Hatake Masaki terheran-heran dengan sikap Ayah dan Ibunya sejak beberapa hari terakhir. Terkadang saling melirik, lalu tersenyum, lalu wajah mereka memerah. Ayah dan Ibunya juga tiba-tiba memamerkan cincin pernikahan mereka, masih dengan senyum aneh dan wajah merah.
Yang seperti itu membuat Masaki cemburu dan akhir-akhir ini lebih rewel. Wajar. Secara psikologis dia hanyalah anak 5 tahun. Urutannya memang tidak sesuai dengan kebanyakan kisah cinta orang lain, tetapi baik Kakashi dan Shizune mensyukuri ke-berbeda-an itu. Terlebih sudah dapat bonus kehadiran Masaki.
Masaki, sejak pernikahan Ayah dan Ibunya, kini lebih menempel ke orang tuanya. Di satu hari dia seharian bersama Shizune, termasuk mengikuti Ibunya bekerja dari pagi sampai malam. Kemudian di lain hari menempel pada Kakashi. Yang dimaksud menempel benar-benar menempel. Digendong, digandeng, atau apapun itu yang membuatnya terus berada di dalam dekapan Sang Ayah. Sampai-sampai Shikamaru yang melihatnya khawatir hokagenya tidak bisa memiliki anak lagi-walaupun Kakashi dan Shizune memang tidak ingin memiliki anak selain Masaki. Kalau masalah kedekatan, Masaki adalah definisi daddy's boy yang sesungguhnya.
"Nak, tanganku kesemutan." Keluh Kakashi. Rokudaime Hokage sedang mengadakan beberapa kunjungan ke berbagai tempat penting di Konoha, mengawasi revitalisasi dan sebagainya. Si Kecil Masaki merengek meminta ikut karena tidak ingin melepaskan diri Ayahnya.
"Masaki-kun, mau aku gendong?" Tawar Shikamaru. Masaki menggeleng dan kembali bersembunyi di dada Ayahnya. Jadwal operasi Shizune sedang padat, jadi dia tidak bisa menjaga Masaki. Lagipula rumah sakit bukanlah tempat yang baik untuk anak-anak.
Cukup lama mereka pergi sehingga begitu kembali ke kantor, Kakashi tewas. Tangannya kesemutan karena menggendong Masaki yang seperti koala. Sementara anak itu dengan wajah tanpa dosanya menikmati permen-permen yang diberikan Ibu-Ibu dan Nenek-Nenek di jalan.
"Kau banyak penggemar, ya?" Ledek Kakashi. Dia bermalas-malasan di kursinya sambil bertopang dagu, sementara perhatiannya tertuju pada Masaki.
"Hehe. Papa mau permen?"
"Tidak. Kau makan saja, mumpung Ibumu tidak tahu."
"Papa,"
"Ya, Masaki?"
"Jangan tinggalkan aku."
Kakashi berkedut bingung. Kenapa suasananya jadi mengerikan? Pria itu mendecih, "kau ini. Seperti aku akan pergi jauh saja."
"Karena sebentar lagi ada berita yang mengejutkan."
"Apa?"
Brak!!
"HOKAGE-SAMA!! PULUHAN SHINOBI DAN KUNOICHI DITEMUKAN TEWAS DI GERBANG A-UN!!!!!"
Rokudaime Hokage, Hatake Kakashi, terperanjat dari kursinya. Shinobi di hadapannya melaporkan berita yang mengejutkan. Rahangnya mengeras, tangannya mengepal, urat-urat kasar timbul di wajahnya.
"Apa maksudmu?! Siapa penyerangnya?!"
"Belum bisa dipastikan karena tidak ada jejaknya. Jenazah para shinobi sedang dibawa ke rumah sakit untuk diautopsi. Tetapi kondisi mereka benar-benar kacau sehingga sulit dikenali."
Lagi, Hatake Kakashi menggertakan rahang. Dia melangkah penuh amarah, hendak meninggalkan ruangannya untuk meluncur ke TKP.
Baru dibilang jangan tinggalkan aku. Batin Masaki. Dia tak bersuara, tetapi kakinya melangkah di belakang Kakashi. Merasakan seorang pria kecil berjalan tanpa hawa di belakangnya, Kakashi mengutuk dirinya dalam batin, bodoh! Aku, 'kan, punya anak!
"Masaki, kau tunggu saja di ruanganku. Di sana berbahaya." Perintah Kakashi yang kakinya tetap melangkah.
"Bukankah itu lebih berbahaya? Siapa tahu Papa target berikutnya." Entah dari mana sifat blak-blak-an itu menurun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Existence Manipulation
ФанфикA Kakashi & Shizune fanfiction __ Tujuh tahun sejak berakhirnya Perang Dunia Shinobi Keempat, masa-masa yang damai dihebohkan oleh kedatangan seorang anak laki-laki bersurai perak yang dapat menundukkan siapapun dan apapun di daratan muka bumi. Itu...