14; Monster of the Void

196 16 2
                                    

Tengah malam. Seharusnya anak-anak sudah tiba di pertengahan film mimpinya. Namun, anak lelaki dengan surai perak yang jinak justru memulai tamasyanya. Hatake Masaki tanpa bersuara menyelinap keluar rumah, bahkan ANBU tidak mengetahuinya.

Sungai Barat Konoha adalah tempat yang baik untuk mengisi kekosongan.

"Nona Arus, apakah tindakanku salah?"

Nona Arus menjadi tenang. Perhatiannya diambil oleh Masaki. Mengenai insiden itu? Tanya Nona Arus. Masaki mengangguk.

Nona Arus tampak kebingungan. Dia masih muda, jadi sepertinya Pak Tua bisa menjawabnya dengan bijak.

Sulit mengatakan benar atau salah. Aku bahkan tidak mengerti mengapa orang-orang jadi membencimu. Sepertinya mereka terlalu jatuh ke dalam lubang bernama perdamaian. Padahal selama masih ada ninja, kata pembunuh atau dibunuh bukanlah hal yang asing dalam kamus dunia. Pak Tua memberikan pandangannya. Sepertinya dia memihak Masaki.

"Karena itu, bunuh saja orang-orang yang membencimu, Masaki."

Hatake Masaki terperanjat. Begitu pula Nona Arus yang terkejut dan Pak Tua yang mengernyit. Di sana tidak ada siapa-siapa. Hanya ada satu manusia, yaitu Masaki. Siapa yang mengatakan hal tersebut?

Masaki menoleh ke kanan-kiri-atas-bawah, tetapi hasilnya nihil. Dia tidak menemukan siapa-siapa. Masaki becermin pada Sang Sungai. Yang terlihat hanyalah bayangan dirinya dan Bu Bulan.

"Aku di sini, Hatake Masaki. Aku di dalammu."

Pupil Masaki membulat sempurna. Dia bisa melihat dirinya berbicara. Tetapi bukan dia yang berbicara. Serius! Seperti sosok lain. Sosok lain memengaruhi pikirannya.

"Siapa kau?!"

"Aku Si Hampa! Aku yang selama ini tertidur dalam pikiranmu! Aku ada sebelum kau terbangun!"

Wuusshhh..

Angin bertiup kencang, awan bergerumul, batang pohon bergoyang brutal. Badai akan tiba atas kendali Si Hampa yang memenjarakan Masaki di dalam kelam dan sunyi.

Masaki memukuli kepalanya, dia benar-benar tersiksa atas suara di dalam otaknya. Dia menjerit, tubuhnya dijatuhkan ke tanah, kakinya dihentakkan kuat-kuat.

"Keluar kau!! Keluar dari pikiranku!!!!"

Si Hampa tertawa. Dia menampar pipi Masaki. Dia mengendalikan tubuh Masaki untuk melukai dirinya sendiri. Luka sayat, lebam, semuanya tercetak di tubuh mungilnya yang tampak rapuh.

"Tenang saja, Masaki. Aku akan membantumu meratakan desa naif ini."

-

Hatake Kakashi baru menyelesaikan pekerjaannya pada pukul 1 pagi. Dia hendak pulang ke rumah meski otaknya tak berhenti berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah. Pria itu pulang melalui jalanan yang biasa dia lalui. Dunia malam sudah dimulai. Bar dan tempat judi masih buka dan ramai dikunjungi orang dewasa. Tentu dirinya melarang atas pendirian kawasan dewasa di dekat pemukiman karena rawan anak-anak di bawah umur.

Teriakan orang mabuk atau gelegar tawa sudah menjadi konsumsi sehari-hari bagi telinganya ketika pulang dari lembur.

Semua tampak normal, hanya saja hawa dingin yang terasa sejak tadi sedikit mengganggunya. Kakashi menghentikan langkahnya, dia berbalik dan mengamati langit yang tidak bersahabat.

"Aku tidak ingat akan ada badai hari ini." Gumamnya. Kemudian kedua kakinya melangkah kembali.

"Hey, kau tahu berita mengenai Masaki? Hahaha, anak itu luarnya saja seperti malaikat, padahal dia benar-benar seperti iblis!"

Existence ManipulationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang