10. Panti Asuhan

57 9 0
                                    

"Ha? Bukannya wanita itu.. Model terkenal yang meninggal karena di bunuh!? "

Jaemin cukup lama memandang foto itu hingga Lia yang melihatnya menepuk pelan bahunya dan membuat pria jakung itu tersadar dari lamunannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin cukup lama memandang foto itu hingga Lia yang melihatnya menepuk pelan bahunya dan membuat pria jakung itu tersadar dari lamunannya.
"Itu Mama Lia. " Jaemin hanya mengangguk, sebenarnya dirinya ingin sekali menanyakan apa yang ada di otaknya pada Lia namun ia urungkan karena sepertinya tak tepat menanyakan hal sensitif seperti itu saat gadis itu sedang bahagia seperti sekarang.

Jaemin tak mau merusak kebahagiaan gadis mungil disamping nya itu dan jujur jika boleh ia katakan dirinya senang melihat Lia yang banyak tersenyum dan terlihat begitu bahagia. Setelah berkeliling kedua remaja ini pun memutuskan untuk pulang karena besok mereka masih harus sekolah dan Ayah Lia yaitu Alan pun ikut pulang bersama putrinya namun ia menyetir mobilnya sendirian sedangkan Lia bersama Jaemin.

Akhirnya setelah menembus dinginnya udara malam dengan waktu yang cukup lama, Jaemin, Lia, dan Alan telah sampai di rumah Lia. Alan memutuskan untuk masuk terlebih dahulu, membiarkan putrinya untuk berterimakasih pada Jaemin.
"Kak Jaemin terimakasih udah mau susah-susah nagnter Lia. lain kali Lia masakin ya!? "
"Lo bisa masak? " Tanya Jaemin ragu, karena kelihatannya dengan kemewahan yang gadis itu punya mana mungkin terbiasa di dapur-katakan saja jika ia meremehkan.
"Bisa dong, Lia sering masak kok kalau lagi di rumah! "
"Tapi kan lo punya pembantu. Ngapain repot-repot segala? "
"Ya walaupun ada pembantu atau bibi, tapi menurut Lia bikin sesuatu dari tangan sendiri itu lebih enak hasilnya walaupun kadang sering gagal, hehehehe. " Jawab Lia sambil terkekeh membuat mata indahnya menghilang.
"Udah gak usah ketawa terus. Lo jadi mirip kuntilanak, mana udah malem di luar lagi... " Goda Jaemin berusaha menakut-nakuti.
"Ihh jangan bicara gitu dong Kak Jaemin, nanti kalau dateng gimana mbak nya? "
"Ya mangkanya mending lo buruan masuk ini gue juga mau balik! "
"Ya udah, Hati-hati ya! " Setelah memastikan Lia telah masuk ke rumahnya Jaemin pun segera melajukan motornya menuju rumahnya, ia sungguh merindukan kasur nyamannya.

🦋🦋🦋

Keesokannya di sekolah Lia terlihat kurang enak badan, wajahnya terlihat pucat. Sebenarnya Alan sudah melarang putrinya itu untuk bersekolah tapi ya Lia tetap memaksa dan saat sampai di kelas ketiga sahabat nya langsung menghampirinya, mereka bertiga begitu khawatir melihat kondisi Lia karena saat berjalan saja ia sedikit oleng padahal baru kemarin gadis itu terlihat sehat bugar tapi kenapa sekarang sepucat ini?
"Lo sakit Li? " Tanya Jina sambil menyentuh dahi Lia-memeriksa suhu tubuhnya.
"Gimana Jin? " Tanya Yeji pada Jina yang terlihat terkejut.
"Panas banget! "
"Coba gue periksa! " Yeji pun ikut memeriksa suhu tubuh Lia dan ternyata benar saja tubuh Lia panas.
"Gimana Ji? " Tanya Ratna dengan wajah cemas.
"Kita harus telpon Ayahnya gue denger Om Alan udah pulang. Kita gak bisa biarin Lia begini terus bisa makin parah demamnya.
" Jangan telpon Ayah Lia. Dia pasti lagi sibuk, tadi juga sebenarnya Lia udah dilarang masuk tapi gak mau dengerin... " Ucap Lia dengan suara yang lemas.
"Lo aja bicara udah hampir gak kedengeran gitu, masih mau sekolah!? " Tanya Yeji sedikit emosi sebab ia panik tapi Lia malah keras kepala.
"Lia ke UKS aja ya, jadi jangan telpon Ayah Lia. "
Mereka bertiga pun menghela napas pasrah, mereka pun segera menuntun Lia menuju UKS agar ia bisa beristirahat dan meminum obat penurun panas di sana. Kebetulan Jaemin dan ketiga sahabatnya melihat mereka dengan cepat pria itu berlari menuju UKS diikuti oleh Jeno, Arjun, dan Haikal.

The Colour Of Our Memory [TCOOM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang