Bumi Ann 2 : Cerita

35 4 2
                                    

🆘

Alurnya maju mundur. Penuh flashback. Ikutin tiap kisahnya dengan enjoy, ya😊

Selamat menikmati hidangan bagian kedua🌻

.

Samudra tidak habis pikir jika sore ini akan hujan deras. Padahal sepanjang hari sangat cerah dan panas. Tiba-tiba guntur bersuara diiringi hujan lebat yang langsung menghantam atap rumah pohonnya. Setidaknya Samudra merasa bersyukur juga, karena hujan lebat membangunkannya yang ketiduran.

Samudra yang masih memakai seragam olahraga SMP-nya memeluk tas sekolah untuk menghalau dingin. Ia melirik jam tangan, hampir pukul 5 sore. Mama akan serangan jantung kalau tahu dirinya belum pulang tanpa izin hujan-hujan begini. Pakai acara ketiduran pula tadi.

Kepalanya mengintip keluar jendela rumah pohon yang hanya sepetak tanpa penutup. Menimbang-nimbang, apakah ia memilih menerobos hujan saja?

Belum sempat memutuskan jawaban, tatapannya langsung di kejutkan dengan seorang gadis SMP yang berjalan terseok. Pakaiannya basah kuyup. Ia bahkan menyeret tasnya di aspal.

"HEI!" teriaknya percuma, suaranya masih kalah sama hujan.

"Ck. Dia nggak bakal denger kalau hujannya sederas ini. Eh tapi biarin aja, deh. Dia udah basah kuyup juga."

"Ya tapi aku nggak tega. Aduh... Itu kakinya kenapa lagi?"

Samudra kalut dengan pikirannya sendiri. Kalau boleh jujur, dirinya tidak pernah suka hujan-hujanan. Apalagi hujan deras dengan guntur menyambar begini.

Ia kembali melihat keluar jendela. Dirinya menemukan gadis itu duduk membenamkan kepalanya dalam lipatan lutut di pinggir trotoar jalan.

"Dia nangis?"

Tanpa pikir panjang, Samudra segera turun dari rumah pohon menghampiri gadis itu.

"Kamu nggak apa-apa?"

Gadis itu mendongak. Mata sayunya bertabrakan dengan iris cokelat Samudra yang menatapnya prihatin. Wajah sembabnya pucat pasi dan bibirnya mulai membiru.

Gadis itu tidak mengenali anak SMP yang berjongkok di hadapannya. Selain wajahnya asing, tatapannya juga kabur akibat hujan deras dan kepalanya yang pening luar biasa.

"Astaghfirullahal'adzim, kepala kamu bocor!." Ia melihat noda merah di jilbab gadis itu. Sepertinya darahnya masih mengalir, karena hilang timbul saat terkena tetesan hujan. Tatapannya kini beralih pada kaki gadis itu. Ada cairan merah yang merembes di kaus kaki putihnya. "Kaki kamu juga luka. Ayo kita ke rumah sakit."

"Nggak! Pergi!" tolak gadis itu.

Samudra tak gentar.

"Pergi!"

"Tapi kamu harus di bawah ke rumah sakit."

Belum sempat gadis itu berkata kembali, seorang wanita datang dan langsung menarik gadis itu untuk berdiri. Samudra ikut berdiri cepat.Gadis itu menangis kuat begitu mengenali wanita yang menariknya.

"Ann nggak mau pulang, bibi. Ann nggak mau pulang."

Wanita itu menyentak tangan gadis bernama Ann yang memberontak dengan kasar. Tidak peduli jika Ann sedang terluka.

"Diam! Gara-gara kamu suami bibi meninggal. Kamu harus menerima akibatnya karena telah membunuh paman kamu."

Wanita itu menariknya paksa. Samudra cukup syok, dirinya bahkan masih mematung mencerna kejadian tersebut. Tapi sorot mata ketakutan milik gadis bernama Ann itu membuat Samudra memacu langkah menghadang jalan bibi tersebut.

Bumi Ann (S1 END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang