"Saya tidak bisa membunuh putra saya sendiri. Itu kejam."
Hatake Kakashi sudah mengucapkan hal serupa entah yang ke berapa kali di hari yang sama. Tuntutan tetua dan beberapa kepala klan yang mengetahui insiden kemarin membuat parno. Mereka terlalu berpikiran negatif hingga membuat spekulasi bahwa Hatake Masaki adalah anak eksperimen yang dididik untuk menjadi mata-mata musuh sehingga dirinya menjadi luar biasa kuat.
"Hokage-sama! Tolonglah! Sebagai hokage, seharusnya Anda lebih memikirkan rakyat!"
"Kalau begitu, saya ganti jawabannya atas permintaan Anda yang meminta untuk membinasakan seorang anak kecil. Saya tidak bisa membunuh rakyat saya sendiri. Itu kejam." Pria itu berkata dengan tenang, ditambah senyuman tipis yang mengerikan.
Sang Kepala Klan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Jadi dirinya hanya berjalan lesu keluar dari ruangan Kakashi. Setelahnya, Sang Hokage seperti kehabisan napas. Dia menjatuhkan kepalanya ke atas meja keras-keras.
"Rokudaime, Anda tidak apa-apa?" Pertanyaan retoris keluar dari mulut pemuda Nara. Dia benar-benar kasihan melihat Kakashi yang kebingungan dengan posisinya: hokage atau seorang Ayah.
"Shikamaru.. sudah berapa banyak yang menyangkal kehadiran Masaki hingga segitunya?" Tanya Kakashi. Nadanya lemas sekali.
"Bolehkah saya mengatakan yang tidak menyangkal?"
"Katakan itu."
Shikamaru dengan sorot sedihnya berucap, "hanya Klan Senju, Klan Nara, Klan Yamanaka, Klan Uchiha, Klan Hyūga, Klan Uzumaki, Klan Akimichi, Klan Aburame, Klan Inuzuka, Klan Sarutobi, Klan Hatake (tentu saja), dan beberapa orang."
Sang Hatake tertawa, "itu teman-teman kita semua, 'kan?"
Keheningan melanda ruangan Kakashi. Entah sudah seberapa lama dokumen-dokumennya berubah menjadi bukit. Mungkin sejak satu minggu yang lalu. Pasca insiden mengerikan itu.
Setelahnya berita mengenai Masaki mengalir tiada henti. Ujaran kebencian dan ancaman kematian memporak-porandakan kepercayaan. Mungkin karena ucapan seseorang yang overthinking mengenai kelebihan Masaki yang bisa saja menghancurkan Konoha menggerakkan masyarakat untuk berbuat mengerikan.
Sudah satu minggu pula Kakashi meminta anak dan istrinya tetap berada di rumah, sementara dia mengirimkan beberapa ANBU kepercayaannya untuk menjaga keluarganya.
Kakashi kembali ke posisi yang sempurna, dia mengarahkan sorotnya pada Shikamaru yang setia berdiri di sampingnya.
"Aku pernah bertanya mengenai kecondongan pada Masaki beberapa waktu lalu. Hanya soal cerita, seperti siapakah yang harus ku pilih ketika pendapat golongan tua dan golongan muda berbeda sementara keputusannya mempengaruhi masa depan?"
Shikamaru menunjukkan ketertarikannya. Dia menarik kursi kecil dan memulai perbincangan antar-bapak di hari yang mulai senja.
Mendapati Kakashi yang masih ingin melanjutkan, Shikamaru menahan responnya. Pria bersurai perak menambahkan, "dia menjawab kalau kita harus mengikuti golongan muda, karena yang merasakan masa depan kemungkinan besar diisi oleh golongan muda. Padahal di masa depan, golongan muda itu telah berubah menjadi golongan tua."
Asisten pribadinya menyunggingkan senyum, "tetapi menurut saya jawaban Masaki sudah bagus. Golongan muda yang telah menjadi golongan tua mendapat hasil yang baik untuk generasi selanjutnya."
Kakashi tertawa. Itu benar. Tetapi dia menyesali pertanyaannya pada Masaki tempo hari.
"Tetapi kini malah dari berbagai golongan menyerangnya. Aku memberinya soal cerita yang keliru sehingga saat ini aku tidak tahu apa yang akan menjadi jawabannya."
"Kakashi, berpikirlah dengan jernih! Kita harus mencari cara agar situasi ini cepat selesai!"
"Sebagai hokage, aku hanya mempunyai dua pilihan: membunuh rakyatku (Masaki) atau menjadikan seorang anak (Masaki) sebagai senjata Konoha."
Tetapi sebagai Ayah, aku ingin membunuh orang-orang yang berbuat jahat terhadap putraku.
-
"Mama, bukankah perbuatanku tidak salah? Mata ganti mata. Bahkan mereka membunuh puluhan shinobi kita, sementara jumlah mereka hanya 6. Itu masih tidak adil, bukan?"
Hatake Masaki terus mencari pembenaran atas tindakannya. Shizune sudah berkali-kali mengatakan bahwa tindakan Masaki berlebihan, tetapi anak itu masih bersikukuh pada prinsip keadilan yang dianutnya.
Shizune tidak tutup mata akan insiden itu. Dia, maupun suaminya, bukan orang yang suci. Mereka pernah membunuh-tuntutan pekerjaan. Memang naif, tetapi mereka tidak ingin membuat Masaki menjadi anak yang dengan mudah mencabut nyawa orang, terlebih di situasi damai begini.
Bila kedua pembunuh dihadapkan, tidak ada yang bisa membuat salah satunya menjadi benar. Keduanya salah karena telah membunuh. Dan membunuh adalah kesalahan.
Shizune mengusap halus pipi Masaki. Sorotnya menandakan kasih sayang. "Nak, menurutmu apakah itu baik dan jahat?"
Penerus Hatake cemberut karena tiba-tiba diberi pertanyaan. Namun, dia tetap menjawabnya tanpa berpikir lama.
"Baik adalah yang kita yakini, jahat adalah yang tidak kita yakini."
Istri Rokudaime Hokage terkekeh. "Singkat sekali jawabanmu. Ya, itu benar. Tetapi kepala manusia itu berbeda-beda, begitu pula cara pandangnya. Jadi, alangkah baiknya kita memahami kenapa orang lain bersikap demikian."
Masaki berkedut bingung, "lantas apa hubungannya dengan kasusku?"
"Cara pandang orang lain terhadapmu. Setelah insiden itu, ada yang mengatakan kau baik hati karena membereskan orang-orang yang membunuh keluarga mereka. Tetapi di lain pihak ada yang menentangmu. Masaki, untuk bertahan di dunia ini, kita harus selalu berhati-hati dengan sesama. Kau harus ingat bahwa dunia tidak berotasi hanya di sekelilingmu."
Masaki terdiam. Dia memandang Ibunya yang menatapnya dengan sorot cemas. Anak itu menggenggam tangan Shizune. Kecil dan hangat, itu menenangkan.
"Aku tidak masalah dengan pikiran orang lain terhadapku. Aku hanya melakukan apa yang aku yakini benar. Karena itu, tolong jangan cemas. Aku baik-baik saja."
Kemudian ketika bulan berada tepat di atas langit malam, anak laki-laki bernama Hatake Masaki pergi menjauhi Konoha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Existence Manipulation
FanficA Kakashi & Shizune fanfiction __ Tujuh tahun sejak berakhirnya Perang Dunia Shinobi Keempat, masa-masa yang damai dihebohkan oleh kedatangan seorang anak laki-laki bersurai perak yang dapat menundukkan siapapun dan apapun di daratan muka bumi. Itu...