BAB 8 : Mencegah Daripada Mengobati

10.1K 722 5
                                    

Vote, Komen, dan Share.

Pagi ini suasana mansion begitu sunyi, suaminya sudah berangkat pagi-pagi buta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini suasana mansion begitu sunyi, suaminya sudah berangkat pagi-pagi buta. Suaminya harus menghadiri rapat penting. Ia pun sudah tampil segar, tidak lupa Juna yang saat ini ada dalam pangkuannya menghisap sumber makanannya dengan rakus. Sedikit ngilu terlalu bersemangat.

"Aduh Juna, jangan ditarik-tarik. Sakit sayang." Keluhnya, berharap anaknya mengerti. Namun bukannya memelan, Juna semakin parah menarik p*tingnya. Belum tumbuh gigi saja sudah begini, apalagi nanti bisa parah lecetnya.

"Yaampun, papa kamu aja gak sampai gini lho. Kamu ngedot aja deh, bisa bengkak ini lama-lama," omel Prada.

Tersadar dengan bahasanya, yang baru saja ia ucapkan adalah hal dewasa tentang iya-iya. Ia bungkam mulutnya sendiri, menepuk pelan agar berhenti berceloteh, takut membawa pengaruh tidak baik di usia dini pada anaknya. Biarkan ibunya yang suka berpikir jorok, anaknya jangan.

Tidak lama bibi menghampiri mereka yang memang saat itu kamar utama tidak di tutup, mengatakan bahwa Ria asistennya sudah datang.

"Suruh ke studio ya bi, nanti aku nyusul."

Setelah kepergian bibi, ia berjalan menuju studio, tentu saja masih dengan Juna yang mengisi perutnya dengan asupan asi. Suka nyusu seperti bapaknya. Batin Prada.

"Pradaaaa, omegat.. akhirnya ya elu come back." Heboh Ria.

"Berisik! Anak aku mau tidur nih, jangan sampai dia bangun dan rewel dengerin suara petasan," dumelnya. Suara Ria itu cempreng, mana kalau ngomong kenceng tidak lihat kondisi.

"Ups, sorry. Gila, anak lu tampan banget. Emang ya Pak Nakula bibitnya unggul, tidak diragukan lagi."

"Ria bantuin aku ya pilih pertanyaan yang sekiranya cukup berbobot untuk di jawab di channelku." Ucap Prada, tidak menanggapi perkataan asistennya itu. Kalau ditanggapi makin menjadi-jadi.

"Kenapa bikin QnA? Ini pertama kalinya elu buat konten QnA." Heran Ria.

"Pengen aja, justru dengan QnA pasti makin banyak yang nonton. Secara gue gak pernah buat, sekalinya buat pas udah berkeluarga, punya anak pula. Bisa trending 1, lumayan kan?" Tanyanya dengan menaik turunkan alis, seolah ide ini memang menarik.

"Takjub banget gue sama elu, gak salah emang kalau Pak Nakula jatuh sedalam-dalamnya sama bininya." Godanya.

Ria ini memang setiap pembahasan tidak jauh-jauh dari suaminya, apa dia tidak tahu bahwa mereka berdua sedikit berjarak? Menyebalkan.

"Udah deh, gue lagi males ya pembicaraan ini dikaitkan sama dia. Lebih baik sekarang elu kerjain, kalau sudah kasih ke gue." Ucap Prada sambil melirik Juna yang sudah terlelap, tapi masih anteng dengan p*ting di mulut anaknya.

"Gue tinggal dulu, mau ngelonin bayi emas." Ucapnya sambil berlalu meninggalkan studio.

Masih ia dengar di belakang sana Ria mendumel, mengedikka bahu tanda ia tidak mau tahu.

***

Suara pintu kamar yang diketuk cukup keras membuat Prada terbangun. Rupanya ia ikut ketiduran saat menemani Juna tidur. Di liriknya jam di nakas, sudah siang dan ia melewatkan makan siang.

Menepuk jidat, mengingat asistennya masih di sini. Lupa tidak diberi makan, bisa mencak-mencak orangnya. Setelah bangun dan mendudukkan diri, ia bergegas untuk beranjak dari ranjang menuju ke bawah menemui Ria. Tidak lupa mengembalikan Juna pada box bayi.

Saat akan melewati ruang keluarga, di sana sudah ada Ria yang menikmati berbagai cemilan dengan menonton acara kartun. Tidak tahu umur memang. Pikir Prada.

Ia menghampirinya dan menggeleng kepala, lupa bahwa mansion ini sudah dianggap seperti rumah kedua untuk wanita yang usianya sebaya dengan Prada. Lihatlah dia tanpa ditawari untuk makanpun sudah mengambil sendiri, tentu saja memerintahkan bibi yang ada di sini untuk menyiapkan.

"Tadinya aku pikir kamu bakalan lemas kelaparan. Tahunya udah kekenyangan." Dumelnya, melangkahkan kaki menuju sofa dan duduk di samping asistennya tersebut.

"Gue udah melakukan kewajiban untuk kerja, ya sekarang gue minta hak gue lah," cerocos Ria tidak lupa untuk tetap mengisi dan mengunyah keripik yang ada di toples.

Hanya ia tanggapi dengan gelengan kepala, lagi. Tidak lama Ria menyodorkan tablet untuknya. Menerimanya dan ia lihat isi dari tablet mahal itu, ternyata itu berisi beberapa pertanyaan yang akan ia jawab saat membuat konten video.

Mengernyitkan dahi heran, kenapa isinya seputar Mas Kula? Batin Prada penuh tanda tanya.

"Kok semua pertanyaan tentang Mas Kula?" protesnya tidak terima.

"Tanya noh sama fans elu, banyak banget yang kepo sama suami elu. Citra lu di publik gak ada apa-apanya ternyata." Hinanya.

Prada hanya mendengus. Bagaimana tidak dari 10 pertanyaan, hanya ada 4 pertanyaan yang memang pure menanyakan dirinya. Tapi yasudah, daripada harus memilah lagi dari sekian banyak pertanyaan penggemar, ia pikir ini sudah lebih dari cukup dan pertanyaan yang diberikan juga berbobot.

"Yaudah deh, kamu pulang sekarang. Besok kita bikin kontennya." Ucap Prada pasrah. Ria hanya menganggukkan kepala, tanda setuju. Sebelum beranjak, dia mengatakan hal yang seharusnya nanti Prada hindari.

"Prada, sebaiknya nanti lu izin dulu kalau bakalan jawab pertanyaan seputar suami elu. Lebih baik mencegah daripada mengobati," katanya sambil berlalu keluar mansion.

Ia pijat kepalanya pelan, benar kata Ria. Walaupun kembali membuat konten, tapi segalanya harus atas izin suami, bukan? Karena ridho suami memang yang paling utama untuk kelancaran semua kegiatannya.

"Mas Kula aja masih dingin banget sampai hari ini, gimana nanti mau minta izin?" kata Prada pelan yang hanya mampu dia dengar seorang diri.

Biarkan ini jadi urusan belakang, sekarang waktunya membangunkan Juna untuk mandi sore, tapi ia akan makan terlebih dahulu. Tujuan utamanya saat ini adalah meja makan. Berlalu sambil bersiul, menganggap hidupnya santai dan damai.

***

TBC...

YouTuber MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang