23. Mungkinkah ini yang terbaik?

40 4 6
                                    

"Aku rasa gak ada yang perlu dibahas
soal itu.. "

"Aku gak mau kalian mengungkit hal itu lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku gak mau kalian mengungkit hal itu lagi. Karena semua sudah selesai antara aku dan Kak Jaemin! " Lia memutar balik tubuhnya berniat untuk pergi dari cafe itu, tapi atensi Arjun yang tiba-tiba membuat nya berhenti.

Arjun memberi gestur pada Lia untuk duduk. Meskipun awalnya Lia terus menolak, mau tak mau ia pun menuruti keinginan Arjun.
Bahkan yang lainnya pun bingung dengan kehadiran Arjun yang tiba-tiba, karena sebelumnya pria yang tengah memakai hoodie cream itu mengatakan bahwa dia tidak bisa ikut sebab ada urusan keluarga.

"Gue mau lo akhiri semuanya Li! "
"Mengakhiri apaan? " Tanya Haikal yang tak paham dengan maksud Arjun.
"... "
"Kenapa Li diem? Gue tahu lo juga tersiksa kan bersikap seperti sekarang!? " Tapi Lia masih tak bergeming, "Gue tahu lo masih cin.. "
"Cukup Kak! " Bentak Lia, "Ini kehidupanku dan aku berhak menentukan apapun keputusan yang akan aku ambil. Kalau kalian sesayang itu dengan sahabat kalian, lebih baik kalian menghibur dia dibanding menghakimi keputusan ku! "

"Apa-apaan sih lo Li. Gue gak pernah nyangka lo kayak begini!? " Ucap Jina yang sudah termakan emosi.
"Iya Lia, kami semua cuma mau yang terbaik buat kamu. Kami gak yakin keputusan kamu ini bener.. " Imbuh Ratna.
Dengan tersenyum mengejek, Lia bangkit dari duduknya, "Kalian sepertinya sudah menjadi sahabat mantan ku ya daripada sahabat ku. Kalau kalian memeng ingin yang terbaik buat aku, sekarang jangan pernah deket aku lagi. Everything is over Now! " Lia pun meninggalkan mereka semua yang kini shock dengan perubahan sikapnya yang drastis.

Lia berjalan dengan sempoyongan ditemani dengan cahaya bulan yang sama sekali tak memberinya terang. Ia terduduk di halte dengan pikiran yang masih kalut memikirkan segalanya yang telah terjadi. Ia merasa semua ini pengorbanan tapi ia juga takut akan datangnya penyesalan suatu hari nanti.

"Apakah semua ini memang benar? "

Beberapa hari berlalu, dan Lia masih mencoba mencari keberadaan Rosalie. Karena lelah mencari gadis dengan surai hitam ini memutuskan untuk beristirahat di cafe sekaligus mengisi perutnya. Namun matanya tertarik pada dua orang muda-mudi yang tengah duduk dekat dengan jendela cafe yang mengarah ke taman.

Bukan karena mereka melakukan hal yang aneh tapi salah satu dari mereka adalah sosok yang familiar untuknya. Dengan mencoba memperjelas pandangannya Lia akhirnya mengetahui pasti bahwa laki-laki yang sedang duduk berhadapan dengan wanita itu adalah Jaemin.

Tapi siapa perempuan yang berhadapan dengannya? Apakah Jaemin sudah menemukan pacar baru? Secepat itu?
Saat sedang fokus-fokusnya Lia menatap mereka justru Jaemin melihat ke arahnya seakan pria itu merasakan ada yang mengintainya sejak tadi. Lia dengan cepat menutup wajahnya dengan buku menu, ia berharap agar Jaemin tak mengenalinya.

Setelah beberapa menit Lia mencoba melirik mereka lagi, untuk memastikan. Tapi mereka berdua sudah tidak ada di bangku itu lagi, "Aduh cepet banget ngilangnya!? " Gerutunya.
Namun tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang, "Kalau lo udah putus, Lo gak punya hak lagi buat mandangin dia kayak gitu.. "
Lia menengok ke belakang dan sudah ada Jaemin berdiri di belakangnya sambil membawa box yang berisikan kue mini. Lia meneguk ludah nya susah payah, "Siapa yang ngelihatin! Aku gak ada tuh ngelihatin lo! "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Colour Of Our Memory [TCOOM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang