BAB 9 : Besok Weekend

10.6K 789 2
                                    

Baca ulang, karena banyak revisi dari part 1-9.. 

Revisi dari habis isya, baru selesai tengah malem. 

Tandai kalau ada typo.

Penuhi target vote+komen, bertemu kembali kalau vote-nya sudah ke target yaa..

Next Chapter 250 vote dan 50 komentar yaaaa...

Gemuruh suara angin dan hujan lebat disertai kilatan di luar sana membawa kesan dingin dan menakutkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gemuruh suara angin dan hujan lebat disertai kilatan di luar sana membawa kesan dingin dan menakutkan. Ia yang saat ini di dalam kamar, menimang-nimang Juna yang mendadak rewel tidak mau ditaruh di atas kasur membuatnya harus berjalan kesana-kemari, berharap anaknya segera terlelap.

Mungkin Juna kaget dengan cuaca yang buruk hari ini, tadinya ia yang ingin menyiapkan baju ganti untuk suaminya yang mungkin sebentar lagi pulang, harus diurungkan.

"Cup-cup sayang, mama disini. Kamu mau nen?"

Ia sodorkan p*tingnya ke dalam mulut Juna, namun anaknya malah semakin menangis dengan kencang dan lantang. Baiklah, dia menolak. Ia kancingkan kembali atasan dress selutut yang saat ini dikenakan.

"Udah sayang jangan nangis, kamu takut ya? Cup-cup." Ia timang kembali dengan tangan mem puk-puk pelan tidak lupa suara merdunya turut mengiringi, lagu dengan judul nina bobo itu sudah terlalu sering ia nyanyikan, ia perlu update lagu terbaru.

Ia lihat jam yang menempel di dinding kamar, pukul delapan tapi suaminya belum pulang. Harap cemas karena biasanya suaminya pulang sore. Mengecek ponsel, tidak ada notifikasi dari Nakula. Ia mencoba mencari kontak yang ia beri nama "Mas Kula", dan ketemu Prada akan mencoba untuk melakukan panggilan. Akan tetapi, belum sampai ibu jarinya menekan tombol hijau pada layar, terdengar suara knop pintu yang dibuka.

Ia menoleh, melihat bahwa yang baru saja masuk suaminya. Prada letakkan kembali ponsel itu dan menghampiri Nakula yang sudah tidak rapi seperti tadi pagi, penampilan dengan lengan yang digelung sampai siku, dan jas yang entah di mana keberadaannya sekarang.

"Mas kok baru pulang? Mandi gih, aku panggilkan bibi untuk nyiapin air hangatnya. Juna rewel banget mau nyiapin keperluan kamu." Ucap Prada tergesa-gesa saat melihat bahwa suaminya basah kuyup di bagian depan kemeja yang dikenakan sehingga mencetak jelas dada bidang itu.

"Mas bisa sendiri, Prada. Lebih baik kamu fokus ke Juna." Ucapnya.

Prada hanya menganggukkan kepala, menurut. Kembali ia timang-timang anaknya agar tertidur lebih lelap. Melihat Juna yang sepertinya sudah sangat kelelahan menangis terlalu lama. Bayi ini hampir menangis satu jam tanpa henti, tentu saja ia kelimpungan, bersyukurnya di sini banyak ART yang sudah berpengalaman .

Tidak lama setelah menempatkan Juna ke dalam ranjang bayi, Prada beranjak untuk melakukan skincare rutin. Sesekali memikirkan cara untuk memulai obrolan yang baik dengan suaminya. Tidak lama kemudian, suaminya sudah keluar dari kamar mandi dan bersiap diri menuju ranjang king size untuk istirahat.

Namun sebelum melangkahkan kaki menuju tempat tidur, suaminya menghampiri jagoan kecil mereka. Menengok sejenak anaknya yang sudah pulas. Ada kedutan samar yang suaminya perlihatkan untuk sang anak. Melihat itu dari cermin, semerbak rasa syukur Prada panjatkan kepada sang Pencipta bahwa ternyata suaminya begitu menyayangi bukti cinta mereka berdua, berharap banyak bahwa Juna merupakan tali pengikat yang kuat untuk pernikahan mama papanya.

Ia pernah merasa cemas, terlalu overthinking dengan pernikahan yang dijalaninya. Ia tidak begitu banyak berbicara, begitu juga suaminya yang selalu beranggapan bahwa istrinya memang bahagia dengan ini.

Setelah menyelesaikan rutinitas, Prada turut menyusul ke ranjang untuk membaringkan diri di sebelah kanan suaminya. Awalnya memang berjarak, tapi lama-lama ia nemplok juga. Melabuhkan kecupan sayang ke pipi suaminya, memeluk suaminya yang menghantarkan rasa hangat pada tubuh Prada. Ia senderkan kepalanya di dada bidang pria tampan yang saat ini adalah kepala keluarga untuk ia dan Juna.

Prada mendapatkan respon manis dari suaminya. Nakula turut mengelus rambut istrinya dan memberikan kecupan di kepala singkat, namun berkali-kali.

Suaminya mode romantis memang selalu membuat Prda kalah telak, banyak kupu-kupu yang menggelitik di perutnya. Sayang sekali momen seperti ini jarang ia lakukan, suaminya sedikit kaku untuk physical touch, kecuali yang berbau dewasa. Jangan ditanya, karena Nakula jagonya.

"Mas besokkan weekend, rencananya mau buat video QnA. Nah kebetulan banget yang banyak ditanya itu tentang kamu, jadi gimana boleh nggak aku jawab pertanyaan penggemar?" tanya Prada memecahkan keheningan, tidak begitu hening karena di luar ada suara air hujan yang cukup lebat.

"Seperti apa yang ditanyakan?" ujar Nakula, dengan jemarinya yang saat ini mengelus pipi istrinya pelan. Prada tidak kuat kalau situasinya seperti, mikirnya jadi pengen iya-iya.

Ia geser tubuhnya secara perlahan, sedikit tidak rela harus beranjak dari dada bidang milik Nakula. Ia mengambil tablet yang terletak di laci atas, menggapainya dan ia berikan kepada suaminya. Nakula menerimanya dengan wajah seolah bertanya, ini?.

Nakula membacanya dengan seksama, ia yang memperhatikan gelagat suaminya yang sedang membaca membuatnya jadi was-was. Ekspresinya berubah-ubah dari yang biasa, heran, dan mikir. Padahal hanya pertanyaan yang masih umum, tapi begitu saja masa ada nilainya? Pikir Prada.

Nakula kembali memberikan tablet itu kepada istrinya dan berujar. "Masih oke, Mas perbolehkan."

"Beneran?" kata Prada terlalu antusias, namun mampu ia tahan agar tidak berteriak. Masih ingat bahwa anaknya baru saja terlelap.

Dan hanya deheman yang diberikan suaminya. Besok ia berencana untuk menjawab pertanyaan para penggemar dengan panjang lebar, ada kesempatan untuk membagikan ceritanya tentang suami, Prada tidak akan menyia-nyiakan hal ini.

Saat sedang membayangkan hari esok, tiba-tiba tangan suaminya mendekap erat, mempersempit jarak di antara mereka. Wajahnya dengan suaminya hanya tinggal sejengkal. Di sana, tepat di bola mata suaminya dengan binar sayu, seolah mengatakan bahwa ia ingin sesuatu dari istrinya.

"Bikin adiknya Juna? Kamu udah gak nifaskan?" tanya Nakula, dengan jarak sedekat in, Prada bisa mencium aroma mint dari mulut suaminya.

Mendelik, enak saja bikin adek Juna. "Gak mau, Juna mas kecil Mas. Mau menjaga kewarasan dulu," katanya.

"Oke." singkat Nakula, yang ia kira akan meloloskan istrinya dan beranjak untuk tidur. Namun yang ada, Nakula mempersempit jarak mereka, dan memulainya dengan bibir yang memagut bibir istrinya, mengecap rasa manis yang selalu membuat Nakula tidak mampu menahan diri.

***

TBC..

YouTuber MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang