30 : Puncak Kesenangan atau Awal Kesengsaraan?

20 11 0
                                    

"Harus malam ini atau tidak sama sekali."

🕯️🕯️🕯️

Amita berani bertaruh, malam ini adalah malam paling menegangkan sekaligus membingungkan untuknya. Tanpa diundang, ratusan makhluk aneh yang Amita lihat mirip seperti Legiun, tetapi dalam bentuk robot datang bersamaan dengan kemunculan belasan mobil. Bula Andara keluar dari salah satu mobil itu.

Kencangnya angin pantai malam itu menambah deru bising yang masuk ke telinga. Dinginnya menusuk seolah menembus tulang, tetapi bukan itu yang menjadi ketakutan terbesar Amita.

"Target Amita Starlatika terkepung."

Ratusan robot itu menyerukan kalimat yang sama, ada sinar merah di kepala robot itu yang mengarah seperti laser ke arah Amita. Dirinya benar-benar merasa menjadi sasaran penembakan jarak jauh.

"Semuanya, masuk ke vila sekarang!" Perintah dari ayah Lingling langsung membuat yang lainnya mengikuti langkah pria itu.

"Legiun Ai, hancurkan tempat itu."

Laser merah yang tadi mengarah ke Amita, kini langsung mengarah ke penginapan mereka. Semua tanda merah itu berubah menjadi tembakan jarah jauh dan membuat tempat penginapan mereka menemukan akhir kisahnya. Perintah Bula Andara terlaksana hanya dalam beberapa detik.

Amita menutup wajahnya dengan lengan, puing dari ledakan itu terlempar sampai ke tempat mereka berdiri.

"Apa mau kalian, hah?!" Ayah Lingling berseru, wajah pria itu sudah tidak ada keramahan seperti biasanya.

"Kami hanya ingin Subjek 1, 2, dan 3 kembali kepada kami."

Atensi semua manusia terarah kepada seseorang yang baru saja keluar dan mengatakan kalimat tadi. Amita mengenali pria itu sebagai ayah Ren, sedikit tidak terkejut mengetahui keterlibatan pria itu.

Namun, orang berikutnya yang keluar dari mobil itulah yang membuat Amita langsung terpaku saking terkejutnya. Netranya beberapa kali mengerjap, hendak memastikan kebenaran dari apa yang matanya lihat.

"Kakek? Raka, itu Kakek!"

Pria paruh baya dengan gaya rambut 80-an itu tersenyum. "Senang melihatmu kembali, Amita."

"Kalau kalian ingin memberikan Subjek 1, 2, dan 3 secara sukarela, aku akan melepaskan sisanya." Andara kembali mengingatkan mereka pada negosiasinya.

"Tidak, meskipun mereka menyerahkan diri sekali pun." Ayah Lingling membalas dengan tatapan sengit, membuat Bula Andara tersenyum merendahkan.

"Legiun Ai, data atas nama Arul Adian menjadi target kalian."

"Siap, Master! Amita Starlatika dan Arul Adian terkepung, penembakan jarak jauh aktif."

"Berhenti, kau berjanji padaku akan menjamin keselamatan Amita!" Raka berseru, panas pada wajahnya akibat emosi terlihat tidak akan hilang meski angin pantai kian kencang.

"Penembakan dalam tiga detik."

"Berhenti, jangan tembak target."

"Penembakan jarak jauh, non-aktif."

Perintah Bula Andara terdengar begitu mutlak bagi Legiun berbentuk robot itu. Tidak sampai dua detik laser merah yang terarah pada Amita dan Arul menghilang.

"Itu janjiku kalau tidak ada yang menggangu, anakku."

Anak?

Amita menoleh ke arah Raka, benar-benar terkejut dengan ucapan dari Andara. Memori Amita sekilas menampilkan hari di mana ia merasa akrab dengan mata pria bernama Bula Andara itu.

Dua Kabisat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang