04. Smile On My Face

124 19 3
                                    

Jenggala's POV

Gua mengantarkan Kisah pulang. Di perjalanan gua memanfaatkan waktu untuk bertanya tentang Ila. Untungnya Kisah menjawab pertanyaan gua dengan baik, dia terlihat mendukung hubungan gua dengan Ila.

"Lu kenal Ila dari kapan?" tanya gua.

"Aku tadinya lebih dulu kenal sama Cilla pas ospek fakultas nah kebetulan Cilla itu temen SMA nya Alila, terus Cilla kenalin aku ke Alila. Sampai sekarang deh jadinya kita temenan."

"Oh, gua kira lu satu sekolah juga sama Ila."

"Nggak."

"Ila tuh suka banget es krim ya?"

Dia mengangguk, "Dia pernah bilang kalo dia bisa nggak makan nasi seharian tapi kalo nggak makan es krim tuh kaya ada yang aneh."

Gua tersenyum, "Lucu, seleranya kaya anak kecil."

Dia ikut tersenyum, "Orang yang lagi jatuh cinta tuh emang beda ya, semua yang dilakuin crush nya keliatan lucu."

"Hahaha, yakin gua lu juga bakalan begitu kalo jatuh cinta. Walau cringe tapi gua mengakui."

"Bener." Dia mengganggukka kepala setuju.

"Lu dari dulu emang ngomongnya pake aku-kamu?" tanya gua.

"Eh, maaf nggak nyaman ya pake aku-kamu?" Dia memasang wajah nggak enak, takut gua nggak nyaman.

Gua langsung menggelengkan kepala, "No, nggak gitu maksud gua. Penasaran aja, soalnya Ila sama Cilla nggak pake aku-kamu kalo ngomong."

"Oh iya mereka nggak pake aku-kamu, tapi kalo kamu emang nggak nyaman bilang aja ya, biar aku sesuaiin pake gua-lu tapi please jangan diketawain ya kalo kaku." Dia senyum lagi. Oh dan gua baru sadar matanya juga merem kalo senyum!

"By the way, sejujurnya aku juga nggak tau sih kenapa kalo ngomong sama orang pake aku-kamu. Mungkin karena kebiasaan? Dan temen-temen aku nggak ada yang mempermasalahin itu, jadi aku nggak berniat untuk ngerubahnya," lanjutnya dan gua hanya mengangguk kecil.

"Itu rumahku yang pager putih," ucapnya lagi dan gua langsung menghentikan mobil di depan rumah itu.

"Makasih Jenggala udah repot-repot nganterin aku pulang dan traktir aku boba tadi." Ucapnya sambil bersiap untuk turun.

"Makasih terus, lagian gua kan juga tadi minta bantuan sama lu."

Dia lagi-lagi tersenyum, "Oh iya, kamu tunggu di sini sebentar yaaa."

Belum sempat gua jawab, dia udah keluar mobil dan masuk ke rumahnya, ninggalin gua yang bingung di dalem mobil. Nggak lama dia dateng dengan muka super ceria sambil membawa sesuatu di tangannya.

"Ini buat kamu sebagai ucapan terima kasih karena udah nganterin aku pulang dan beliin boba. Aku tau kamu nggak bakalan mau dibayar pakai uang, jadi aku kasih kamu ini aja. Ini soft cookies buatan aku sama bunda, semoga suka ya." Ucapnya sambil menyerahkan totebag berisi soft cookies itu.

Lagi-lagi, belum sempat gua membuka mulut dia kembali memotong, "Maaf kalo gak sopan motong omongan kamu. Tapi kalo kamu mau protes dan bilang aku nggak ngerepotin mending nggak usah, oke? Karena aku merasa nggak enak."

Gua ketawa denger omongan dia, "Hahaha, oke kalo gitu thanks i guess."

"Sip sama-sama, sekarang kamu boleh pulang hehehe. Hati-hati Jenggala," dia kembali masuk ke dalam rumah sambil melambaikan tangan ke arah gua.

"Aneh," dan entah kenapa gua tersenyum mengingat tingkahnya sampai gua pulang ke rumah.

•••

Kisah's POV

"Dianter siapa sih emang baliknya? Kok nggak mau aku jemput?" tanya Jievan yang sedang duduk di sofa ruang tamu rumahku sambil nonton.

"Kepo kamu," aku mendekat dan duduk di sampingnya.

Jievan lantas mencubit kedua pipiku, "Ditanyain bener juga, kalo yang nganterin orang jahat gimana?"

"Nggak kok, ini udah terbukti orang baik."

"Your boyfriend?" tanyanya lagi.

Aku langsung menggeleng kuat, "Nope, and never." Never karena dia udah punya orang lain yang dia suka.

Dia mengerutkan alis bingung, "Terus siapa dong dia? Bukan ojek kan?"

"Bukan ojek, tapi bukan pacar aku juga. Temen aja."

"Oke kalo gak mau ngasih tau. Pokoknya nanti kalo kamu punya pacar wajib kasih tau aku sama Henan ya."

"Kenapa?"

"Ya gapapa sih. Lagian kamu nggak boleh curang, aku sama Henan aja kalo punya pacar ngasih tau kamu."

"Hahaha iya okey. Ngomong-ngomong Henan nggak dateng?" tanyaku ketika tidak melihat keberadaan Henan, biasanya dia dan Jievan selalu bareng jika ada acara seperti ini.

"Dateng kok tadi, tapi balik duluan katanya mau nonton sama pacarnya. Emang dasar bucin tuh bocah," jawabnya.

"Kamu juga kalo punya pacar bucin. Dia masih pacaran sama Acel, kan?"

"Huum."

"Berarti ini kamu doang yang masih di sini?"

"Iya, suruh nunggu kamu pulang sama bunda. Kalo kamu tanya bunda di mana, bunda lagi ke toko sebentar." Aku baru sadar aku belum melihat bunda sejak sampai rumah.

"Sekarang aku udah pulang, kalo kamu mau pulang atau main sama temen kamu boleh kok."

Dia menggelengkan kepala, "Nggak deh males, mau tidur di sini aja."

"Dasar." Aku mengikuti kegiatannya, memakan cemilan sambil menonton.

"Ka," panggilnya membuatku menoleh.

"Maaf ya," lanjutnya.

Aku mengalihkan pandangan darinya, "Masih tentang itu?"

"Iya, sorry aku masih belum bisa ngembaliin semuanya kayak dulu."

"Bukan salah kamu dan bukan kewajiban kamu untuk ngembaliin semuanya kayak dulu kok Jie, lagian aku udah nerima kok."

Dia mengusap kepalaku lembut, "Keren, Kika emang selalu keren. Tapi aku sama Henan akan bantu kamu terus untuk ngembaliin semuanya kaya dulu."

"Makasih Jie, udah ya aku mau ke kamar dulu ganti baju. Kalo kamu nanti pulang jangan lupa tutup pintu ya."

Aku kemudian beranjak menuju kamarku. Saat di dalam kamar tangisku pecah.

"Nggak papa Kisah, nggak papa. Suatu saat akan kembali ke keadaan semula," ucapku kepada diriku sendiri.

Semua nggak akan sama, tapi aku berharap akan ada saatnya segalanya membaik.

•••

22/05/23
12.56

Kisah dan Segala Hal tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang