30

33.1K 2.6K 83
                                    

Pada malam hari yang sunyi, Kini Naomi tengah berbaring di kasur empuknya. Ia telah pulang dari rumah sakit, dan tinggal di mansion Annovra.

"Keknya banyak banget masalah gue, dan gue harus balas dendam, entah itu ke Vania atau Clara yang berhasil dapet simpati orang-orang , tapi gapapaa itu emang rencana gue sama vito"

Saat kemarin malam, Naomi dan Healvito merencanakan rencana mereka untuk mengikuti alur yang direncanakan oleh Clara. Mereka akan membuat Clara terbang setinggi langit namun akan jatuh dengan amat pedihnya, melebihi apa yang telah ia lakukan dulu.

Sesaat Naomi mengingat ketika ia memperlihatkan punggungnya yang dipenuhi bekas luka cambukkan kepada Healvito. Ia begitu terkejut ketika melihat jejak luka yang sangat banyak dipunggung Naomi.

Benar, bekas cambukkan yang dilakukan oleh Clara, Vania dan ibu panti, Wulan. Dulu Naomi menyadari bahwa terdapat jejak luka di punggungnya saat membersihkan diri ketika ia baru diangkat menjadi anak angkat oleh Anindya.

Demikianlah, Healvito dan Naomi merencanakan rencana mereka.

"Tapi gue gatau langkah apa lagi yang harus gue ambil" ucap Naomi dengan menutup matanya menggunakan tangannya. Ia tengah dilanda kebingungan, ia belum pernah mengalami ini, ia takut jika takdir tidak memihak kepadanya.

"Dan lagi, kebingungan yang masih belum terjawab, ini dunia novel apa bukan ? Jika bukan, kenapa cerita kehidupan seseorang berada di dunia gue dulu ?" Ucap Naomi.

"Hiksss capee, gamau gue ngejalanin ini, kenapa harus gue hikss, netta bawa gue juga hikss" tangis tiba-tiba Naomi. Ia lelah sungguh sangat lelah. Masalah begitu datang dengan cepat secara bertubi-tubi.

"Okee Naomi Lo gak boleh nangis gak boleh" ucap Naomi seraya menghapus kasar air matanya. "Lo harus kuat, Lo harus bisa, supaya para psikopat gila itu bisa merasakan apa yang Freya dan Anetta rasakan" ucap tajam Naomi.

"Ehh bentar, kek nya ada yang gue lewatkan" ucap Naomi mengerutkan keningnya. "Ah, Vania, si Vania kemana dah ? Kenapa gue gak liat-liat tuh bocah ?" Tanya Naomi pada dirinya sendiri.

✨✨✨

"AKHH" suara seseorang yang keras memenuhi ruang bawah tanah disertai suara cambukkan dan rotan yang saling bersautan. Dia adalah Vania yang tengah dicambuk oleh Kenzi yang menatap datar pada Vania.

"Kenzi sakit hiks... Cukup lepaskan aku" tangis Vania dengan memohon.

Di ruang bawah tanah yang minim cahaya tersebut terdapat begitu banyak senjata, namun berkarat. Dan diantara ruangan tersebut terdapat sofa mewah yang diduduki oleh Maximillan dan Matteo.

Lagi dan lagi suara cambukkan serta suara rintihan kesakitan terdengar menggelenggar. Terlihat sekali bahwa tubuh putih mulus Vania kini terdapat begitu banyak luka cambukkan, tamparan, serta banyaknya goresan panjang ditubuh itu.

"Sial, sakit sialan, lepasin gue lepas !" Teriak Vania namun tak digubris, Kenzi tetap melakukan kegiatannya pada Vania tanpa kenal ampun dan brutal.

Ah benar, selama sebulan lebih ini, Maximillan, Kenzi dan Matteo menyiksa Vania untuk melampiaskan kekesalan mereka, kesedihan mereka dan kegabutan mereka.

"Anjing brengsek kalian bangsat" umpat Vania. Ia terluka masih saja sempat-sempatnya mengumpat.

"Hahaha lihat aja kalian, gue akan diselamatin dan balas dendam ke kalian semua !" Ucap Vania seperti orang gila. "Dan si jalang sialan yang kalian sayangi itu ? Bakalan mati ! HAHAHAHAHAHA MATI !"

"Anjing!" Umpat kesal Kenzi seraya menendang kasar tubuh lemah Vania.

BRUKKK

"Dah lah gak asik" ucap Kenzi lalu pergi melangkah keluar.

After The End Of The Story (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang