"Anda akan menikah?!"
Kantor hokage-secara keseluruhan-gempar. Getaran keterkejutan pegawai kantor seperti sumber gempa lokal di Konoha. Shikamaru-yang saat ini sudah lebih sibuk karena Shizune sudah tidak terlalu sering ke kantor-lebih kewalahan atas sikap hokagenya. Seperti puber kedua, katanya. Padahal itu yang pertama untuk Kakashi.
Yang jelas, Kakashi tiba-tiba memanggil beberapa orang ke ruangannya dan tanpa ba-bi-bu langsung mengatakan, "besok aku akan menikah. Tolong bawa berkas-berkasnya hari ini agar aku bisa langsung memberi cap."
Seperti itu.
Sebetulnya yang membuat terkejut bukan karena Kakashi akan menikah, tetapi deadline tidak manusiawi. Kantor Administrasi Konoha tidak dibuat hanya untuk mengurus hokagenya yang kebelet kawin!
"Rokudaime, apa tidak bisa untuk 3 hari lagi? Lagipula, memangnya Anda tidak menyiapkan pesta pernikahan?" Shikamaru mengajukan keberatan diiringi pertanyaan. Dia harus menyelamatkan juniornya dari perintah Kakashi.
"Aku hokage. Aku sibuk. Jadi aku tidak bisa menunggu lama."
"Tetapi pesta pernikahan tidak bisa dipersiapkan dalam waktu kurang dari sehari!" Geram Shikamaru. Kakashi menopang dagunya dengan sebelah tangan. Mata malasnya menatap Shikamaru, "siapa yang bilang aku akan mengadakan pesta pernikahan?"
"Hah? Yang benar saja! Shizune-san tidak masalah dengan itu?"
"Dia yang memintanya begitu. Karena aku hokage, katanya. Tapi itu tidak perlu dipusingkan. Sekarang, bisa tolong usahakan berkasnya sampai hari ini juga?" Pinta Kakashi. Nadanya benar-benar mengerikan sampai-sampai Shikamaru terpaksa mengiyakan.
"Ck! Merepotkan.. ya, ya, akan saya usahakan, Rokudaime."
"Hehe, terima kasih, Shikamaru."
Kemudian pemuda Nara meninggalkan ruangan Kakashi bersama beberapa staff lainnya. Begitu ruangannya kembali sepi, Kakashi kembali pada pekerjaannya. Novel laknatnya tersimpan utuh di atas meja, tetapi hari ini dia sama sekali belum menyentuhnya. Mungkin untuk gambaran besok malam akan mengandalkan kebebasan dari imajinasinya saja.
Di belahan lain Konoha beberapa jam kemudian, Shizune juga berkutat dengan dokumen-dokumen yang berada di ruangannya. Beberapa hari ini terasa berat, baik di rumah sakit maupun kantor hokage. Namun, bakatnya lebih dibutuhkan di rumah sakit sehingga dia melonggarkan sedikit pekerjaannya di kantor hokage.
Di pagi hari ia rapat, di siang hari mengoperasi, di sore atau malam hari berkelahi dengan kertas dan layar komputer. Belum lagi ketika tiba-tiba ditelepon oleh kantor hokage karena suatu kendala. Memang, seringkali dia berpikir untuk merelakan posisinya sebagai asisten hokage, tetapi semangatnya kuat untuk membantu Konoha lebih baik untuk generasi mendatang-generasi putranya.
Tok! Tok! Tok!
Shizune kembali dari pikirannya. Suara ketukan pintu membuatnya sadar dan mengizinkan Sang Pengetuk masuk. Itu Sakura (dengan setumpuk dokumen di kedua tangannya). Akhirnya dia tahu penderitaan Kakashi ketika dirinya melakukan hal yang sama.
"Senpai~ jangan memasang raut begitu, dong! Ada satu berkas dari Kantor Administrasi Konoha dan dari kantor hokage. Pasti raut wajahmu berubah setelah itu." Goda Sakura. Dia meletakkan setumpuk dokumen di meja kerja Shizune dan secara diskriminatif mengambil berkas yang dapat membuat raut wajah Shizune berubah langsung ke orang yang bersangkutan.
Shizune menerimanya. Dia bisa menebak apa isinya, sehingga dengan santai dia berkata, "berkas persetujuan pernikahan? Tidak ku sangka mereka akan membuatkannya secepat ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Existence Manipulation
FanfictionA Kakashi & Shizune fanfiction __ Tujuh tahun sejak berakhirnya Perang Dunia Shinobi Keempat, masa-masa yang damai dihebohkan oleh kedatangan seorang anak laki-laki bersurai perak yang dapat menundukkan siapapun dan apapun di daratan muka bumi. Itu...