"Kita lembur malam ini. Kembalilah ke kamarmu, aku akan melihat Masaki dulu."
***
Hatake Kakashi melangkah keluar dari ruangannya, disusul Shizune. Tujuan mereka berbeda. Kakashi menuju kamar putranya, sementara Shizune kembali ke kamarnya. Wanita itu sedikit kepikiran, kenapa Kakashi memintanya kembali ke kamar kalau mereka akan lembur?
Rokudaime berada di depan pintu kamar putranya, dia menggeser pintunya dan pandangannya langsung tertuju pada wajah temaram Masaki yang terlelap. Sangat menggemaskan dan damai. Pria itu melangkah tanpa suara dan duduk bersilang di dekatnya. Jari-jemari besarnya dengan perlahan mengusap surai keperakan hasil genetiknya, kemudian beralih pada pipi berisi yang halus.
"Semakin hari aku semakin menyayanginya saja." Gumam Kakashi. Wajahnya didekatkan pada putra kebanggaannya dan kecupan mendarat pada keningnya.
Kakashi membaringkan tubuhnya di sisi Masaki, memeluk anak itu perlahan agar tidak mengganggu mimpi indahnya. Sangat kecil dan rapuh sehingga membuatnya bertekad untuk selalu melindunginya. Napasnya yang halus, detak jantungnya yang teratur. Kakashi bisa merasakan kehadirannya yang nyata, bukan sekadar mimpi belaka. Pria kecil dalam pelukannya benar-benar putranya, darah dagingnya, permatanya yang paling berharga.
"Hh.. Papa..?"
Kakashi terkejut. Dia menoleh ke arah buah hatinya, "maaf. Aku membangunkanmu?" Dia hendak melepaskan pelukannya, tetapi Masaki menahannya.
"Jangan pergi.." pintanya dengan suara parau. Kemungkinan besar Masaki mengigau, karena setelahnya dia kembali tidur.
Kakashi juga tak ingin cepat-cepat beranjak. Dia menyerahkan waktunya sedikit lebih lama di sana dan ketika rasa dingin sudah menyergapnya yang terbaring di lantai, pria itu menyerah.
"Selamat malam, Nak."
Lantas dirinya pergi dari kamar Si Tunggal. Ia teringat dengan Shizune yang dimintanya untuk ke kamar. Sudah pukul setengah 11 malam, dia tahu kalau dia keterlaluan membuatnya menunggu se-lama itu.
"Shizune." Panggilnya. Suaranya tak terlalu keras agar tidak membangunkan Masaki. Sang Empunya menggeser pintu sehingga kedua manusia berlawan jenis satu perasaan bertemu.
"Anda ketiduran?" Tanya Shizune. "Tidak. Aku melamun cukup lama di kamar Masaki, jadi lupa waktu. Maaf." Pria itu maju satu langkah ke depan, sehingga Shizune mundur dua langkah. Itu memudahkan Kakashi untuk masuk ke kamarnya dan mengunci pintu.
"Bukankah Anda meminta saya untuk ikut lembur?" Shizune masih berusaha tenang dalam situasi ini, padahal di hadapannya ialah pria semacam Kakashi yang bisa menyergapnya kapan saja.
"Malam ini dingin," Kakashi kembali melangkah mendekatinya, tetapi Shizune tetap diam di tempatnya.
"Bolehkah aku-"
"Anda ingin chamomile tea?"
"Shizune-kau pintar sekali memotong ucapanku?" Kakashi sedikit menunduk sehingga wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter saja. Itu membuat Shizune secara refleks melangkah ke belakang.
Keponakan Katō Dan itu tidak berani menatap Kakashi. Atmosfirnya berbeda. Dia terasa lebih tegas dan benar-benar seperti binatang buas. Lagi-lagi Kakashi melangkah mendekat dan lagi-lagi Shizune tak menolak sikapnya yang tidak dimengerti. Kakashi meraih dagunya, memaksanya untuk mereka saling bertatapan. Iris sehitam kelam bertemu dengan iris berwarna serupa. Hanya saja yang satu lebih gelap dan menyedihkan.
Tidak ada interaksi selama beberapa saat. Kakashi hanya memandangnya. Tatapannya menyiratkan suatu keinginan yang tak bermoral. Gejolak batin dalam diri Kakashi seolah bertarung dengan logikanya. Pria itu tak ingin melukai kehormatan wanitanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Existence Manipulation
FanfictionA Kakashi & Shizune fanfiction __ Tujuh tahun sejak berakhirnya Perang Dunia Shinobi Keempat, masa-masa yang damai dihebohkan oleh kedatangan seorang anak laki-laki bersurai perak yang dapat menundukkan siapapun dan apapun di daratan muka bumi. Itu...