14. Saingan Dunk Part 1

1.9K 105 4
                                    

Janhae mondar mandir kesana dan kemari sambil memegangi ponselnya.
Ia tampak cemas dan terus menerus melihat jam dinding. Sudah hampir jam 9 malam tapi Suaminya belum pulang terlebih ia tidak ada di kantor saat ia dengan terpaksa meninggalkan pekerjaannya karena seseorang memberi tahu jika Dunk pun tidak masuk ke sekolah. Sekarang dua orang itu hilang tanpa kabar membuat Janhae sangat khawatir.

Sang nenek juga terlihat sangat mencemaskan Cucunya.
Janhe terus berusaha menghubungi Joong tapi nomernya tidak aktif.

"Sedang dimana sebenarnya dia" lirih nya penuh kekesalan dan rasa cemas secara bersamaan

"Mungkin cucuku sedang bersamanya juga Nak"

"Ya Bu!! Aku harap seperti itu namun bagaimana jika tidak" jawab Janhae kalang kabut. Ia duduk lalu kembali berdiri lagi terus seperti itu sehingga sang ibu mengingatkan.

"kau jangan terlalu bergerak, ingat kau sedang hamil sayang. Kau bahkan masih memakai sepatu tinggi"

"Hamil??" tanya seseorang heran. Bukan suara Orang tuanya melainkan suara lain. Suara yang begitu lembut telah merespon ucapan dari wanita paruh baya itu. Mereka yang ada di dalam rumah langsung menengok ke arah suara yang baru saja ia dengar.

Dunk berdiri di ambang pintu dengan masih memegang tangan Joong. Apa yang baru saja ia dengar tidak ia percayai.
Janhae terlihat lega bisa melihat anaknya pulang dan ternyata dia bersama dengan Joong. Dia bisa bernafas lega sekarang.

Joong bukannya menerima sambutan ia sama-sama membatu di ambang pintu.

"Kalian dari mana saja, mommy khawatir" ujar janhae berusaha mendekat pada Dunk namun Dunk melepaskan tangannya dari genggaman Joong dan ia memundurkan langkahnya untuk menghindari Janhae.

"Katakan jika apa yang aku dengar itu salah!"

"Maksudmu apa sayang" tanya Janhae berusaha mendekat pada anaknya lagi . Kali ini dunk diam.

"Mommy hamil ? Dan itu artinya aku akan punya adik ?" tanya dunk datar

"Benar, selamat sayang kau akan segera memiliki teman baru" jawab Janhae senang

"Jangan ucapkan selamat, karena aku tidak mau memiliki adik"

"Kenapa ? Mulai sekarang kau akan punya....." ucapan Janhae terhenti saat joong memegang bahunya untuk segera berhenti membahasnya. karena ia tahu Dunk tidak menyukainya.
Mereka seharusnya beristirahat tapi kenapa kekacauan datang begitu cepat. Joong segera menarik Dunk ke dalam rumah tapi Dunk tidak bergerak. Ia tidak mau masuk ke rumah itu.

Joong segera memberi pengertian" Kau harus segera tidur, besok kita bicarakan lagi"

Dunk menggeleng kepalanya dan masih menatap tajam ibunya.
"Aku tidak mau adik!!"

"sayang, jangan berkata seperti itu" timpal sang nenek menengahi

"Tidak grandma, Aku tidak mau adik. Titik!!" suara dunk kini terdengar mulai bergetar

"Kau tidak akan punya adik"
Jawab joong membuat semua mata tertuju padanya. Tapi ia abaikan dan memilih terus melihat kedua bola mata Dunk seolah ia ingin berkata bahwa dia harus percaya pada Joong.

"Sekarang masuklah ke kamarmu dan segera tidur" lanjut Joong tersenyum.
Dunk akhirnya mau. Dia mengangguk dan berlari menaiki tangga mengabaikan ibu dan neneknya.

"Apa maksudmu Joong ?" tanya Janhae heran

"jika kalian membahasnya sekarang, percuma saja karena dia tidak akan suka"

"tapi dia harus menerimanya!" tegas Janhae

"biarkan dia istirahat. Menantu Joong benar. Cucuku pasti lelah jadi bukan saatnya untuk membicarakan semua ini"

STEPFATHER || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang