-12-

3 1 0
                                    

"AYLAAAAA KU SAYANG," panggil Bulan saat melihat Ayla memasuki kelas dengan banyak makanan di tangan nya. Bulan langsung masuk kedalam pelukan nya, Ayla hanya pasrah saat melihat Bulan yang memeluk nya tiba-tiba.

"Kenapa nih? Tumbenan."

"Oh, gak boleh? Okelah," Bulan melepaskan pelukan nya dari Ayla, ia mengalihkan tatapan nya dengan bersidekap dada, seperti orang merajuk, lucu sekali.

"Dasar bocil," ucap Zidan yang melewati mereka berdua, senyum tipis terukir di bibir nya saat melihat tingkah lucu Bulan, sangat tipis, sampai tak ada yang menyadari jika ia sedang tersenyum.

Bulan refleks menoleh ke arah Zidan, karena pendengaran nya tak sengaja menangkap ucapan Zidan.

"Iri mah bilang aja, sini gue peluk, biar gak iri lagi," ucap Bulan, ia merentangkan kedua tangan nya, berniat memeluk Zidan, ia hanya bercanda, tak ada keinginan memeluk Zidan.

"Ada-ada aja lo bocil, haha," kata Zidan, tangan nya terangkat untuk menepuk puncak kepala Bulan dua kali, ia melewati Bulan dengan ekspresi tersenyum, sangat manis sekali.

"Ay tolongin gue Ay, haduh, mau pingsan gue Ay," Bulan berdrama, tangan nya ia letak di atas kepala, seperti orang yang berpura-pura pingsan.

Ayla memutar bola mata nya malas melihat Bulan berdrama, mengapa ia memiliki teman yang sangat alay seperti Bulan ini? Malas sekali melihat nya.

"ZIDAN NIKAHIN GUE hmpf-" Ayla langsung membekap mulut Bulan yang tidak ada malu-malu nya, rasanya ia ingin menghilang saja dari bumi ini.

"Lo bisa gak, gak usah malu-maluin gue?" Desis Ayla memelototi Bulan.

Zidan menoleh ketika mendengar teriakan Bulan, Ayla yang tak sengaja melihat Zidan melihat ke arah mereka langsung saja menggeleng, "jangan dengerin Dan, nih bocah emang sengklek dari lahir," ucap Ayla cengengesan.

Zidan hanya menggeleng melihat kelakuan dua gadis berhijab itu, yang ada di kelas itu juga tak heran dengan kelakuan kedua nya, sudah biasa melihat drama dua sahabat itu.

☆☆☆

Zidan sedang mengobrol dengan Kafka, ntah lah Ayla dan Bulan tak tau ntah apa yang mereka berdua bicarakan.

Posisi Zidan miring ke samping menghadap ke Kafka, tangan nya berada di meja belakang, yaitu meja orang Bulan dan Ayla.

Bulan bengong melihat tangan Zidan yang berurat dan terlihat kekar, sama seperti duda-duda yang ada di dalam perpustakaan cerita wattpad nya. Kedua tangan nya ia letakkan di kedua pipi nya, mulut nya menganga, persis seperti orang yang struk karena shock.

"Omo omo, tangan nya Zidan kaya tangan cowo gue Ay," ucap Bulan, masih dengan ke alayan yang membuat Ayla muak.

"Siapa cowo lo?" Tanya Ayla malas, pasti halu lagi, sudah di pastikan.

"Fiksi, hehe," Bulan cengengesan, ia menoleh ke arah Ayla dengan senyum malu-malu, Ayla yang sudah muak tak menanggapi, ia benar-benar sudah malas dengan kelakuan random Bulan.

Karena Ayla tak menanggapi nya, Bulan kembali memperhatikan tangan Zidan yang masih berada di tempat tadi, "bahkan gue baru sadar tangan lo berurat," dengan kedua tangan yang kembali di pipi, dan mulut yang kembali menganga.

Zidan dan Kafka yang masih asik berbicara seketika berhenti, karena tak sengaja mendengar gumaman Bulan. Mereka berdua menoleh ke arah Bulan, dengan pandangan heran terlebih melihat kelakuan dan ekspresi yang di buat oleh Bulan.

"Woe!" Kejut Zidan menjetik kan jari di depan wajah Bulan.

"Eh? Hehehe," Bulan cengengesan karena ketahuan jika ia tadi melamun ketika melihat tangan Zidan.

Bulan mengambil uang 2 ribu yang ada di saku seragam sekolah nya, lalu menyerahkan uang itu ke Zidan.

"Buat apaan?" Tanya Zidan menatap uang yang masih di genggaman Bulan.

"Mahar, gue lamar lo, pake mahar dua rebu, lo mau kan?"

☆☆☆

"Gila gue lama-lama," Zidan mengacak rambut nya prustasi.

Lagi-lagi balkon kamar yang menjadi saksi bisu, ia mengambil gelas berisi kopi yang berada di atas meja bundar di sana, lalu meminum nya dengan rakus.

Rasa ingin keluar dari rumah ini begitu besar, ponsel yang ia letakkan di atas meja sebelah gelas tadi bergetar, tertera nama 'Zello' di sana, ia meletakkan kembali gelas yang sudah hampir kosong itu, lalu mengambil ponsel nya yang terus berdering, menggeser tombol berwarna hijau untuk mengangkat panggilan, dan menempel kan nya di telinga.

"Hallo Dan," ujar seseorang di sebrang sana.

"Kenapa zell?" Tanya Zidan to the point.

"Zell-zell pala lo, sopan sama yang lebih tua," ucap Zello-seseorang yang di sebrang sana dengan ngegas.

"Siap kek," ledek Zidan, ini sedikit menghibur diri nya.

"Anjing lo," emosi Zello, setelah nya terdengar suara wanita di sebrang sana. "Mas... Ngomong nya," lembut sekali, dia Cella-istri Zello a.k.a Abang nya Zidan. "Iya sayang iya, maaf, kelepasan tadi."

Zidan memutar bola matanya malas saat mendengar suara Abang nya yang dengan sengaja di buat lembut, dasar sok lembut, batin Zidan.

"kabar kafe gimana?" Tanya Zello mulai serius.

"Lo nggak mau nanyain kabar gue?" Bukan nya menjawab Zidan malah balik bertanya kepada Zello.

"Yang gue butuh duit bukan lo," kata Zello menjawab pertanyaan Zidan.

"Kafe selalu baik, yang gak baik mental gue bang."

Sayang nya kata terakhir itu hanya mampu terucap dalam batin nya.

ZIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang