“Aku tersenyum untuk menyembunyikan kesedihan yang aku alami, agar semua orang beranggapan aku sedang baik-baik saja, padahal tidak sama sekali. Setiap hari aku berusaha untuk tetap waras, dan meyakinkan diriku bahwa keesokan harinya tidak terlalu buruk.” Biru Erlangga Mahaputra.
🌊🌊🌊
LANGIT dengan keindahan awan berwarna putih cukup indah sekali saat dipandang. Di tengah-tengah awan terdapat pancaran sinar matahari yang cukup menyengat membuat pak Adipati merasa kepanasan dan tenggorokannya terasa kering. Peluh bercucuran Ia mengelap keringat di kening menggunakan tangan.
"Yatuhan kalau sepi seperti ini bagaimana nanti saya membeli makanan untuk anak-anak....."lirih bapak, semenjak tadi pagi bapak tidak mendapatkan penumpang satupun yang mau naik ojek.
Kepalanya cukup pusing karena memikirkan tagihan listrik, hutang yang menumpuk, bahkan untuk membeli makanan tidak ada sama sekali.
"Saya tidak boleh menyerah, ini semua untuk anak-anak dan istri." kata bapak melanjutkan perjalanannya. Semoga saja hari ini ia mendapatkan penumpang.
*********
Biru lagi-lagi pulang dengan wajah yang terluka, ia memarkirkan sepeda merahnya di perkarangan rumah. Cowok itu tersenyum sebisa mungkin walaupun terasa perih di bibir bagian bawah, ia tersenyum untuk menyembunyikan kesedihan.
Nyatanya memang benar, tidak semua yang tersenyum benar-benar bahagia. Bisa saja mereka menyembunyikan luka lewat senyuman. Setelah selesai berjualan kue sepulang sekolah Biru langsung pulang. Cowok itu mengabaikan rasa sakitnya supaya mendapatkan uang. Dunia keras, kita harus berjuang supaya bisa bertahan hidup.
“Ibu Biru pulang,” teriak Biru mencari keberadaan ibu namun tak kunjung ketemu.
“Ibu di belakang nak,” jawab Sahara, Biru kemudian berjalan menghampiri ibu. saat tiba di belakang rumah dia melihat ibunya mencuci banyak pakaian tanpa menggunakan mesin cuci hingga tangan ibu terluka. Inilah penyebab Biru bertahan walaupun sering terkena Bullying habis-habisan di sekolah, Biru ingin suatu hari nanti bisa mengejar cita-citanya melalui belajar dengan giat supaya mendapatkan beasiswa di perguruan tinggi.
Hidup aku sesusah ini.
Sahara yang sedang menggosok pakaian menggunakan sikat cuci baju melontarkan pertanyaan mengenai keseharian putranya di sekolah, “Gimana sekolah kamu hari ini Biru? Apakah-----”melihat bibir Biru terluka, dan pipinya sedikit lebam membuat Sahara terkejut, perempuan paruh baya itu mencuci tangannya lalu menghampiri Biru.
“Ini teh kenapa lagi?”
“Biru jatuh Bu,”
“Tidak mungkin, setiap hari alasan kamu jatuh terus, di sekolah kamu tidak di bullying kan, Nak?” Sahara cukup ingat, dulu Biru pernah di rundung bertahun-tahun oleh teman-teman sekelasnya hingga Biru kecil menangis di belakang sekolah dengan pakaian sobek, bahkan dulu dia pernah takut ke sekolah.
Biru takut untuk bercerita mengenai dirinya yang selalu di Bullying, terlebih lagi kepala sekolah mengancam akan mengeluarkannya dari sekolah, “Biru benar-benar jatuh Bu, jadi jangan khawatir ya?”
“Tapi ini seperti bekas pukulan, Nak.” Sahara menyentuh wajah Biru putranya. Hatinya teriris.
Dia berusaha meyakinkan sang ibu bahwa ia terjatuh dari atas tangga saat membawa setumpuk buku, tumpukan buku-buku tersebut mengenai bibirnya hingga terluka.
“Ibu takut Biru, ibu takut anak ibu di Bullying sama seperti dulu, kalau Biru ada apa-apa cerita sama ibu, jangan di pendam. Ibu itu orang tua kamu, kalau ibu nggak tau tentang kamu, ibu merasa gagal menjadi seorang ibu.”
Mati-matian Biru menahan air matanya supaya tidak menetes keluar, “Iya, Bu. Biru pasti cerita kalau ada apa-apa. cucian ibu masih banyak Biru bantu ya, Bu?”
Sahara menggelengkan kepala,"Udah mau selesai. Biru makan dulu gih, di meja makan cuma ada kerupuk sama kecap nggak apa-apa kan? Karena bapak belum pulang bawa lauk, uang ibu cuma terisa buat beli itu aja."
Biru tersenyum, "Nggak apa-apa Bu, apapun makanannya Biru tetap bersyukur, nanti Biru beli makanan buat ibu, bapak sama adik-adik karena tadi jualan Biru laku Bu, kue-kue yang dititip sama Bik Darmi juga laku." ujar Biru senang.
"Maaf ya, Nak. Kamu juga ikut susah gara-gara ibu, harusnya kamu fokus belajar bukanya berjualan kue."
"Ibu jangan minta maaf, ibu tidak salah. Biru berjualan karena Biru suka, lagian kue-kue buatan Biru banyak digemari. Jadi, kan, sayang kalau mereka nggak tau." balas Biru tersenyum hingga mata cowok itu ikut menyipit.
Tuhan itu baik, Sahara selalu bersyukur memiliki anak sebaik Biru, apalagi Anjanu dan Renjana. Anak yang selalu mengerti keadaan tanpa menuntut.
Sahara mengusap Surai hitam milik putranya. "Anak ibu udah dewasa ya. Tidak terasa waktu cepat berlalu, ibu sayang Biru."
"Biru juga sayang banget sama ibu." Biru memeluk tubuh ibu erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOTA BANDUNG DAN BIRU [ Sudah terbit ]
أدب المراهقينSudah terbit dan tersedia di Gramedia. Versi wattpad dan Novel berbeda. Di novel diceritakan 75% sedangkan versi wattpad cuma 25%. Semua orang tau Bandung, begitu juga keindahannya. Tapi semua orang belum tentu tau jika Bandung menyimpan luka untuk...