Bumi Ann 7 : Asing

18 3 2
                                    

Dua hari setelah menerima panggilan dari Shania, dan memastikan ucapan aktris itu benar pada Rain, Samudra langsung memesan tiket pesawat ke Indonesia begitu pekerjaan selesai. Tanpa acara jalan-jalan, atau sekedar memberi oleh-oleh.

Samudra baru saja selesai membersihkan diri di kamarnya. Lelaki itu menatap pantulan dirinya di depan cermin. Ia nampak kelelahan.

Tok tok tok

"Sam... Ini umi, nak."

Suara lembut bidadarinya mengalun, menerobos ego yang sudah lama ia tahan. Samudra segera membuka pintu dan menabrak uminya. Ia memeluk bidadarinya erat. Tangis Samudra pecah. Tangan lembut Umi Bushra mengelus bahu sang putra dengan penuh kasih sayang.

"La tahzan, nak. Allah bersamamu."

Tangis Samudra reda. Mata dan hidungnya memerah. Umi Bushra membawa langkah mereka duduk di pinggir kasur king size kamar Samudra.

Samudra meletakkan kepalanya di atas pangkuan Ibunda. Umi Bushra mengusap lembut rambut putranya. Ia terkekeh, kapan terakhir kali Samudra'nya manja seperti ini?

Umi Bushra tersenyum lembut, binar matanya teduh. Cukup dengan sentuhan uminya, cukup dengan senyum dan tatapan uminya, cukup dengan kehadiran bidadarinya, Samudra merasa cukup. Ia merasa damai.

"Sudah siap cerita sama Umi, hm?" tanya Umi Bushra.

Samudra duduk, kepalanya ia sadarkan pada bahu Uminya.

"Dia kembali, mi."

Sangat kontras dengan raut Samudra yang sendu, Umi Bushra justru tetap tersenyum hangat. Belum merespon, Umi Bushra mengulurkan tangannya mengelus pundak Bumi, menunggu putranya selesai bercerita.

"Dia di Indonesia."

Tanpa bertanya siapa, Umi Bushra langsung tahu. "Alhamdulillah, bukannya itu yang kamu tunggu selama ini?"

"Sam takut menyakitinya. Sam takut dia belum memaafkan kesalahan Sam."

"Kenapa anak umi jadi pesimis gini?"

"Kesalahan Sam di masa lalu sangat fatal, mi."

"Tidak, sayang. Semua terjadi atas takdir Allah. Dia gadis baik, shalehah, insya Allah hanya butuh waktu menerimanya. Dia pasti mengerti jika kamu jelaskan sejujurnya."

Samudra menatap uminya. Tatapannya sangat lugu dan polos. "Umi ingin bertemu dengannya?"

"Tentu saja. Dia malaikat yang dikirimkan Allah untuk Umi. Itu salah satu alasan kamu tidak melepaskannya'kan?" Bumi hanya tersenyum malu.

"Pergilah, nak. Temui dia. Selesaikan apa yang harus diselesaikan. Umi sangat ridho, jika dia memintamu menikahinya."

"Terimakasih, umi."

.

-7-

asing

.

Hari berlalu, kegiatan Samudra sama seperti biasanya. Pagi ini di kantor Samudra, Rain langsung menemuinya.

"Sam..."

"Gue lagi nggak mau bahas itu. Banyak kerjaan." Samudra mendahului Rain dengan cepat. Seolah bisa menebak apa yang akan disampaikan Rain.

"GR lo. Kedatangan gue mau minta oleh-oleh dari Singapura. Sekalian nganter mobil Lo di depan."

Samudra  berdecak sebal. Putra konglomerat itu benar-benar tidak tau diri. Walaupun mereka sepupu, Samudra akui, jika keluarga Rain Anugrah benar-benar keluarga Sultan.

Bumi Ann (S1 END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang