"Guys kalo Gala sama temennya ikut ke sini gapapa? kita bakar-bakar bareng sama mereka, lu juga boleh ajak Callan kok Cil." tanya Alila kepada aku dan Cilla.
Aku dan Cilla memang memutuskan untuk menginap di rumah Alila karena besok adalah hari libur dan orang tua Alila sedang tidak di rumah karena sedang ada urusan kerjaan di luar kota, jadilah Alila meminta kami untuk menemaninya di rumah.
Cilla terlihat excited setelah mendengar penuturan Alila, "SERIUS? AAAA UDAH LAMA KITA GAK BAKAR-BAKAR BEGINI. BENER YA GUA BILANG CALLAN."
Sebenarnya kegiatan seperti ini memang sering aku, Cilla, Alila, Henan, dan Jievan lalukan. Namun, belakangan ini kami jarang melakukannya karena sama-sama sibuk dengan kegiatan perkuliahan.
"Bahan-bahannya gimana? Kita belanja dulu?" tanyaku.
"Nggak, nanti mereka yang bawa sekalian katanya." jawab Alila.
"Oh gitu. Jam berapa mereka ke sini?"
"Jam 7 an mungkin. Yaudah gua mau mandi dulu yaa." Alila kemudian pergi ke kamar mandi dan aku masih tiduran di kasur Alila sambil menerka-nerka apa yang akan terjadi nanti.
•••
Pukul 7 malam, Jenggala, Radin, Jievan, dan Henan sampai ke rumah Alila dengan bawaan mereka yang super banyak.
"Hai." sapa Jievan sambil menghampiri dan memelukku singkat.
"Mami di rumah sendiri dong kalo kamu di sini Jie?" tanyaku.
"Nggak, kan ada bude Asti di rumah."
"Dasar." ucapku, kemudian kami berjalan beriringan menghampiri yang lain untuk membantu menyiapkan perlengkapan kami bakar-bakar.
Semua mulai sibuk dengan urusannya masing-masing. Cilla dan Henan sibuk mempersiapkan camilan, Radin dan Jievan menyiapkan tikar yang akan kita gunakan untuk duduk dan alat untuk membakar daging karena kebetulan kami bakar-bakar di halaman belakang rumah Alila, sedangkan aku terjebak di dapur, di antara Alila dan Jenggala untuk mempersiapkan daging dan sayur-sayuran sebagai pelengkap.
"Ini kalian beli banyak banget, kalo nggak abis gimana." ucap Alila kepada Jenggala.
"Gapapa biar Henan nanti yang suruh habisin, segitu aja tadi dia bilang bakalan kurang." jawab Jenggala. Aku terkekeh pelan mendengarnya, Henan memang seperti itu.
"Sepupu lu emang gitu ya Ka, suka nggak jelas." ucap Jenggala, mencoba mengajakku berbicara. Aku menoleh ke arahnya yang juga sedang memperhatikanku.
"Biasa lah, namanya juga Henan." aku mencoba menjawabnya seperti biasa dan kembali fokus dengan kegiatanku untuk membersihkan sayuran.
Aku merasa Jenggala masih memperhatikanku, lantas aku menoleh dan benar saja dia masih memperhatikanku, walau ada Alila di sampingnya.
"Udah yuk, ke mereka?" tanya Alila yang sudah selesai menyiapkan daging-daging yang akan dipanggang.
"Duluan aja nanti aku nyusul, dikit lagi ini." jawabku.
"Oke, yuk Gal." ajak Alila.
Alila dan Jenggala kemudian meninggalkanku di dapur sendiri.
Aku harus menenangkan diriku.
•••
Setelah semuanya siap kami duduk bersama untuk menikmati apa yang telah kami buat. Sambil mengobrol dan bercanda tertawa.
"Buset perhatian amat mas Gala, cuma ngambil kecap aja diambilin itu ayangnya." ucap Henan meledek.
Aku yang sebelumnya sedang berbicara dengan Cilla di sebelahku lantas ikut menoleh ke subjek utama di sebrangku, ya Alila dan Jenggala yang duduk samping-sampingan.
"Yeu dasar lu sirik aja, biarin lah mereka mesra-mesraan." balas Cilla yang duduk di sebelah kananku kepada Henan.
"Eh lu juga sirik tuh gua liat-liat karna ayang Callan lu gak bisa ikut." Henan balas meledek.
"Tapi mulut gua gak bawel kaya lu, wleee." balas Cilla lagi.
Aku memandang maklum pemandangan ini, Cilla dan Henan memang tidak pernah akur selalu ada saja hal yang didebatkan.
"Mereka emang gitu ya?" ucap Radin yang duduk di sebelah kiriku, suaranya pelan bahkan seperti gumaman atau suaranya biasa saja tapi tertutup oleh suara debat Cilla dan Henan.
Aku menoleh ke arahnya dan tersenyum, "Iya, selalu."
"Mereka cocok." ucapnya lagi.
"Hm?" aku mengerutkan dahi, sedikit terkejut dengan ucapannya.
Dia tersenyum, "Itu Henan sama Cilla cocok, seru pasti kalo mereka jadi pasangan."
"Setelah aku pikir-pikir oke juga, pasti mereka jadi pasangan yang super rame." kami kemudian tertawa, tanpa sadar yang lain tengah memperhatikan.
"Yaelah ada lagi nih yang lagi kasmaran juga?" ucap Henan Jahil.
"Iya ya, asik banget kayanya ngobrolin apa sih sampe senyum-senyum gitu." Alila menimpali.
"Kepo lu." balas Radin.
"Eh Radin awas aja lu ya, kalo mau deketin Kika harus lewatin gua sama Jievan dulu. Ya gak Jie?" ucap Henan lagi.
"Ogah, lu nggak penting. Kalo Jievan boleh lah." balas Radin membuat yang lain tertawa, kecuali Henan yang memasang tampang kesal dan dia. Jenggala. Dia hanya menatap ke arahku tanpa ekspresi apapun, bahkan terlihat tidak terima.
Ada apa dengan ekspresi itu Jenggala?
•••
Holla guys, aku balik lagi.
Aku nggak tau masih ada yang nunggu cerita ini atau nggak, tapi kalo ada yang masih nunggu maaf yaa aku baru bisa update, karena sangat-sangat sibuk dengan tugas-tugas kuliah.
Hope you enjoy this chapter. Makasih sudah bacaaa 🩶
11.41
09/10/24
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah dan Segala Hal tentang Dia
Teen FictionKisah menyukai Jenggala. Terlalu lama, terlalu dalam, sampai rasanya terlalu menyakitkan jika diabaikan.