"La, Jenggala hari ini ada kelas nggak? Aku mau balikin jas labnya atau aku titip ke kamu aja?" tanyaku sambil menunjukkan totebag yang kubawa kepadanya.
"Kayanya dia nggak ada kelas hari ini tapi nanti ke kampus mau ada rapat, lu mau di kampus sampai kapan emang? Dia rapatnya bareng Jievan sama Henan, mereka kan satu UKM. Nanti kasih langsung aja atau titip dua kupret itu, sorry banget soalnya gua abis ini mau langsung pergi dan gak bakalan ketemu dia kayanya," jawab Alila sambil merapikan tasnya.
"Oh oke deh aku chat Jievan sama Henan dulu." Aku lantas mengeluarkan handphone dan mengirimkan pesan kepada Jievan.
"Perlu gua temenin, Ka?" tanya Cilla.
Aku menggelengkan kepala, "Nggak usah Cil."
"Mau langsung pulang, La?" tanyaku saat melihat Alila bangkit dari kursinya.
"Yoi, kalian masih mau di sini? Gua duluan ya, bye."
"Iya, dadah Laa."
"Hati-hati woyy"
"Sip." Alila lantas pergi menyisahkan aku dan Cilla yang masih duduk di dalam kelas.
"Kamu nggak pulang juga?" tanyaku kepada Cilla.
"Ngusir nih ceritanya?"
"Ya nggak lah, aku nanya aja."
"Gua tungguin deh sampe Jievan atau Henan ngabarin. Kelas mereka udah selesai?"
Aku menggelengkan kepala, "Belum jawab mereka. Kamu duluan aja kalo mau pulang. Eh abis ini mau dipake lagi ya kelasnya? Aku nanti tunggu di perpus aja."
"Iya dipake lagi ini kelasnya. Yaudah yuk."
•••
Perpus hari ini hanya berisi beberapa orang saja. Ada yang sedang berdiskusi dengan kelompoknya di bagian pojok perpus dan beberapa mahasiswa yang sedang membaca atau mengerjakan tugas. Jievan masih belum membalas pesanku, jadi aku memilih untuk menunggunya di perpus.
Aku duduk di bangku pojok lantai dua, sepi dan tenang. Aku lantas mengeluarkan novel yang kubawa. Salah satu kebiasaanku adalah membaca novel yang belum selesai kubaca ke manapun aku pergi.
Saat aku sedang fokus melanjutkan bacaanku, seseorang mengalihkan fokusku.
"Kisah Kasih?" Panggilnya.
"Saya?" Aku mengerutkan kening, bingung. Aku mengenal dia. Radin, salah satu sahabat Jenggala, namun aku tidak pernah berinteraksi dengannya.
Dia tersenyum kecil, "Oh kirain salah orang."
"Kenapa, ya?" tanyaku.
Bukannya menjawab dia malah mengulurkan tangannya, "Gua Radin, temennya Jievan sama Henan, temennya Jenggala juga sih."
"I know you hehe. Bener yang kamu panggil tadi, aku Kisah Kasih. Boleh panggil Kisah atau Kika, bebas terserah kamu." Aku membalas uluran tangannya dan tersenyum.
Dia ikut mengulas senyum, "By the way, gua nyapa lu karna tadi Jievan sama Henan lagi nyari lu, tapi lu gak bisa dihubungin."
Mendengar ucapannya aku pun langsung membuka handphone ku, dan benar saja ada beberapa panggilan dan pesan yang masuk dari Jievan dan Henan. "Oh iya, tadi aku silent soalnya di perpus takut berisik. Kalau boleh tau, sekarang mereka ada di mana ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah dan Segala Hal tentang Dia
Ficção AdolescenteKisah menyukai Jenggala. Terlalu lama, terlalu dalam, sampai rasanya terlalu menyakitkan jika diabaikan.