Bumi Ann 6 : Rumah

20 3 0
                                    

Part paling pendek. Cuma sekitar 700+ kata. Tapi aku double up, kok sama part 7✌️

SELAMAT MEMBACA

***




Sejak kecil, Samudra selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Sebagai anak tunggal dari keluarga dokter kaya raya, dirinya hidup sehat dan sangat berkecukupan. Punya banyak teman dan pintar. Tampan dan di kejar-kejar oleh banyak cewek.

Papanya adalah dokter bedah di salah satu rumah sakit ternama Jakarta. Ibunya juga merupakan spesialis kandungan disana. Ditengah kesibukannya, kedua orang tua Samudra tidak pernah menelantarkan putra semata wayang mereka. Mereka memberikan kasih sayang yang cukup untuk Samudra dan mengajarinya agama.

Oleh sebab itu Samudra sangat menghormati perempuan. Meskipun populer, dan punya banyak fans cewek. Dirinya tidak pernah sekalipun berpacaran. Ia tidak akan pernah mendekati hubungan haram itu. Dirinya tidak punya teman dekat perempuan kecuali Shania, karena memang mereka berteman sejak kecil.

Sampai Shania remaja dan mengerti soal perasaannya. Sampai Shania terus mengejarnya padahal tidak ada kepastian pun harapan yang bisa ia berikan.

Sampai Shania membully Ann hanya karena Samudra ingin menjadi teman Ann. Sebatas teman. Samudra juga tahu batasan interaksi mereka. Tetapi Ann terus memasang tembok baja berlapis. Ia dingin, tak tersentuh, sehingga membuat Samudra Bumi harus melakukan hal-hal nekat.

Samudra juga hanya pelajar berusia 16, 17, atau 18 tahun. Ia juga punya masa remaja yang dibumbui jatuh cinta, atau konflik batin lainnya. Sekedar perasaan bimbang untuk terus mencoba menjadi teman yang melindungi Ann, atau membiarkan perempuan itu tenggelam dalam lukanya sendirian?

Samudra mengalami semua itu. Sampai ia sadar perasaannya untuk Ann bukan sekedar ingin menjadi teman yang bisa melindungi perempuan itu.

Sampai Samudra sadar dengan perasaannya...

... bahwa Samudra Bumi, jatuh cinta pada Anndara Rembulan.

.

-6-

rumah

.

Adzkia begitu senang, saat mengetahui Ann kembali ke Indonesia. Ia bahkan rela melewatkan bimblenya demi menyambut kedatangan kakak sepupunya.

Pintu kamar yang di dominasi oleh warna biru pucat terbuka. Menampilkan seolah muslimah dengan gamis coksu dan outer hitam.

"Kak Ann!" seru Adzkia.

Kedua persepupuan itu saling memeluk diri. Melepas rindu. Adzkia sampai terisak sebentar.

"Kia rindu banget sama Kak Ann."

"Kakak juga. Maafin kakak, ya."

Ann membawa Adzkia duduk di pinggir single badnya. Kamar ini berbeda dengan kamar lainnya yang mewah dan luas. Kamarnya begitu kecil, sederhana, dan rapi. Sangat menggambarkan karakter Ann yang sangat minimalis dan cinta kerapian.

"Kamu sudah terima paket dari kakak?"

"Paket tanpa nama?"

"Iya."

"Sudah. Tapi dibuang sama mama, kak. Maafin mama ya, kak."

"Udah biasa."

Belum puas melepas rindu, keduanya dikagetkan oleh pintu yang dibuka dengan kasar. Amira masuk, langsung menarik lengan Adzkia untuk berdiri di sampingnya.

"Siapa yang menyuruh kamu pulang, ha'?" Amira menatap keponakannya dengan raut wajah garang. "Harusnya kamu tetap menjadi TKI di Malaysia,"lanjutnya.

"Sudah, ma. Kak Ann baru pulang."

"Pergi ke kamar kamu! Tidak perlu ikut campur." Amira membentak putrinya.

"Nggak, ma. Adzkia sudah cukup dewasa untuk bisa membedakan kalau mama salah."

"Siapa yang mengajari kamu melawan sama mama!"

Deg

Netra Azdkia berkaca-kaca. Ia mengambil langkah mundur perlahan. Menatap mamanya dengan tatapan terluka, sebelum gadis itu lari keluar kamar.

"Adzkia!" Ann berniat mengejar gadis remaja itu. Tetapi dirinya dihadang oleh sang bibi. Amira bahkan mendorong Ann sampai tersungkur di atas lantai.

"Tidak perlu sok peduli dengan anak saya. Sudah cukup uang yang kamu kumpulkan di negara itu sampai berani pulang ke Indonesia, ha'?

Ann berdiri, sembari memegang lengannya yang sakit karena terantuk sudut tempat tidur sewaktu Amira mendorongnya.

"Apa semua uang itu belum cukup, bi?" Ann menatap bibinya nanar. "Uang yang selalu dikirim orang kepercayaan Paman setiap bulan ke rekening bibi, uang yang selalu Ann berikan kepada bibi dari hasil kerja keras Ann, apa semua itu masih kurang, bi?"

"Ooo, sudah berani melawan kamu, ya?!"

"Sampai kapan bibi merasa cukup?" Suaranya lirih, tidak ada amarah disana. Yang ada hanya kesedihan. Wanita berusia 40 tahun yang berdiri dihadapannya sekarang adalah keluarga satu-satunya selain Adzkia.

Amira menarik jilbab Ann. Tetapi Ann sama sekali tidak bergeming menunjukkan rasa sakit akibat tarikan itu. Ia tidak akan terlihat lemah lagi walaupun hatinya kembali hancur.

"Kamu lupa gara-gara siapa paman meninggal? Kalau lupa biar saya ingatkan. Malik Danunendra. Suami saya, ayah dari Azdkia Malika, TEWAS setelah menolong keponakannya dalam kebakaran."

Amira menyentak Ann. Kepala perempuan itu terantuk sudut meja belajar sehingga menimbulkan luka gores kecil dan berdarah.

"Ya Allah..." lirih Ann. Ia memaksa dirinya untuk berdiri menatap sang bibi. Dirinya yang sudah babak belur bakan belum sampai setengah jam dirumah ini.

"Pembunuh! Pembunuh!"

Brak

Hatinya mencelos mendengar ucapan bibinya sebelum keluar dengan membanting pintu. Tubuh Ann langsung merosot ke lantai. Dadanya sesak. Air mata mengalir deras membanjiri wajah. Suara isaknnya terdengar sangat memilukan memenuhi kamar.

Bumi Ann (S1 END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang