Epilog: Me After You [bag. 1]

823 29 1
                                    

Jika Alda boleh jujur, jujur sekali sekarang matanya terasa berat. Tidurnya belum seberapa, tapi melihat Aksa yang antusias, dia merasa tidak apa-apa menahan kantuk sebentar.

Pria itu sedang menceritakan masa kecilnya. Beberapa ada yang mulai teringat oleh Alda, beberapa yang tidak, hanya dia respon dengan senyuman. Apalagi bagian yang katanya dia pernah meminta Aksa untuk menikahinya saat berusia 7 tahun. Itu memalukan, Alda sampai bertanya dalam hati, benarkah ia melakukan itu?

"Tapi sekarang permintaan kamu terkabulkan. We're married." Kalimatnya menyentak Alda keluar dari lamunan.

Lagi-lagi Alda tersenyum lembut. "Iya." Lalu menguap.

Aksa yang melihatnya, malah tergelak. "Kalau ngantuk bilang, nggak usah maksa nahan."

"..., maaf."

"Kok minta maaf?" Aksa mengernyit, terus terkekeh. "Tidur aja."

"Kamu gak mau tidur juga? Masih gelap di luar."

"Abis subuhan, tanggung." Mungkin karena melihat Alda terdiam, lelaki itu lalu melanjutkan. "Kayaknya selain minta maaf ke kamu, aku juga harus minta maaf sama Tuhan." Tangannya membantu Alda kembali berbaring. Menurunkan hospital bed, menarik selimut, bahkan sampai mengusap rambut Alda, semua Aksa lakukan dengan telaten hanya agar membuat perempuan itu tidur lebih cepat.

Dan memang itu sangat berguna.

*

Menjelang jam 6 pagi, Alda dibangunkan oleh keinginannya buang air kecil. Pelan-pelan ia membuka kedua mata, hanya untuk disambut dinding putih yang kosong. Tapi menggulir sedikit, dia menemukan Aksa tertidur di sisi ranjang. Kepalanya tergolek di atas tangannya-pantas tak dapat digerakkan.

Jika begini, bagaimana caranya ia bangun dan ke kamar mandi?

Dia harus pergi, jadilah terpaksa menarik tangannya dengan sangat hati-hati. Dan berhasil! Aksa hanya menggeliat kecil tanpa membuka mata. Namun semua tidak berjalan mulus begitu saja. Selesai dengan itu, pintu ruangan diketuk dua kali dan saat Alda menoleh, sosok Naufal masuk.

"Al-"

"Sstttttt!" Alda kontan menaruh jari telunjuknya di depan bibir, menyuruh Naufal diam. Dengan teknik mouthing, dia membisikkan untuk jangan berisik, lengkap beserta kepalanya yang menggeleng. Kemudian mengangkat sedikit ponselnya. "Aku jelasin lewat chat, kamu keluar dulu," ketiknya di papan pesan.

Naufal membaca pesan itu, dan berakhir mengembuskan napas. Lantas, kakinya kembali melangkah keluar. Kaget dan bingung masih mewarnai wajahnya, bagaimana bisa Aksa di sana?

|maaf ya
|dia baru tidur abis subuh

kenapa dia bisa di sana?|
apa yang terjadi semalam?|

|singkatnya, kami baikan

gimana bisa?|
kamu ngasih dia kesempatan kedua?|

|karena aku harus
|demi masa depan anakku

apa maksud kamu, al?|
kita udah bicarain ini, biar aku yang angkat hanan, mama papa udah ngizinin|

|bukan hanan
|tapi anak yang ada di kandunganku

kamu jangan bercanda|

|na, i'm pregnant
|memang baru ketahuan kemarin, waktu aku usg sendiri buat ngecek kondisi rahimku
|kamu bisa tanya dokter ali, dia yang meriksa aku
|aku harus kembali ke mas aksa buat dia

Magic In You | Haechan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang