PEACHES - 12

410 60 11
                                    

DEUKII ADA POTO KEREN NIH









HEHEEE 🤘





















.
.






🧩🧩🧩


Music awards yang dihadiri BLACKPINK telah usai. Kini girl group besutan YG Ent. akan mengagendakan World Tour setelah 3 tahun lamanya.

Sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak pada Jennie, jadwal konser pertama Blackpink adalah benua Amerika. Itu artinya Jennie akan bisa lebih bebas mengekspresikan dirinya tanpa harus memikirkan yang lain. Atau mungkin dia lupa jika dirinya kini telah memiliki pawang hati.

"Unnie mengemas apa?"

"Pakaianku yang akan ku bawa lusa." Jawab Jennie tanpa mengalihkan tatapannya dari benda yang terletak di ranjang.

"Menurutmu aku harus membawa yang mana Li?"

Lisa mengernyit, "Mengapa Unnie bertanya padaku?"

"Aish, kau adikku. Memangnya aku salah bertanya padamu?"

"Bawa yang ingin Unnie kenakan dan nyaman."

"Semuanya nyaman. Pilihkanlah!"

Lisa menggaruk pipinya yang tak gatal. Jujur saja ia tidak tahu mana yang akan Jennie kenakan dan mana yang Jennie inginkan. Apalagi yang berjajar di ranjang Jennie adalah bra. Menatapnya saja membuat Lisa bingung, terlebih otaknya tiba-tiba tertuju pada Irene. Jika dirinya memilihkan jajaran pakaian dalam Jennie yang akan dikenakan konser nanti, bisa jadi Irene akan marah pada Jennie, dan pastinya Jennie akan menarik namanya kedalam pertengkaran mereka.

Bukan aku yang memilihkannya, tapi Lisa, Babe.

Benar bukan??!

Lisa tiba-tiba menggeleng membuat Jennie harus mencubit lengan adiknya.

"Aniya. Unnie memilih sendiri saja. Aku harus menemui kekasihku. Aku lupa jika tadi dia memintaku untuk membuatkan susu hangat."

Tanpa menunggu jawaban Jennie, Lisa segera keluar dan meninggalkan Jennie sendirian yang masih terdiam.

"Aneh."

Tiba-tiba Jennie diam seperti orang yang sedang depresi. Wajahnya terlihat menggemaskan dengan bibir mengerucut sempurna dan telunjuk yang memencet pipi kanannya. Mengapa ia berpikir begitu keras hanya untuk pakaian dalam?

"Ahhhh... Mollaa!!!"

Di kamar lain, Rosé sedang bersantai ria diatas ranjangnya. Tidak seperti kakak keduanya yang masih bergelut kesal dalam memilih pakaian dalam. Rosé kemudian meraih gitar putih pemberian appa-nya dengan buku tulis dan peka tentunya. Ia memetik nada gitar sedikit demi sedikit lalu menuliskannya diatas kertas bergaris di depannya. Berulang hingga 2 jam berlalu sangat tidak terasa baginya.

Rosé mulai memetik seluruh nada yang telah ia buat. Terdengar sempurna namun alisnya yang bertaut seperti mengatakan sebaliknya.

"Sepertinya petikan disini masih kurang pas."

Jemari lentiknya kembali memetik senar gitar untuk menghasilkan nada yang pas pada bait yang menurutnya masih kurang memuaskan.

"Mengapa ini belum terlihat sempurna?"

"Aarrrghh!"

Ddrrtt....

Kepalanya otomatis menoleh mendengar ponselnya bergetar panjang dan layarnya menyala. Siapakah gerangan manusia yang berani menelponnya di malam larut ditambah lagi otaknya tengah pusing dengan nada kunci yang belum sempurna.

PEACHESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang