09. They Never Know

101 17 7
                                    

Pernah denger nggak, kalau kita sedang jatuh cinta apapun yang dilakukan dia akan terlihat menyenangkan untuk dilihat? Ya, aku sedang mengalami itu. Aku melihat Jenggala tengah berlatih basket dengan teman satu timnya, tentu saja ada Jievan, dan Henan karna mereka tergabung dalam satu UKM. Dia tampak keren saat di lapangan, ya walau dia selalu tampak keren kapan pun dan di manapun.

"KIKAAAA." Teriak Jievan dan Henan dari lapangan, aku lantas membalasnya dengan senyum dan lambaian tangan.

"Jievan tuh menarik ya kalo lagi main basket begitu," ucap Alila yang duduk di sampingku.

"Heh, di situ ada gebetan lu ya jangan malah salfok ke Jievan jelek." omel Cilla.

"Bawel banget sih lu, suka-suka gua dong. Lagian gua cuma bilang Jievan cakep, bukan nembak dia."

"Ya kan awalnya muji, ujungnya demen."

"Cil udah lah, lagian Alila cuma muji doang." Aku menengahi perdebatan mereka sebelum makin parah.

Alila kemudian merangkul bahuku, "Noh dengerin kata bestie gua."

"Idih."

Ya, saat ini aku sedang menyaksikan latihan basket mereka. Tadi Alila mengajak aku dan Cilla untuk menemaninya melihat Jenggala latihan dan kebetulan aku tidak ada urusan, jadi aku mengiyakannya.

"Hai Kisah Kasih, kita ketemu lagi." Ucap seseorang menghentikan obrolan kami.

Aku tersenyum ke arahnya, "Hallo Radin."

"Gua boleh duduk di situ?" tanyanya sambil menunjuk bangku di sampingku.

Aku mengangguk mengiyakan, "Boleh kok."

Radin kemudian duduk di kursi samping ku, dan kedua temanku menatap aku dengan penasaran, tidak sabar meminta penjelasan.

"Tumben nonton mereka latihan, disuruh Jievan sama Henan?" tanyanya lagi.

"Nggak, aku nganterin Alila." ucapku.

"Oh kirain dua bocah tengil itu minta lu nungguin."

"Oh iya Radin, ini Alila sama Cilla atau udah kenal?" aku mengenalkan Radin dengan Alila dan Cilla.

Radin menggangguk, "Udah kenal, ceweknya Jenggala sama Callan kan?"

"Belom ditembak tuh, coba bilang sama temen kamu suruh tembak temenku." Ledekku.

"Kikaaa." Sela Alila.

"Hahahahah." tawaku pecah.

"Lu sendirian aja Din?" kali ini Cilla yang bertanya.

"Iyalah, temen gua kan tiga-tiganya tuh di lapangan." Jawab Radin.

"Bener juga, temen lu kan cuma mereka bertiga." sambung Alila.

Lagi-lagi aku tertawa mendengar ucapannya, belum lagi muka Radin yang siap menyemprot Alila dengan mulutnya.

"Daripada lu belum ditembak-tembak, kasian." Balas Radin.

"HEH!" Alila memukul Radin.

"Woi sakit, ini nih makanya Gala gak nembak-nembak lu."

"Wah kurang ngajar nih bocah. Awas Ka, biar gua tabok dia." Ucap Alila, yang siap memukul Radin lagi.

Aku menyaksikan interaksi mereka sambil tersenyum kecil. Sepertinya mereka sudah kenal lebih dulu dibanding aku.

"Udah woi, ribut mulu." Cilla memisahkan mereka.

Aku kembali melihat ke arah lapangan, aku sempat beradu pandang dengan Jenggala yang juga kebetulan sedang melihat ke arah kami. Entah kenapa dia terlihat tidak suka? Mungkin dia cemburu melihat kedekatan Alila dan Radin.

Kisah dan Segala Hal tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang