Ia membuka matanya perlahan. Mengedip beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Dirinya berusaha duduk, melawan pening yang kian mendera.
"Bagusan Lo duduk dulu, deh. Dokter bilang magh Lo kambuh."
Deg
Jihan mendongak, menatap wajah sang pemilik suara.
"Rain? Kok bisa Lo, sih?"
Rain langsung memasang wajah panik.
"Jangan salah paham dulu. Tadi ada mbak-mbak yang bawa Lo kemari. Gue biasa cek kesehatan rutin di klinik ini. Gue bilang lah, kalau kenal sama Lo. Jadi dia minta tolong buat jagain Lo bentar. Katanya nanti bakal—,"
"Ini dimana?" potong Jihan cepat.
Rain menghelah nafas kesal. "Klinik," jawabnya setengah malas.
"Bukannya Masjid?"
"Lo mimpi, ya."
"Gue serius, Rain. Gue lagi di masjid lihat akadnya Megan. Terus gue... Gue ketemu—"
"Ketemu siapa? Malaikat maut? Udah, deh, gue balik aja. Lo bisa'kan balik sendiri ke hotel tempat sahabat lo resepsi?"
"Lo tahu?"
"Iye. Sam juga kesana."
"Oke, pergi aja deh lo. Gue kasih tahu juga nggak akan ngerti."
"Apa, Ji?" Rain kurang jelas mendengar kalimat terakhir Jihan yang seperti bergumam.
Jihan menggerakkan tangannya di udara. "Nggak, nggak. Pergi Lo sono!"
"Ini juga mau pergi. Assalamu'alaikum," pamitnya ketus.
"Wa'alaikumussalam." Jihan membalas tak kalah ketus.
Sepeninggal Rain, Jihan hanya duduk mematung. Ingatannya kembali pada kejadian di toilet masjid tadi. Begitu ia melihat seorang perempuan mirip Ann, perutnya langsung sakit luar biasa. Ternyata magh-nya kumat. Akhir-akhir ini pola makannya memang berantakan. Biasa Jihan bisa menahannya untuk beberapa waktu, tetapi tadi ia langsung jatuh pingsan.
"Lupain tentang Ann. Aku pasti cuma halusinasi. Sekarang fokus aja sama pernikahan Megan. Dia pasti khawatir kalau sampai sadar aku nggak ada."
Jihan berjalan pelan ke resepsionis klinik. Perutnya masih lumayan perih walau sudah sedikit membaik.
"Suster..."
Suster tersebut tersenyum melihat Jihan. "Atas nama Jihan Cendana?"
"Iya, mbak."
"Mbak bisa langsung pulang jika sudah baikan. Semua sudah di bayar, mbak."
"Sama siapa, sus?"
Gak mungkin Rain.
"Sama perempuan yang nganterin mbak sebelum minta tolong sama Mas Rain."
"Mas Rain?"
"Keluarga Mas Rain yang punya klinik ini, mbak."
"Perempuan yang tadi nolongin saya sudah pergi, sus?
"Sudah, mbak."
Jihan kembali termenung. Pikirannya hanya fokus pada perempuan yang dijumpai di Masjid tadi.
"Ann... kamu beneran kembali?"
.
-4-
Minimarket
.
Sepanjang jalan kembali ke Cafenya, Rain menggerutu kesal. Ia mengayuh sepeda gunung kesayangannya dengan tidak beres. Kadang-kadang sangat pelan tak bertenaga, kadang-kadang juga kuat seolah marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Ann (S1 END)
SpiritualSEASON 1 ENDING SEASON 2 ON PROGRES S1 DAN S2 BISA DIBACA BERSAMAAN . Perjuangan Samudra Bumi menaklukkan hati Anndara Rembulan, si tuan puteri yang terasingkan dari istana sejak pamannya meninggal. *** Kalau ditanya siapa orang paling menyebalkan d...