Indonesia, 6 bulan kemudian
Ferrari kuning cerah membelah area sirkuit balapan. Bagian atasnya sengaja dibiarkan terbuka, membuat angin menerbangkan bebas rambut pengemudi. Kaca mata hitam bertengger di hidung mancungnya, padahal sudah pukul 11 malam.
Sudut bibirnya tertarik ke atas saat berhasil menyalip lamborghini putih di depannya. Dia memimpin posisi sampai mobilnya melewati garis finish.
"Wooo, gue memang!" serunya. Tangan kanannya terentang keluar. Mobilnya memutar beberapa kali di tempat sehingga meninggalkan bekas ban di atas aspal sirkuit. Si pengendara turun dari mobil, menghampiri lawan balapnya.
"Gue menang!"
Pengakuan itu seolah mengejek. Tetapi mendengar ketukan pada kaca mobilnya, lelaki dengan setelan formal serba hitam itu turun. Dia tertawa renyah. "Iya, iya, Lo selalu menang soal balapan." Dia menyender di mobilnya. Sementara kedua tangan di saku celana.
Si kacamata—Rain—ikut menyender di mobil lawannya, yang tak lain adalah Samudra.
"Lagian Lo udah tau bakal kalah, ngapain ngajak balapan?" tanya Rain.
"Biar Lo menang sekali-kali," jawabnya kalem.
Rain mendorong Samudra. "Kurang asem Lo." Yang didorong hanya tergeser selangkah dan tertawa.
Melihat mood Samudra yang sepertinya baik, Rain rasa ini waktunya menanyakan pertanyaan yang sudah setahun tertahan di kerongkongannya.
Ponsel di sakunya bergetar, Rain mengeceknya. Dia langsung tersenyum miring sesaat. Waktu yang tepat.
"Bro, Lo bener-bener bakal lepasin dia?"
Senyum di bibir Samudra langsung lenyap. Gesturnya langsung kaku. Seolah langsung menangkap arah pembicaraan Rain. Beberapa detik kedepan hanya di makan keheningan.
"Gue..."
"Ragu-ragu itu berarti nggak yakin." Rain berkata kalem. Samudra menoleh saat bahunya ditepuk dua kali oleh Rain. "Perjuangin."
Tak ada respon dari Samudra, Rain menurunkan tangannya. "Lo masih mikirin perkataan gue waktu itu? Soal kalau Lo mundur, gue yang bakal maju?"
Samudra tak bergeming. Dia baru memasang ekspresi heran saat Rain tiba-tiba tertawa kuat.
Rain menghentikan tawa, menyisakan senyuman lebar. "Lo anggap ucapan gue serius?" Wajah Samudra makin keruh. "Gue cuma asal ucap kali. "Dia menyodorkan ponselnya pada Samudra. "Perjuangin."
Bang Raka:
Tomorrow. Soekarno Hatta Airport. 09 am"You know i mean. She's back."
.
S2 - 2
jaket dan minuman rasa cokelat
.
Titik-titik gerimis yang baru turun, membasahi sedan hitam yang sudah terparkir sejak 30 menit lalu. Dia selalu melihat keluar jendela. Ke arah langit, dimana pesawat datang dan pergi.
09.00 WIB
Tepat jam 9 pagi. Lelaki itu menaikkan tudung jaket putih yang ia kenakan sebagai luaran. Sebelum hujan semakin deras, dirinya memilih keluar mobil, meninggalkan parkiran bandara.
Food court di bandara menjadi tujuannya. Dia memesan satu cup cokelat panas. Minuman itu tetap dibawanya dalam paper bag khusus—tidak diminum. Kakinya melangkah menuju lobby Bandara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi Ann (S1 END)
SpiritualSEASON 1 ENDING SEASON 2 ON PROGRES S1 DAN S2 BISA DIBACA BERSAMAAN . Perjuangan Samudra Bumi menaklukkan hati Anndara Rembulan, si tuan puteri yang terasingkan dari istana sejak pamannya meninggal. *** Kalau ditanya siapa orang paling menyebalkan d...