15. Roller Coaster

68 17 7
                                    

Jenggala's POV

Kisah suka sama Radin.

Pemikiran itu yang selalu muncul di otak gua dan ntah kenapa sebagian dari diri gua benci hal itu.

Setelah selesai main di rumah Alila, gua, Radin, Henan, dan Jievan pulang. Kita berada dalam 1 mobil. Brengseknya mereka numpang dan gua juga yang jadi supir.

"Lu udah jadian belum sih Gal sama Alila?" Pertanyaan Henan membuyarkan lamunan gua.

"Belum." jawab gua.

"Brengsek." gumam Jievan buat gua langsung nengok ke arah dia yang duduk di samping gua.

"Maksud lu?" gw sedikit nggak terima dibilang brengsek.

Dia ikut nengok ke arah gua, "Iya lu brengsek, kalo lu emang suka sama Alila ya lu tembak lah ajak jadian. Ini udah berbulan-bulan masih aja belum jadian. Mau main-main doang lu ya?"

Gua cuma diem denger omongan Jievan.

"Kenapa? Lu suka sama cewek lain?" tanyanya lagi dan sialnya gua gak bisa jawab karena gua langsung kepikiran Kisah.

"Nggak lah, mana mungkin bego Jie. Lu kan tau sesuka apa dia sama Alila." Ucap Henan.

"Ya kan kali aja. Biar gua tonjok sekalian, Alila kan sahabat kita juga."

"Yeu dasar lu nethink aja sama temen."

"Udah woi, ngapa jadi lu berdua yang panas. Biarinlah itu jadi urusan Jenggala, gausah ikut-ikutan." ucap Radin memisahkan mereka.

"Tenang Jie, gua nggak bakalan nyakitin sahabat lu kok." balas gua akhirnya. semoga.

Setelah itu kembali hening, mungkin kita sama-sama capek dan butuh istirahat. Gua mengantarkan satu persatu dari mereka, sekarang sisa Radin yang udah pindah tempat duduk di samping gua, tempat Jievan tadi.

"Menurut lu, Kika gimana?" tanya Radin.

"Hah? Kenapa lu tanya sama gua?"

"Menurut lu aja." ucapnya lagi.

"Dia baik." jawab gua singkat.

"Yaelah, kalo baik mah mba-mba random lewat depan lu juga baik. Kecuali dia bunuh lu, baru jahat." ucapnya kesal.

"Kalo lu mau tau lebih tentang dia harusnya lu tanya ke Jievan sama Henan, bukan ke gua." jawab gua.

Dia menggangguk setuju, "Tau gua, cuma kalo nanya mereka ribet. Lagian kali aja lu tau dia dari ceritanya Alila."

"Nggak."

"Dih. Trus menurut lu cantikan dia atau Alila?" tanyanya lagi.

Gua ngeblank denger pertanyaannya, "Udah gila lu ya."

Dia nggak pedul sama ucapan gua, malah kembali ngomong, "Alila emang cantik sih, tapi entah kenapa Kika tuh beda."

"Anjing." ucap gua sedikit terbawa emosi.

Gatau gua emosi kenapa, apa karna Radin banding-bandingin Alila? Atau karna dia muji Kisah dan gua nggak terima itu? Karena gua gatau.

Dia ketawa, "Emosian banget ceweknya gua bandingin sama Kika. Iya tau bagi lu Alila yang paling cakep."

"Turun lu buruan, gua mau balik." ucap gua mengusir ketika kita sampai di depan rumahnya.

Radin masih ketawa.

Setelah dia nyelesaiin tawanya, dia kembali ngomong, "Kalo gua suka sama Kika, menurut lu gimana?" tanyanya berhasil membungkam gua.

Belum gua jawab, dia langsung turun dari mobil gua.

"Dah gua masuk dulu, thanks ya. Btw jangan lu bilang ke Henan sama Jievan ya yang barusan gua omongin, awas aja lu. Bye." Radin kemudian masuk ke dalam rumahnya, meninggalkan gua yang masih diam.

Radin menyukai Kisah

Dan lagi-lagi gua benci hal itu.

•••

Kisah's POV

"Jangan suka sama Radin." ucap Jenggala secara tiba-tiba ketika dia melewati bangku tempatku duduk.

Kami memang baru menyelesaikan rapat kepanitiaan suatu acara dan teman-teman yang lain sudah pulang. Aku masih berada di ruang kelas tempat rapat dilaksanakan karena aku harus menunggu bunda menjemput, aku bahkan tidak menyadari kalau Jenggala belum keluar ruangan.

Aku berhenti memainkan handphoneku dan menatapnya bingung, "Kamu ngigo?"

"Jangan suka sama Radin." ulangnya lagi.

"Jenggala, kamu aneh." jawabku lalu kembali mencoba mengalihkan perhatian darinya.

"Dijemput?" dia mengubah topik.

"Iya, ini lagi nunggu bunda." jawabku.

Dia mengangguk sekilas. Kemudian hening, dia masih berdiri di samping bangkuku.

"Radin suka sama lu." Ntah apa yang dia pikirkan sampai tiba-tiba mengatakan itu kepadaku.

Aku tertawa sarkas sambil menggelengkan kepala tidak percaya, "Nggak mungkin, jangan bercanda." jawabku.

"Siapa yang bercanda?" tanyanya

"Kamu." jawabku lantas membereskan barang bawaanku dan bersiap untuk keluar dari ruangan. Menghindari Jenggala.

"Kenapa nggak mungkin dia suka sama lu? Lu cantik, lu menarik, lu asik diajak ngobrol, lu pinter, lu baik, lu tulus, dan lu bisa bikin orang-orang di sekitar lu nyaman. Kenapa nggak mungkin, Kisah?" ucapnya menghentikan kegiatanku.

Aku memberanikan diri untuk menatap matanya, "Kamu tuh lagi kenapa? Dan apa maksud kamu bilang begitu?" tanyaku berusaha tenang.

"Kenapa? Ada yang salah sama omongan gua?"

"Kamu sadar nggak kamu barusan ngomong apa?"

"Sadar, dan yang gua omongin emang kenyataan kan. Lu emang cantik, lu emang menarik, lu baik, lu pinter, lu tulus, lu bikin orang-orang di sekitar lu nyaman, termasuk gua," lagi, dia mengulangi ucapannya lagi. Kali ini dia mengatakannya sambil menatap tepat di mataku, dan nadanya bicaranya lebih tinggi dari sebelumnya.

Aku hanya terdiam, membeku mendengar ucapannya.

Dia kembali melanjutkan kalimatnya, "Sekali lagi, please, jangan suka sama Radin."

Setelah mengatakan itu, dia keluar dan pergi meninggalkanku. Dia pergi meninggalkanku yang masih terdiam mematung mencoba mencerna maksudnya.

Ucapannya bukan membuatku senang, malah membuatku takut. Aku takut menjadi serakah dan semakin jatuh kepadanya. Aku takut akan menyakiti sahabatku.

•••

15.20
10/10/2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah dan Segala Hal tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang