Bumi Ann 16 : Pergi (Ending S1)

23 3 8
                                    

Setelah lama tidak mendengar kabar tentang Ann, kini justru kabar yang didengar Jihan adalah duka. Dia segera menghampiri Megan yang terduduk di kursi tunggu depan ICU. Megan sudah memberitahunya sejak tadi pagi, tetapi menjelang sore Jihan baru bisa datang. Dia yang meminta Megan menunggu di depan ruangan Ann dirawat.

"Keadaan Ann gimana, Meg?" tanya Jihan.

Mega berdiri, memegang kedua tangan Jihan yang bergetar. "Kita doakan yang terbaik untuk Ann, ya."

"Mak-maksud kamu?"

"Ann koma."

Mata Jihan berkaca-kaca. Megan membawa Jihan duduk. Tangannya terus mengusap lembut bahu Jihan. Megan yang dulu dengan yang sekarang benar-benar sudah berubah.

Seorang wanita dengan gamis putih dengan khimar cokelat susu keluar dari ruang ICU. Dia berbicara sebentar dengan dokter perempuan yang membersamainya.

"Ann?"

"Bukan Ann, Ji. Itu kakak kandungnya. Aku tau dari Mas Hesa yang ikut menangani Ann setiba di RS. Namanya Kak Atika."

"Ann punya saudara perempuan?"

"Iya. Aku juga baru tahu. Mungkin kalau kak Atika nggak kembali dari Singapura malam itu, aku nggak tahu apa yang akan terjadi sama Ann."

Dahi Jihan berkerut, bingung. "Bukannya ada polisi yang datang? Kalau kak Atika baru kembali, gimana bisa kak Atika manggil polisi tepat waktu?"

Megan menatap Atika yang masih berbincang dengan dokter perempuan yang menangani Ann. "Entahlah..."

Atika selesai bicara. Megan dan Jihan segera menghampirinya begitu dokter pergi.

Perempuan 25 tahun itu tersenyum tipis. "Kalian temannya Ann, ya?"

"Iya, kak. Saya Megan."

"Jihan, kak."

"Atika. Terima kasih, ya, sudah menjadi teman Ann."

Megan dan Jihan saking tatap. "Bagaimana keadaan Ann, kak?" Jihan memberanikan diri bertanya.

"Doakan Ann, ya."

"Mak-maksud kakak?"

"Kepala Ann pernah dioperasi karena pendarahan di otak akibat kecelakaan. Benturan keras di kepala menjadi pantangan Ann. Tetapi musibah yang menimba adik saya saat ini sungguh rencana Allah." Atika menghentikan ucapannya, dia melihat ekspresi syok kedua perempuan di hadapannya. "Adik saya belum cerita, ya?"

Jihan bergerak tak nyaman. "Maaf, kak. Kami...."

"Maaf jika adik saya terlalu tertutup dengan kalian."

"Atika." Seorang pria dengan setelan formal mendekati Atika, atensi mereka otomatis beralih pada pria itu. "Semua sudah selesai. Kalian bisa berangkat besok pagi."

Atika tersenyum tipis, perempuan itu mengangguk samar.

"Bang Raka?"

Raka seketika menoleh pada suara yang berasal dari perempuan di hadapannya.

"Jihan? Kamu mantannya Rain waktu SMP'kan?"

Jihan mengangguk kaku. Lelaki di hadapannya tidak berubah. Selalu spontanitas.

"Kamu kenal, Ji?" tanya Megan setengah berbisik.

"Abangnya Rain."

"Megan, Jihan, kalau begitu saya permisi, ya," pamit Atika.

Atika baru ingin melangkah, tetapi suara Rakanda menahannya. "Mereka nggak kamu kasih tahu, Ka?Temannya Ann berhak tahu, loh"

"Nggak apa-apa, bang." Jihan dan Megan merasa tak enak.

Bumi Ann (S1 END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang