10. Love Fool

111 19 5
                                    

"Kenapa belum pulang?" suara itu membuyarkan lamunanku.

Jenggala

"Belum mau pulang, mau duduk di sini dulu sebentar." ucapku.

Dia kemudian ikut duduk di sampingku, "Nunggu jemputan? atau nunggu temen?" tanyanya lagi.

Aku menggeleng, "Nggak nunggu siapa-siapa kok, emang belum mau pulang aja. Tadi abis makan bareng Cilla sama Alila, cuma mereka pulang duluan."

"Yaudah gua temenin ngelamunnya, bolehkan?." Dia tersenyum di akhir ucapannya, mau tak mau aku ikut tersenyum dan mengangguk kecil sebagai jawavan.

"Nih," dia menyerahkan permen favoritnya ke arahku. Aku menatapnya bingung.

"Buat nemenin ngelamun." Dia tersenyum lagi.

Padahal beberapa hari yang lalu dia keliatan muram, rupanya sekarang dia sudah kembali ceria.

Aku tersenyum sembali mengambil permen itu, "Makasih ya Jenggala."

"Kamu sendiri kenapa belum pulang?" tanyaku memecah kecanggungan.

"Niatnya tadi mau pulang, cuma ngeliat lu lagi ngelamun ya gua samperin." Jawabnya sambil menatapku, aku tentu saja berusaha untuk tidak terpengaruh.

"Loh, aduh maaf-maaf kamu malah jadi duduk di sini. Kalo mau pulang gapapa kok, aku emang lagi mau di sini dulu." Ucapku.

"Ngusir nih maksudnya?"

"E-eh bukan gitu, aku takutnya kamu ada urusan abis ini."

"Hahaha bercanda. Nggak kok, kelas gua baru aja selesai tadi."

Jenggala, tolong jangan tertawa. Karena itu bikin aku makin suka kamu. Aku takut, batinku.

"Kamu mau nanya tentang Alila ke aku?" tanyaku lagi.

Dia mengerutkan kening, "Nggak lah, ngapain. Emangnya kalo gua mau ngomong sama lu tuh harus tentang Alila ya?" dia balas bertanya.

Kali ini aku yang mengerutkan kening bingung, "Bukannya harusnya begitu? Kamu kan lagi deket sama Alila, terus kebetulan aku temennya Alila. Jadi kali aja kamu mau cari informasi tentang Alila ke aku."

"Siapa yang bilang gitu? Lu sendiri? Gua nyamperin lu karena emang mau ngobrol aja sama lu." Dia mengucapkannya dengan santai, seolah tidak ada maksud apa-apa. Namun berbeda denganku. Aku berusaha mati-matian agar tidak semakin menaruh harapan.

•••

Jenggala's POV

Dia duduk di samping gua yang sedang nyetir. Ya, Kisah Kasih Senjakelana yang dari beberapa hari yang lalu selalu ada di pikiran gua. Bahkan karena dia gua sedikit kesel setiap ngeliat Radin. Brengsek.

Setelah sedikit paksaan akhirnya dia mau pulang bareng gua. Kebetulan gerimis turun waktu dia mau pesen ojek. Bundanya gak bisa jemput karena lagi ada urusan di luar kota dan yang gua tau dari Jievan dia gak akan berani untuk naik taksi sendiri.

"Mau gua anter ke rumah lu atau ke rumah Jievan?" tanya gua.

Dia keliatan lagi menimbang keputusan. Lucu, muka seriusnya lucu. Stop berpikiran aneh-aneh brengsek.

"Ke rumah aku aja gapapa?" jawabnya ragu.

"Loh kenapa harus gak boleh?" gua bales bertanya.

"Karena rumahku sama rumah Jievan jauhan rumahku, aku takut ngerepotin kamu." jawabnya.

"Yaelah, padahal rumah lu sama rumah Jievan cuma beda beberapa menit doang gak sejauh itu."

Kisah dan Segala Hal tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang