Masaki yang telah menyelesaikan makan siangnya mengikrarkan suatu janji, "aku berjanji akan membawa Papa ke sini lagi. Kalian tunggu saja, ya."
***
Begitulah apa yang dijanjikan Masaki. Sekarang hanya tinggal membujuk Kakashi untuk membawanya piknik ke Sungai Barat Konoha. Sebetulnya itu tidak mudah mengingat pekerjaan Kakashi yang bahkan membuatnya jarang pulang-tetapi secara tidak bertanggung jawab dia masih memiliki waktu untuk tidur siang.
Mengingat Masaki telah menyelesaikan misi ramah-tamah yang diberikannya, Kakashi akhirnya meluangkan waktu untuk bersantai selama beberapa jam. Dia sebetulnya kebingungan karena di tengah makan malam, anak itu tiba-tiba ingin bermain di Sungai Barat Konoha bersama orang tuanya. Sehingga diputuskan di minggu berikutnya, mereka bertiga pergi ke Sungai Barat Konoha. Tak lupa perlengkapan piknik seperti tikar, keranjang berisi makanan, alat pancing, dan benda lainnya untuk melengkapi.
Hatake Kakashi berdiri di atas bongkahan batu besar, irisnya memandang arus sungai yang damai. Shizune, yang menyadari Kakashi sudah berdiri cukup lama di sana, memanggilnya untuk bergabung dengan putra dan Ibu dari putranya.
"Dulu tempat ini menjadi salah satu tempat favoritku untuk menangkap sanma. Ikan yang ada di sini sangat segar dan rasanya lezat," Kakashi membuka percakapan di tengah kunyahan roti isinya. "Dan ini adalah pertama kalinya aku ke sini setelah 7 tahun."
Shizune memandangnya penasaran, "kenapa begitu?" Dengan tatapan isengnya, Kakashi membalas, "habisnya ada seseorang yang selalu menyeretku kembali ke kantor sebelum aku benar-benar menginjakkan kaki di sini~" Wanitanya cemberut kesal, "Anda,'kan, seharusnya sadar posisi Anda. Jika saya membiarkan Anda terus-terusan bersantai, lama-lama kantor hokage tenggelam dengan dokumen!"
Semakin mengisenginya, Kakashi bersembunyi di balik Masaki yang tidak tahu apa-apa. Anak itu tertawa melihat tingkah Ayah dan Ibunya. Baru kali ini dia merasakan hidup dan tumbuh seperti anak normal lainnya.
"Masaki~ tolong aku! Aku takut diracun Ibumu~!"
"Racun?" Ekspresi Masaki langsung berubah bersama dengan pertanyaannya. "Apakah spesialisasi Mama berhubungan dengan racun?" Tanya Masaki lagi ketika Kakashi atau Shizune tak merespon keheranannya.
Kakashi mengusap tengkuknya. Atmosfirnya berubah. "Maa, Masaki. Sebaiknya perbincangan kita yang normal-normal saja. Benar, 'kan, Shizune?" Shizune menghela napas. Yang menyebabkan semua ini adalah Kakashi, tetapi dia juga harus ambil peran. "Itu benar sekali! Topik itu tidak cocok untuk dibicarakan saat piknik!" Ucapnya disertai senyum canggung.
"Aku, 'kan, ingin tahu tentang kalian.." Cicit Masaki. Wajahnya sendu dan itu membuat orang tuanya merasa bersalah.
Duh, begini banget keluarga shinobi. Batin Kakashi lelah.
"Yare-yare.. Masaki, bagaimana kalau kita memancing?" Kakashi mengalihkan topik. Dia berharap Shizune dapat membantunya. "Benar! Bukankah tadi kau dengar kalau sanma di sini segar dan lezat? Setelah itu kita akan membakar dan menikmatinya." Sambung Sang Ibu. Sepertinya mudah sekali untuk menarik hati bocah 5 tahun yang baru saja pundung.
Masaki bertukar menancapkan umpan pada kailnya, Kakashi yang memancing. Anak itu mempelajari bagaimana cara Ayahnya mendapatkan ikan. Sementara itu, Shizune menyalakan api untuk membakar ikan. Menyalakan api perkara yang mudah, jadi setelahnya dia bergabung dengan putra dan Ayah dari putranya.
Sepertinya Nona Arus sangat bahagia karena kedatangan tamu yang bertahun-tahun dia tunggu. Nona Arus meminta bantuan Sang Sungai untuk membuat para sanma berenang ke arah Keluarga Hatake. Itulah cara yang bisa dia lakukan untuk berterima kasih pada Masaki.
"Anda jago memancing, ya, Kakashi-sama~" Shizune berujar penuh kekaguman. Dia melihat isi ember yang penuh ikan sanma segar.
"Masaki, tolong bilang pada Ibumu, jangan panggil aku dengan -sama." Kakashi-yang sudah lelah mengoreksi honorifik-menyerah dengan Shizune dan meminta bantuan anaknya.
Entah karena gen atau apa, Masaki memodifikasi pesannya dengan kalimat yang membuat Kakashi senang bukan kepalang. Begini bunyinya, "Mama, kata Papa dia ingin dipanggil Sayang olehmu." Dan entah dari mana bocah 5 tahun mengatakan hal-hal romantis begitu.
Dampak perkataan Masaki menusuk tepat di dada, membuat wajah Sang Ibu merah sempurna. Tetapi Ayahnya hanya tersenyum dan menjanjikan putranya dengan segudang mainan.
"Seharusnya Anda tidak boleh menebar kerikil di depan anak-anak.."
Rokudaime protes, "memangnya itu syarat?"
"Sekarang jadi syarat."
Smirk Kakashi terlihat jelas dari balik masker. "Berarti saat kita hanya berdua, aku tidak akan menahan diri."
Hening. Ada dua insan yang bermesraan, ditambah seorang anak lelaki polos yang mengira orang tua mereka akan berperang.
"Jangan berperang di sini. Aku bahkan belum masuk Akademi Ninja." Anak itu memberi ultimatum. Kesalahpahamannya membuat Kakashi dan Shizune tertawa. Putra mereka terkadang konyol, entah belajar dari mana.
"Tenang saja, Nak. Kami akan berperang di kam-"
"W-wah! Sepertinya kita menangkap terlalu banyak ikan! Bagaimana jika memancingnya dicukupkan?" Untung Shizune cepat tanggap atas kalimat mesum Kakashi-yang dikhawatirkan akan meruntut pada pertanyaan polos putranya. Shizune yang terlihat panik menjadi alasan bahwa Kakashi benar-benar harus bergerak cepat.
Kini, ketiganya duduk melingkar di hadapan api unggun. Saat ini masih pagi dan sanma akan menjadi penutup sarapan mereka. Tiga ekor sanma dibakar di atas api, aromanya tercium menggiurkan sehingga Masaki tak sabar untuk menikmatinya. Sepertinya mereka harus mengoreksi perkataan Kakashi terkait sanma. Bukan hanya lezat, tetapi sangat lezat!
"Papa, lain kali kita bertiga ke sini lagi, ya!"
Sang Ayah tersenyum, "kita akan ke sini kapan pun kau mau." Pria itu mengacak surai yang sama pada anaknya. Tatapannya benar-benar hangat, seolah dapat melelehkan hati siapapun yang melihatnya.
Termasuk wanitanya. Namun, dia bersikap rasional. Tidak mungkin dia langsung menyukainya hanya karena menatap senyuman penuh kasih begitu? Bersama Kakashi, meskipun di tengah-tengah mereka ada Masaki, tetap saja terasa berbahaya untuk Shizune. Berbahaya bagi hatinya.
"Kakashi-sama," panggil Shizune. "Anda harus kembali ke kantor."
Rokudaime menghela napas, "kau tidak ingat apa yang dikatakan anak kita ta-"
"Sayang-! Kita.. harus kembali ke kantor."
Masaki, dengan mata dan otak polosnya, melihat pesta tomat tepat di hadapannya. Orang tuanya seperti remaja puber yang baru merasakan cinta. Meskipun pada nyatanya memang demikian.
"As you wish, My Queen."
Si Bocah Perak mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi. Dia hendak bertanya, "jadi.. pikniknya selesai?"
Kakashi menjentikkan jarinya, "benar. Tetapi kita akan bertemu saat makan malam."
Sorot mata Masaki yang tadi sedih berubah penuh pengharapan, "yang benar?! Papa akan pulang?!"
"Kau ini.. seperti mengatakan kalau aku bukan Ayah yang baik saja." Protesnya. Kakashi menabrak onyx putranya yang mirip Shizune.
"Nanti malam kita bertemu lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Existence Manipulation
FanficA Kakashi & Shizune fanfiction __ Tujuh tahun sejak berakhirnya Perang Dunia Shinobi Keempat, masa-masa yang damai dihebohkan oleh kedatangan seorang anak laki-laki bersurai perak yang dapat menundukkan siapapun dan apapun di daratan muka bumi. Itu...