-24-

4 1 0
                                    

"Gue gak mau tau, lo harus jauhin Bulan," ucap seorang gadis pada lelaki di hadapan nya.

"Lo siapa? Berani banget ngatur-ngatur gue," ujar sang lelaki terlihat kesal.

"Gue calon istri lo."

"Masih calon kan? Belum pasti aja udah kaya begini apa lagi kalo udah nikah ntar?"

"Gak usah kurang ajar ya lo Dan, hidup lo itu tergantung bokap gue, jadi mau gak mau lo harus mau nikah sama gue," ucap gadis dengan rambut sebahu itu.

"Jangan lo kira, dengan lo ngancem gue gini, gue bakal takut sama lo, gue gak pernah takut sama apapun termasuk lo Shella!" Ujar Zidan, tatapan nya menajam, ia paling benci dengan orang seperti Shella ini. Setelah mengucap kan itu Zidan pergi dari sana dengan amarah yang meluap.

"Gue bakal lakuin segala cara untuk dapetin lo lagi Zidan, meskipun gue harus jadi pembunuh, gue gak peduli akan hal itu."

☆☆☆

Seorang gadis saat ini tengah berada di sebuah halte bus, ia sedang menunggu angkutan umum, agar bisa pulang ke rumah.

Pandangan nya ia edar kan kemana saja, berharap ada sesuatu yang bisa membawa nya pulang.

Hari sudah mulai malam, waktu magrib akan segera datang, warna oren keunguan sudah mulai terlihat di langit dan awan, jam juga sudah menunjuk kan pukul 17:57.

Buliran keringat membasahi kerudung hitam yang di pakai nya, genggaman tangan pada tali slinbag nya ia erat kan, rasa takut mulai menyerang, ia ingin menelpon orang rumah juga tak bisa di karena kan ponsel nya yang mati, kehabisan baterai.

Perasaan nya mulai gelisah, pikiran aneh-aneh mulai memasuki otak nya.

Bagaimana jika ada preman?

Bagaimana jika ia di culik oleh preman itu?

Ia menggeleng kuat, berharap semua pikiran kotor itu lenyap dari otak nya.

Senyuman lebar muncul di bibir nya, kala mata nya melihat satu taxi yang akan melewati diri nya, dengan segera Ayla berdiri untuk memberhentikan taxi tadi.

Ya, gadis tadi adalah Ayla.

Namun pergerakan nya terhenti saat mulut nya tiba-tiba saja di bekap dengan sapu tangan oleh seorang lelaki dewasa dengan tubuh yang kekar.

Ia merontah meminta di lepaskan, ingin berteriak, meminta bantuan orang sekitar, tapi mulut nya di bekap dengan begitu erat. Dengan perlahan air mata mulai membasahi kedua pipi nya, kesadaran juga sudah mulai di renggut, karena efek obat bius yang ada di sapu tangan itu.

"Bulan bantuin gue," gumam nya sebelum benar-benar tak sadar kan diri.

☆☆☆

Tak tau ntah mengapa, hari ini Bulan gabut sekali, rumah sudah bersih, dan tak tau apalagi yang akan ia kerjakan.

Masih asik rebahan di kasur empuk nya, tiba-tiba ponsel nya berdenting, pertanda ada pesan yang masuk.

Ternyata pesan dari nomor tak di kenal, ia menekan notifikasi itu, berniat melihat foto apa yang di kirim kan oleh sang pengirim.

Mata nya terbelalak melihat siapa yang ada di foto itu.

Di bawah foto itu terdapat tulisan: kalo mau dia selamat, dateng ke alamat yang gue kirim, dan jangan bawa siapapun.

Seperti itu lah kira-kira pesan ancaman yang di kirim kan oleh sang pengirim, awal nya ia tak percaya, ia memilih untuk membaca nya saja, tak ada niatan untuk membalas nya.

Namun nomor itu malah menelpon nya, ia menggeser ikon berwarna hijau untuk mengangkat panggilan itu.

Bulan hanya diam, ia tak ingin berbicara walaupun hanya satu kata.

"Lo masih gak percaya?"

"Lo bisa denger suara dia kalo gak percaya."

"Ngomong anjing."

"Nggak, aku nggak mau ngomong."

Itu suara...

"Oh, lo mau mati di tangan gue?"

"Cepet ngomong."

"Aku gak mau brengsek."

Suara di sana bersaut-sautan, bahkan Bulan tak bisa mendengar dengan jelas karena di sebrang sana ramai.

Namun sedetik kemudian, tak ada lagi suara ramai yang terdengar, senyap, ia mengerutkan kening nya, bingung dengan situasi seperti ini.

"Bulan tolong aku," rintihan itu terdengar di telinga nya, hanya ada suara itu yang ia dengar.

"Lo denger kan, sekarang lo pergi ke alamat yang gue kasih kalo mau cewe yang sama gue ini selamat."

ZIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang