03. What U do?

142 18 2
                                    

"Bun, aku mau ke toko buku ya," pamitku kepada bunda yang tengah sibuk menyiapkan hidangan untuk arisan nanti.

"Sama siapa dek perginya?" tanya bunda.

"Sendiri, itu ojeknya udah sampe dikit lagi."

"Nggak sama temen adek aja? Maaf ya bunda nggak bisa nganter." raut sedih bercampur khawatir tergambar dari wajah bunda.

Aku tersenyum sambil menghampiri bunda, "Nggak papa Bunda, kan aku udah besar. Lagian bunda kan lagi sibuk. Ojeknya udah sampe di depan Bun, aku berangkat ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, hati-hati ya. Kalo ada apa-apa langsung kabarin Bunda." Bunda mengantarkanku ke depan rumah.

...

Tujuanku ke toko buku adalah untuk membeli novel dan menambah koleksiku. Aku berjalan sendiri menelusuri rak-rak buku untuk mencari buku yang aku inginkan. Tadinya aku berencana ke toko buku bersama Cilla dan Alila, namun mereka mendadak membatalkannya karena ada acara.

"Loh Kisah?" sapaan tersebut mengalihkan pandanganku dari buku-buku.

Jenggala berdiri dengan wajah terkejut yang kentara. Hari ini dia menggunakan kemeja flanel yang melapisi kaos putih polosnya, sederhana tapi menarik.

"Oh hai, Jenggala." Balasku, entah kenapa belakangan ini aku seringkali tidak sengaja bersinggungan dengannya.

"Sendiri aja?"

"Iya, tadinya mau bareng Cilla sama Alila tapi mereka mendadak ada urusan. Kamu sendiri juga?"

"Iya."

Setelah itu tidak ada percakapan apapun antara aku dengannya. Aku kembali fokus untuk mencari buku yang kuinginkan, walau tak bisa kupungkiri bahwa jantungku berdegup lebih cepat.

"Lu suka baca novel?" Dia kembali membuka percakapan.

Aku menoleh ke arahnya, "Iya. Kamu lagi cari novel juga?" tanyaku.

"Iya nih, adek gua nitip novel tapi gua gatau yang mana."

"Kakak yang baik. By the way, boleh tau judulnya apa? Kali aja aku bisa bantu."

"Boleh banget, peka banget ya hehe." Dia mengangguk semangat sambil memberi tahu judul novel yang ingin dibeli.

"Loh ini mah novel yang mau aku beli juga."

"Good then, jadi gua nggak terlalu nyusahin lu." Dia tersenyum sampai matanya membentuk bulan sabit, menggemaskan.

"Adek kamu nggak beda jauh kah umurnya dari kita? Eh sorry kalo aku sok tau, soalnya selera aku sama adik kamu sama jadi aku berspekulasi kalo umur kita nggak jauh beda."

"Nggak kok tenang aja. Sebenernya gua bingung juga sih bilang dia adek atau kembaran," dia menggaruk belakang kepalanya.

Aku mengerut bingung, "Maksudnya?"

"Kita kembar, tapi tanggal lahirnya beda sehari."

Aku terkejut mendengar penuturannya, "Wow keren banget??? Berarti kamu lahir sebelum 12 malem, trus kembaran kamu lahir setelah jam 12 malem?"

Kisah dan Segala Hal tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang