Aku sedang duduk bersama Jievan dan Henan di ruang tamu sambil menonton tv.
"Gimana sih rasanya punya pacar?" tanyaku membuat Henan dan Jievan menoleh bersamaan.
"Biasa aja dong liatnya hahaha."
"Ya abis tumben banget nanya gitu," ucap Jievan.
Henan memasang wajah jahilnya, "Hayoo lagi suka sama siapa kamu?"
"Nggak ada," jawabku.
"Bohong, kamu gak mungkin nanya gitu kalo nggak ada yang kamu suka." ucapnya lagi.
Memang dan aku lagi suka sama teman kalian, batinku.
"Nggak ada serius. Ini tadi kan kita abis nonton, lucu aja ngeliatnya kalo punya pacar."
"Jangan pacaran deh kamu masih kecil." Henan mengusak rambutku, membuatku sebal.
"Jie! Liat tuh Henan. Lagian aku sama kalian kan cuma beda beberapa bulan."
Jievan dan Henan hanya tertawa mendengar ucapanku, "Noh masih suka ngadu sama Jievan."
"Udah Nan ntar nangis."
"Aku nggak nangis! Emangnya aku anak kecil." Aku kemudian beranjak dari duduk ku dan berjalan menuju kamar.
"Ngambek nihhh." Ledek Henan lagi.
"HENANNNNNN."
"HAHAHAHAHAHA."
"KALO PULANG NANTI GERBANGNYA JANGAN LUPA DITUTUP, AKU MAU TIDUR YAA."
"IYA TUAN PUTRI."
•••
Saat di kamar aku tidak tidur seperti yang aku bilang sebelumnya kepada Henan dan Jievan. Aku malah sibuk dengan pikiranku sendiri.
Jenggala, orang yang lagi-lagi memenuhi pikiranku.
Bohong rasanya kalau kadang aku tidak iri melihat teman-temanku yang saling bercerita tentang pasangannya, dan bohong jika sama sekali tidak ada rasa cemburu saat Alila bercerita tentang apa yang dilaluinya dengan Jenggala. Tapi aku sadar diri, Alila dan Jenggala memang saling menyukai.
Memang ada rasa cemburu saat aku melihat Jenggala dengan Alila, tapi lagi-lagi aku langsung menjauhkan pikiran itu. Aku senang melihat Alila bersama Jenggala, karena aku tau Jenggala orang baik dan Alila cocok untuk bersama dengan dia.
Tok tok tok...
Suara ketukan pintu menyudahi lamunanku. Pasti Jievan atau Henan.
"Masuk aja, nggak dikunci."
"Nggak jadi tidur?" tanya Jievan sambil berjalan ke arahku yang tiduran di kasur.
"Nggak jadi ngantuk. Henan mana? Di bawah atau udah pulang?" tanyaku.
"Tadi setelah kamu masuk kamar dia langsung cabut, Rachel minta dijemput di rumah temennya," jawabnya.
Aku mengangguk paham, "Kamu mau pulang juga?"
"Iya, mau anter mami belanja nanti."
"Ka," panggilnya.
"Kenapa? Mau bilang sesuatu?" ada rasa khawatir yang terpancar di wajah Jievan.
Dia mengelus kepalaku lembut, "I know."
"Tau apa?" tanyaku ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah dan Segala Hal tentang Dia
Teen FictionKisah menyukai Jenggala. Terlalu lama, terlalu dalam, sampai rasanya terlalu menyakitkan jika diabaikan.