sampai di restauran yang sudah di tentukan.
Zidan dapat melihat betapa besar nya restauran ini, ia mengikuti langkah kedua orang tua nya, masuk kedalam dengan santai.
Remaja lelaki dengan menggunakan jas berwarna hitam senada dengan celana bahan yang di pakai nya, sangat berharap jika yang akan di jodoh kan dengan nya adalah Bulan.
Harapan nya pupus seketika, saat ia melihat bukan Bulan yang duduk di sana melain kan gadis yang beberapa hari ini ia hindari.
"Shella?"
Shella tersenyum miring begitu tipis sampai tak ada yang menyadari nya, semua nya berjalan sesuai rencana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIDAN
Teen FictionRembulan Azhara atau biasa di sebut dengan panggilan Bulan, gadis yang paling pendek di kelas Xll MIPA2, otak nya yang kadang lemot seperti jaringan 2g kadang juga lancar selancar aliran sungai yang mengikuti arus nya. Zidan Pradana si ketua kelas X...