02. You

165 21 2
                                    

"Bunda hari ini nggak bisa jemput kamu soalnya banyak pesanan, nanti pulangnya nebeng Henan atau Jievan aja, ya? Atau kalo mereka nggak bisa nganter naik ojek aja, nggak papa kan?" Ucap bunda saat aku menyalimi tangannya.

"Nggak papa bunda, tenang aja nanti aku pulang dengan selamat walau nggak dijemput bunda hehe."

"Iya dong itu mah harus! Udah masuk gih, belajar yang pinter ya anak bunda." ucap bunda sambil mengusak rambutku.

"Dadah bunda, assalamualaikum. Hati-hati di jalan pulangnya." Aku keluar dari mobil dan melambaikan tangan ke arah bunda. Setelah mobil bunda hilang dari pandanganku, aku baru masuk ke dalam gedung kampusku.

"Baru dateng?"

"Eh hallo Jenggala, iya. Kamu juga baru dateng? Bareng Alila?" Iya, dia Jenggala yang entah tiba-tiba sudah berjalan di sampingku.

"Iya gua baru dateng dan nggak bareng Ila," jawabnya, aku hanya menganggukan kepala mengerti.

"Ada kelas kah atau urusan lain?" tanyanya lagi.

"Ada kelas, kamu ada kelas juga kan ya di gedung ini sama Prof. Rudi." Dia mengerutkan dahi, aku langsung merutuk dalam hati karena merasa salah bicara.

"Iya ada kelas. Kok tau gua kelas Prof. Rudi?" tanyanya.

Jenggala, ada banyak hal yang aku tahu tentang kamu.

"Alila pernah cerita," alibiku.

Dia menggangguk mengerti, "Alila pernah bilang apa aja tentang gua?" pandangan berbinar, tersenyum salah tinggah, bahagia tergambar jelas dari raut wajahnya.

"Hm banyak, dia cukup sering ngomong tentang kamu." senyumnya semakin merekah dan aku lagi-lagi ikut tersenyum melihatnya.

Dia benar-benar jatuh cinta dengan Alila.

"Aku duluan ya, bye Jenggala." tanpa mendengar balasannya, aku pergi lebih dulu menjauh darinya dan menuju kelas.

Rasanya menyenangkan bisa berinteraksi dengan orang yang kita sukai, namun aku harus tetap menjaga batasan jika tidak ingin semakin jatuh, karena dia milik sahabatku.

...

"Nanti mau ke kantin atau langsung cabut?" tanya Cilla yang duduk di sebelahku.

"Nggak deh aku mau langsung pulang aja. Mau bantu bunda," jawabku.

"Pulang sama siapa? Bunda bisa jemput?" tanyanya lagi.

"Ojek kan banyak, tenang aja."

"Nggak mau bareng Henan atau Jievan aja? Atau ke kantin dulu nanti gua anter bareng Callan, kebetulan dia bawa mobil," tawarnya lagi.

Tentu saja aku langsung menolak tawarannya, "No, aku nggak mau jadi nyamuk kamu. Trus kalo bareng Jievan sama Henan kayanya nggak bisa deh, mereka aja nggak keliatan daritadi."

"Yaudah kalo gitu. Makanya punya pacar Kikaaaaa biar bisa dijadiin ojek pribadi," ledeknya.

"Gausah ngeledek, emangnya kamu udah jadian apa sama Callan. Kamu kan masih digantungin," balasku sambil tertawa.

"Heh nggak usah diungkit dong, gua jadi sedih," ucapnya sambil memasang raut pura-pura sedih.

Ya, hubungan Cilla dan Callan memang masih abu-abu. Walau mereka sering pergi berdua, namun belum ada status jelas terkait hubungan mereka.

Kisah dan Segala Hal tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang