20. Cahaya

1.8K 111 11
                                    


Flashback

Janhae tampak terpuruk.
Ia sudah kembali ke rumah. Dia berdiam diri di kamar dan tidak ingin di ganggu siapapun sementara itu Dunk sedang berkemas di kamarnya di temani oleh mina.
Bukannya menemani sang istri, Joong malah berdiri melihat Dunk yang duduk di sofa dan melamun. Tatapannya sangat kosong, anak kecil itu begitu terlihat sedih.

Mina memasukan semua barang-barang Dunk kedalam koper berwarna hitam yang sangat besar.
Dia akan benar-benar pergi.

"Keluarlah" kata Joong pada mina

Mina langsung menurut. Ia keluar sesuai yang di perintahkan.

Tinggallah Joong dan Dunk.
Joong duduk di samping anak manisnya.
Ia tarik tangan kiri Dunk dan mengenggam tangan itu dengan kedua tangannya. Dunk melihat kesamping ,lebih tepatnya menatap wajah Joong.

Joong menepuk pahanya.
Seolah mengerti, dunk segera duduk di pangkuan Joong. Hal itu adalah posisi ternyaman untuk Joong. Memangku peri kecilnya.

"Apa kau sedih ?" tanya nya

Dunk mengangguk . Matanya merah namun ia menolak untuk menangis.

"Karena aku tidak jadi pergi langsung denganmu kesana ?" tanya Joong lagi

Dunk kembali mengangguk

"Jika begitu, Kau bisa berangkat bersamaku setelah aku membereskan semua urusanku disini. Kita bisa pergi dari negara ini bersama-sama, karena nenek juga harus daddy bawa. Daddy tidak bisa pergi sekarang"

Dunk menolak " aku tidak betah disini, ini bukan rumahku. Aku ingin pergi secepatnya "
Raut wajah Dunk semakin muram dia semakin menahan air matanya.

"Hanya 4 bulan" balas Joong " Aku pastikan aku sudah di sana di hari ulang tahun kita, kita akan merayakan hari ulang tahun kita dan merayakan natal  bersama nenek. Mengerti?"

Dunk mengangguk . "aku mengerti" katanya tersenyum dengan mata yang sudah berair

"Kau tidak boleh meniup lilin ulang tahun jika tidak ada aku, Kau juga tidak boleh merayakan natal jika tidak denganku. Karena mulai saat itu. Jika tidak ada kau atau aku, maka tidak ada hari perayaan. Kau harus menungguku sampai datang "

Dunk mengangguk.

"Janji ?"

"Aku janji daddy" dunk menyodorkan jari kelingkingnya sebagai pengikat janji.
Tapi bukannya di terima, Joong malah mengabaikannya.

"Cara sakral untuk mengikat janji hanya dengan ini..."
Joong menarik tekuk dunk lalu menarik pinggangnya agar semakin merapat padanya dan Pria gagah itu segera memberikan ciuman manis pada anak manisnya.

Dunk tampak sudah terbiasa dengan ciuman-ciuman itu. Ia mulai membalas gerakan lidah Joong yang membuatnya langsung menyeringai.

"sa......" seseorang tiba-tiba masuk ke dalam kamar.

Kedua orang itu terperanjat karena kaget. Joong segera menurunkan Dunk dari pangkuannya. Ia langsung berdiri

"Ibu!" lirih Joong

Dunk segera memeluk sang Nenek.
"Apa Aku akan berangkat sekarang ?" tanya nya seolah tidak ada apa-apa karena dia mengira kejadian beberapa detik lalu bukan masalah besar.

Ibu mertuanya menatap tajam ke arah Joong.

"Kau tunggu di kamar grandma, grandma harus bicara dulu dengan daddymu"

Dunk mengangguk. Dia melihat pada Joong sekilas lalu ia melambaikan tangan padanya sebelum dia keluar.

Saat pintu kamar Dunk tertutup dan memastikan dunk sudah benar-benar pergi, ibu mertuanya langsung mendekat ke arah Joong.

STEPFATHER || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang