Tinggalkan jejak ya yuhuu~^°^~Dan benar saja setelah percakapan bisik-bisik antara Yeonjun dan Jungkook terjadi. Maka disinilah mereka, kafe yang pernah dikunjungi mereka saat pertama kali. Kafe yang menjadi saksi dimana perjanjian diantara mereka terjalin namun mendadak diputuskan oleh Yeonjun secara sepihak.
Sudah lebih dari sepuluh menit mereka masih sibuk di depan handphone mereka. Sebelum Jungkook yang terlebih dahulu memecahkan keheningan dengan menaruh handphone di meja. Mengartikan bahwa sesi percakapan dimulai.
"Jadi jelaskanlah!"
Yeonjun mengambil sikap seriusnya. Dagu ia labuhkan pada tangan yang tertumpuk di meja. Mata memicing tajam. Raut wajah yang serius dan datar menampilkan bahwa hal yang akan disampaikan sangat penting.
"Seperti yang seharusnya kau tahu, kakekku adalah orang yang keras, tidak terbantahkan, egois, dan ingin menang. Jiwa kompetitifnya sangat tinggi. Dari yang aku lihat saat kakek memperlakukan daddy tentu saja dirinya tidak suka ditentang, keinginannya harus terwujud. Maka dari itu daddy menjadi orang yang penurut. Hanya bisa mengatakan iya tanpa berkesempatan bisa mengatakan tidak"
"Lalu bagaimana denganmu?"
"Aku pernah ditekan oleh kakek. Mengatakan bahwa aku harus menjadi anak yang sempurna. Nilai bagus, relasi banyak, masuk ke universitas bagus. Itu semua adalah impian kakek. Dan kau tahu bahwa kegemarankan bukan kesana. Aku menyukai hal bebas, aku ingin bisa sepertimu yang bisa menjadi founder dari sebuah perusahaan game padahal semua kelurgamu adalah lulusan hukum dan politik"
Jungkook mengangguk mengerti, berdecak tak senang. "Bagaimana dengan nenekmu?"
Yeonjun mengubah mimik wajahnya menjadi sedih, "Nenek adalah orang pertama yang aku ingin hindari. Walaupun kakek benar-benar bisa menyebabkan luka fisik jika dia marah. Maka lain dengan nenek. Aku tidak tahu mengapa setiap ia melihatku maka ia selalu memasang wajah ketidaksukaannya. Setiap pulang ke rumah kakek, nenek akan selalu menampilkan tatapan sinisnya. Terutama padaku dan Taeguk. Aku masih bersyukur saat Taera mau diajak nenek bermain walau menurutku itu tergantung moodnya saja"
"Nenek menyakitiku lewat mentalku. Dengan pandangan itulah aku selalu terlihat rendah" tambah Yeonjun dengan memijat kepalanya.
Jungkook yang mendengar itu semua tidak habis pikir. Yang satu bisa menyebabkan bekas luka fisik sedangkan yang satu lagi bisa meninggalkan luka psikologis. Semarah-marahnya kakeknya dahulu, Jungkook tidak pernah sekalipun benar-benar dihajar. Ia hanya akan menerima fakta kebenaran dari semua hal yang ia perbuat. Setidaknya keluarganya akan memberikan sidang jika ia membuat salah yang bisa membuat Jungkook merasa seperti penjahat dengan bacaan pasal-pasal dipembicaraannya.
"Aku tidak habis pikir. Dan tidak pernah bisa mengerti pemikiran orang dengan tingkah seperti itu"
Jungkook menyesap kopinya. Memikirkan rencana berikutnya, setidaknya ia bisa menguasai pembicaraan disaat mereka berdebat. Ya, Jungkook sudah tahu pasti mereka akan berdebat sesampainya mereka berhadapan secara langsung.
"Kau memikirkan bagaimana cara melawan kakek kan?"
"Ya" ujar Jungkook singkat.
"Aku tidak bisa memberimu saran apapun, daddypun juga begitu. Tapi jika daddy benar-benar memilihmu dengan tulus sama seperti saat daddy memilih mama daripada keluarganya sendiri maka daddy akan berjuang dan berani melawan kakek dan nenek"
Yeonjun tersenyum sendu. Memutar balikkan memorinya yang dulu, disaat sang ayah dengan beraninya memilih keluarga kecil yang dibangun dibandingkan kemauan sang kakek dan nenek yang mengada-ngada.Jungkook nampak tidak yakin dengan jawaban sang muda, "Bisa begitu?"
Yeonjun mengangguk, memberikan satu kalimat yang membuatnya termenung sebelum pamit undur diri.
"Daddy akan selalu memilih keluarga kecilnya. Walaupun ia harus menerima pukulan mematikan sekalipun"
Jungkook masih termenung dengan perkataan dari Yeonjun. Apakah Taehyung akan tetap memilihnya walaupun ia berselisih dengan ayah ibunya? Jika perkataan Yeonjun benar, mengapa Taehyung sampai mau berhubungan dengan Hana jika jelas-jelas dulu ia mencintai istrinya?
Akibat keasikan melamun memikirkan ini itu dengan jawaban hasil dari perkiraan pikirannya. Tanpa diduga duduknya seorang wanita tua di hadapannya mengagetkan Jungkook.
"Tuan Jungkook" ucap wanita itu dingin.
Jungkook yang tidak tahu siapa orang didepannya ini segera menjawab dengan senyuman kaku.
"Aku ibunya Taehyung" dengan begitulah senyuman kaku Jungkook luntur dan memasang wajah dingin tak tersentu. Menaikkan sedikit dagunya.
"Ada apa bertemu denganku? Di kafe ini? Bagaimana kau tahu? Tidak mungkin atas ketidaksengajaan"
Wanita itu mengangguk paham, "Aku tahu semua jadwalmu. Latar belakangmu. Apapun itu"
Apapun itu?, batin Jungkook. Sifat jahilnya tiba-tiba muncul, "Apakah kau tahu berapa kali aku bercinta dengan anakmu pagi ini?"
Bohong sekali perkataannya. Menggoda Jungkook saja mulutnya sudah ditutup duluan. Apalagi ini bercinta.
"Kurang ajar"
Jungkook tertawa atas reaksi yang diberikan oleh ibu kekasihnya ini. Astaga, kekhawatiran yang sempat tadi ia rasakan menyisih sebentar.
Merapikan bajunya dan menegakkan sikap Jungkook yang juga berubah. Ia menyandarkan tubuhnya menunggu lanjutan dari wanita didepannya.
"Berhenti membuang waktu. Aku disini hanya ingin menyampaikan untukmu berhenti mencampuri hidup anakku. Laki-laki murahan sepertimu tidak pantas untuk anakku. Biarkan Hana yang bersamanya"
Jungkook heran apa orang di depannya ini tidak berkaca sebelum berbicara dengannya. Maka dari itu, Jungkook mengambil ponselnya dan memperlihatkannya pada wanita itu.
"Apa yang kau lakukan?" Pandang wanita itu aneh.
"Aku memintamu untuk berkaca sebelum berbicara. Karena tidak ada cermin maka cukup handphone ku saja", setelahnya meletakkan kembali ponselnya,"Kau tidak sadar bahwa orang yang sepantasnya kau ajak bicara seperti ini adalah mahasiswi itu. Hana. Ia pantas dikatakan seperti tadi olehmu"
Jungkook melanjutkan, "Anakmu itu, Taehyung, adalah orang yang memilihku dibandingkan Hana. Ia memilihku karena dia tahu bahwa aku adalah orang yang lebih baik dari Hana"
"Apa yang kau dapat jika kau menyingkirkanku? ... Yang kau dapat hanyalah kebencian yang keluar dari cucu dan anakmu. Aku tahu kau tidak percaya dengan hal ini, tapi ingat kau harus tahu bahwa pengaruhku terlalu besar untuk cucu dan anakmu"
Wanita itu menggebrak meja seakan tidak terima. "Anak dan cucuku tidak seperti itu. Kau memanipulasi mereka!"
"Apa pedulimu dengan cucumu saat ini? Bukankah kau terlalu acuh untuk sekarang peduli dengan mereka. Jangan memanfaatkan mereka demi kesuksesan tujuan kalian"
Jungkook bangkit terlebih dahulu, mengecek jamnya. Ia sudah telat 15 menit sejak jadwal rapat internal dimulai.
"Waktuku habis. Aku terlalu sibuk untuk meladenimu. Aku pergi" Jungkook memberi hormat sebelum pergi walaupun ia tadi melawan Jungkook tentu tahu sopan santun.
Hendak melangkahkan kakinya lebih jauh, ia pun berputar balik saat ia mengingat sesuatu.
"Sampai bertemu lagi nyonya Kim. Aku harap kau mengerti apa yang barusan kukatakan sebelum kita bertemu lagi di pertandingan selanjutnya"
Dan itulah kata-kata terakhir Jungkook sebelum mengambil langkah cepat untuk pergi ke kantor yang tidak jauh dari sana.
To Be Continued...
Note:
Inget tinggalkan jejak ya. Aku suka baca komentar kalian. Maaf banget kalo jarang balas karena terlalu menikmati dukungan dan juga humor kalian. Wkwk😆
KAMU SEDANG MEMBACA
BOSS +taekook
Fanfiction[Slow-Up] Kim Taehyung, CEO terkenal dengan berkecimpung di dunia perindustrian musik harus bisa menghadapi bagaimana anak tengah dan bungsunya yang lebih memilih bersama CEO Jeon pemilik Golden Games Studio yang notabenenya orang asing baru dikenal...