17. Monster dan Peri Menyedihkan

1.8K 120 6
                                    

Seharian bersenang-senang bersama dengan Win membuat Dunk kelelahan.
Kini dia sudah tidur dari jam 8 malam.
Setelah mereka banyak mengobrol tanpa menutup panggilan video dari Bright sehingga mereka bisa merasa bersama sampai akhirnya Bright mematikan telponnya karena dia berkata jika akan tidur. Karena di Thailand pada saat itu sudah tengah malam sedangkan di london masihlah siang.

Mina masuk ke kamar Dunk pelan-pelan. Dia mengecek dan membenarkan selimutnya. Ia cium kening Dunk,Setelah itu mina pergi ke meja belajar yang ada di samping ranjang Dunk dan dia terlihat sedang mengatur sesuatu.

"Yang benar pasangnya" terdengar suara yang tak asing di ruangan itu

Mina sebenarnya sedang mengatur ponsel di meja belajar Dunk dimana ponsel itu tersambung dengan Joong yang sedang berada di kantornya dengan setelan rapi. Di Thailand saat ini masih siang jadi wajar jika dia di kantor. Tapi dia minta mina untuk menelponnya jika Dunk tidur. Ini bukan kali pertama Joong menyuruhnya karena sejujurnya hampir tiap malam Joong selalu menelpon mina dan meminta ponsel itu di taruh di tempat dimana ia bisa memandangi anak tirinya yang sedang tidur. Hanya itu satu-satunya pengobat rasa kerinduan Joong.

"Lebih dekat lagi" pinta Joong tak sabaran

Mina dengan cepat melakukan perintahnya. Ia pindahkan ponsel itu sedikit di depan meja Dengan hati-hati. Ia taruh ponsel itu di badan sebuah boneka kelinci kecil kesayangan tuan mudanya. Boneka itu jadi terlihat sedang memeluk ponselnya.

"sudah cukup, kau boleh keluar"

Mina langsung keluar meninggalkan Joong yang kini mulai asik memandangi Dunk yang sedang tidur membelakangi ponselnya sehingga dia tidak bisa melihat wajah Dunk.
Joong seperti orang gila, dia terus bergumam kecil.
" berbaliklah berbaliklah" tapi Dunk masih pada posisi yang sama.

Joong terkadang tersenyum terkadang juga kesal karena wajah yang ia rindukan masih belum terlihat. Ia menyentuh layar ponselnya, seolah dia ingin membenarkan selimut yang Dunk kenakan dan ia mengetuk-ngetuk jarinya ke layar berharap Dunk mengganti posisinya tapi ia tidak mau jika Dunk bangun karena sudah pasti telpon itu akan segera Dunk matikan jika ketahuan.
Ide konyolnya terus berlanjut kini ia menggelitiki ponselnya tepat pada bagian pinggang Dunk berharap Dunk bergerak saat ia melakukannya. Joong tersenyum tipis. Kenapa dia harus bersikap gila hanya karena anak cantik berumur 17 tahun ini? Joong menggelengkan kepalanya dengan hati yang sangat gusar.

"Andai saja aku bisa menyentuhmu dengan menghancurkan ponsel ini,maka aku akan melakukannya sekarang." lirih Joong pelan

Eeuung... Dunk mengerang dan berbalik membuat Joong antusias ia duduk dengan tegap dan membuka matanya lebar. Ia lebih mendekatkan wajahnya pada layar dan melihat wajah Dunk yang saat ini sudah terlihat. Joong menyentuh layarnya lagi, kali ini ia mengusap di bagian pipi dunk. Bibirnya tertarik membentuk senyum tipis.

"Aku merindukanmu"

Joong memperlihatkan sebuah buku gambar ke layar ponsel itu seolah ia sedang memberi tahu Dunk jika ia sedang menggambar beruang dan kelinci.

"Hari ini, aku sedang melanjutkan kisah beruang dan kelincinya. Tapi akhir-akhir ini aku kesulitan menggambar sosok kelinci itu.  Kau lihat ini.." Joong menunjuk gambar kelinci yang belum selesai pada Dunk yang sedang tidur.
"Aku lupa bagaimana aku harus menggambar wajah kelincinya. Apa kau bisa menolongku ? Aku takut jika aku tidak menyelesaikan cerita ini, sang beruang akan sedih karena mungkin kisahnya akan berakhir sampai disini dan aku tidak mau itu terjadi. Beruang ini sudah banyak menderita jadi di akhir cerita ini aku ingin menggambarkan jika beruang itu ingin terus bersama-sama dengan kelinci malang"

Mata Joong mulai terasa panas. Dadanya sangat sesak. Ia menghirup napas panjang. Joong menggambarkan kisah kelinci dan beruang itu yang sebenarnya merupakan kisahnya sendiri dengan Dunk.

STEPFATHER || JOONGDUNKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang