"Shikamaru? Ada masalah di kantor?"
Nara Shikamaru tiba-tiba berada di depan pintu apartemennya. Tangan kanannya memegang sebuah paper bag cokelat.
"Kantor dan Hokagenya baik-baik saja, Shizune-san. Ini, Kakashi memintaku memberikan ini padamu." Pria itu menjulurkan tangan kanannya. Shizune menerima paper bag itu dan sedikit mengintip isinya.
"Apa ini?"
"Apa lagi? Aku masih banyak pekerjaan, jadi harus kembali secepatnya. Semoga lekas sembuh, Shizune-san." Dasar si Nara itu. Dia langsung melangkahkan kaki untuk beranjak pergi.
"A-ah, iya, terima kasih, Shikamaru. Tolong sampaikan terima kasihku pada Kakashi-sama juga."
"Oh, satu hal lagi!" Shikamaru berbalik. "Katanya, telepon dia setelah ini."
"Ya?"
Kemudian Shikamaru benar-benar hilang. Shizune menghela napas lelah, itu pasti akal-akalan Kakashi. Shizune kembali masuk ke apartemennya, dia meletakkan paper bag itu di atas meja makan. Isinya-seperti yang diharapkan-adalah seporsi bubur dan beberapa taiyaki.
Wanita itu berjalan menuju telepon rumahnya. Dia menekan nomor yang dapat menyambungkannya kepada Kakashi. Seperti yang diduga, responnya cepat. Tidak menunggu sampai 2 detik, dia sudah bisa mendengar suara berat Kakashi.
"Shizune? Bagaimana? Kau sudah merasa lebih baik?"
Shizune memundurkan telinganya dari telepon.
"Kaget saya. Bagaimana jika ternyata bukan saya?"
"Aku akan menutup teleponnya."
"Apa? Kenapa? Shikamaru bilang Anda ingin ditelepon?"
Kakashi terdengar menghela napas dari sana, "maksudku, kalau ternyata bukan kau yang meneleponku, maka akan langsung aku tutup."
"Kenapa begitu?" Tanya Shizune disertai kekehan di akhir pertanyaannya.
"Nanti kau jadi tidak bisa menghubungiku."
Sungguh, Shizune tidak tahu bagaimana cara meresponnya. Dia harus mengganti topik agar-kau tahu, perasaan itu sulit ditebak.
"Oh, terima kasih atas makanannya, Kakashi-sama. Untuk pertanyaan di awal, ya, kondisi saya sudah lebih membaik."
"Ah, syukurlah. Kau pasti belum memakannya, 'kan? Kita sudahi saja percakapannya dan kau harus segera makan siang, ya."
"Ha'i, ha'i."
Sang kunoichi dapat merasakan hembusan napas Kakashi. Di bayangannya, Kakashi mengulas senyum tipis meskipun tertutupi masker hitamnya.
"Sampai nanti, Shizune."
"Baiklah, sampai nanti."
Sampai nanti?
Begitu sambungan terputus, seperti perintah Kakashi, Shizune kembali ke meja makan. Dia mencerna buburnya walau sejujurnya dia sama sekali tak memiliki nafsu makan. Tetapi entah kenapa rasa bubur itu jutaan kali lebih enak daripada nasi merah kesukaannya.
Ting! Tong!
Hah? Secepat itu dia sampai?!
Seperti orang sehat, Shizune berjalan dengan perasaan yang luar biasa untuk membukakan pintu. Tanpa melihat layar intercom, Sang Kepala Departemen Kesehatan Konoha secepat kilat membuka pintu unit apartemennya. Berbeda dari yang diharapkan, justru yang terpampang ialah pria asing dengan pakaian yang misterius hingga tidak menampilkan paras maupun rambutnya bersama seorang balita laki-laki bersurai perak yang familiar di samping kanannya.
Balita laki-laki yang familiar. Meski begitu, terlalu dini untuk menyimpulkan.
"Selamat siang, Shizune-sensei."
Sorot mata Shizune berubah menjadi waspada. Firasatnya mengatakan bahwa pria ini berbahaya. Sial, dia tidak membawa perlengkapan ninja sama sekali!
Pria di hadapannya tersenyum mencurigakan, "Ayahnya sangat sibuk di kantor dan banyak sekali shinobi-shinobi di sekitarnya. Jadi lebih baik saya mengembalikan anak ini ke Ibunya, 'kan?"
"A-apa?"
Bagai kilat di siang hari, gerakan tangan pria itu begitu cepat sampai-sampai Shizune tak menyadari bahwa pria setinggi 178 cm itu melakukan harakiri dengan katana yang dia simpan di balik coatnya. Dia bunuh diri!
Suara Shizune tercekat, irisnya membesar, tubuhnya bergetar hebat. Pemandangan di hadapannya membuatnya pusing bukan kepalang. Dia tidak bisa berbuat apapun. Tubuhnya membeku dan lemas. Kedua kakinya tak mampu untuk menumpu beban tubuhnya. Dia jatuh terduduk, tetapi bukan berarti pingsan. Kejadian di depannya memang mengejutkan, namun pengalamannya sebagai kunoichi membuat mentalnya lebih kuat.
Meskipun tubuhnya masih lemas akibat sakit dan tragedi berdarah barusan, tetap saja, ada anak kecil yang menonton aksi bunuh diri itu. Balita itu bahkan terciprat darah lumayan banyak.
"Shizune!"
Shizune yang sejak tadi menahan napasnya, tiba-tiba bisa meraih oksigen begitu suara seseorang yang familiar mengembalikannya pada fokusnya. Dia mencari-cari sosok di balik sumber suara itu dan mendapati Kurenai dengan tatapan syok di sana.
"Ku.. renai.."
Brukh!!
Barangkali Shizune tidak cukup kuat untuk menghadapi situasi yang mendadak seperti tadi dengan kondisi tubuhnya.
-
Sayup-sayup terdengar suara riuh, gaduh. Matanya menangkap sekelebat cahaya. Penciumannya merasa bau tak asing-seperti obat atau infus. Suhunya terasa dingin. Tubuhnya seperti mati rasa. Tangan kanannya seperti dihinggapi sesuatu yang besar dan berat. Dia menggerakkan tangan lainnya, memberitahu siapapun bahwa dirinya sudah siuman.
"Shizune?" Suara yang hangat bernada cemas masuk ke dalam telinga. Dia mencerna sejenak, kemudian menyadari bahwa itu suara orang yang tadi siang ditunggunya.
"Kakashi-sama.." Lirihnya. Ia menatap Kakashi, Kakashi menatapnya penuh gelisah. Kakashi memberinya senyuman hangat, Shizune tahu itu meskipun faktanya Kakashi masih setia dengan masker hitamnya.
"Shizune-senpai, sekarang kita sedang di rumah sakit, ini di IGD. Senpai pingsan di depan pintu apartemen dan Kurena-sensei yang membawa senpai ke sini." Uchiha Sakura menjalankan tugasnya sebagai iryou-nin. Ia harus memastikan Shizune sudah siuman sepenuhnya dan dalam kondisi yang stabil. Shizune mengerti itu, jadi dia mengangguk dan memberinya senyum samar.
Wanita bersurai hitam pendek itu mengingat-ingat kejadian sebelum dia pingsan. Begitu ingat, Shizune kembali shock. Dia tiba-tiba terbangun, tetapi tangan kanannya ditahan oleh sesuatu.
"Ada apa?!" Tanya Kakashi panik.
Shizune menatap sesuatu yang hinggap di tangan kanannya dengan ekspresi takut. Itu anak yang tadi dan anak yang ada di mimpinya semalam!
Murid Godaime Hokage refleks mengarahkan sorot matanya pada Kakashi. Kakashi diam tanpa menunjukkan mimik apapun. Balita laki-laki yang masih memeluk erat tangannya dalam posisi tidur tiba-tiba bangkit dan duduk di sisinya. Tiba-tiba pula dia berhambur ke pelukan Shizune. Pelukan erat itu seolah tak membiarkan Shizune untuk pergi ke manapun. Selanjutnya tangisan anak itu menggelegar seperti guntur.
"Mama! Mama! Maafkan aku! Aku berjanji tidak akan nakal lagi! Maafkan aku! Aku tidak akan menusuk Papa seperti itu lagi!"
Hening. Seluruhnya hening. Semuanya saling menatap dengan tanda tanya besar yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Existence Manipulation
FanficA Kakashi & Shizune fanfiction __ Tujuh tahun sejak berakhirnya Perang Dunia Shinobi Keempat, masa-masa yang damai dihebohkan oleh kedatangan seorang anak laki-laki bersurai perak yang dapat menundukkan siapapun dan apapun di daratan muka bumi. Itu...