Bagian 5 Akan Kubuat Kau Takluk Padaku

218 6 0
                                    

Naira memperkenalkan Jaka sebagai menejer bagian pemasaran atau marketing manager di pabriknya.Hanya posisi itu yang saat ini tersedia karena menejer yang lama baru saja mengundurkan diri.

Niat Jaka sebenarnya adalah ingin membuat Naira bertekuk lutut padanya lalu meninggalkannya.Naira pasti mudah dikelabui dan disentuh hatinya.

"Sebagai tanda terima kasih karena sudah menjadikanku seorang menejer maka saya ingin mengajak Bu Naira makan bersama" ajak Jaka.

"Makan siang atau makan malam?" tanya Naira acuh.

"Makan malam."

"Makan malam tidak bisa karena saya sedang diet jadi saya tidak makan malam."

"Kalau makan siang?"

"Kamu mengajak saya makan siang rame-rame atau hanya berdua?"

Pertanyaan aneh Naira membuat Jaka kesal.

"Jika hanya berdua apakah ada masalah?"tanya Jaka sudah hilang moodnya.

"Kalau hanya berdua tidak bisa karena saya selalu makan siang dengan karyawan di bawah" jawab Naira yang masih belum paham maksud Jaka.

"Baiklah, jadi kapan Ibu punya waktu luang sendirian sehingga saya bisa mengajak Bu Naira jalan?"

Naira seketika melirik Jaka yang tengah kesal berdiri di sampingnya.Ia menghentikan aktivitasnya ketika itu yang sedang mengawasi para karyawan dari lantai atas.

"Kau berencana mendekati saya atau bagaimana?Kenapa tiba-tiba mengajak saya jalan?" tanya Naira.

Jaka menatap wajah Naira.Kadang perempuan itu terlihat lugu.

"Aku yakin hari-hari Bu Naira sangat membosankan.Hari minggu kita pergi ke car free day.Bagaimana?" paksa Jaka.

"Memang membosankan tapi saya menghasilkan uang."

"Sampai ketemu hari minggu,Bu Naira."

Naira mendengus.Aneh sekali sikap Jaka saat itu.Selama ini tak ada satu pun orang yang mengajaknya pergi atau sekedar mengajak makan.Dan tiba-tiba Jaka melakukannya.Naira tak mau berpikir jauh.Paling dia hanya akan memerasnya saja seperti minta dibayarin makan dan jalan-jalan.Ya,mungkin seperti itu.

Minggu pagi,11 September 2022

Lokasi car free day sangat ramai.Setelah jogging Naira dan Jaka berjalan santai sambil mencari sarapan.

"Boleh aku memanggil Bu Naira dengan sebutan kamu?" tanya Jaka agak keras karena saingan dengan suara musik yang kenceng.

"Tidak boleh."

"Kenapa?"

"Karena saya atasan kamu dan kamu hanya bawahan saya" jawab Naira.

"Bu Naira pernah pacaran?" tanya Jaka lagi.

"Silakan cari pertanyaan lain?"

"Kenapa Bu Naira tidak suka membicarakan laki-laki? Bu Naira punya trauma dengan laki-laki?"

Naira tak menggubris pertanyaan Jaka.Ia tetap fokus pada para pedagang keliling yang berderet di sepanjang jalan Sudirman.

"Bolehkah aku kenal lebih dekat dengan Bu Naira?Apakah Ibu keberatan?"

Naira tetap tidak bergeming.Tak satupun kata yang merespon pertanyaan Jaka.Sebaliknya Jaka bertekad akan meluluhkan hati Naira dalam waktu sesingkat-singkatnya.

"Bisakah kita berteman?"

Kali ini Jaka mencegat langkah Naira.Naira berhenti di tengah jalan.Mata mereka saling pandang.

"Kenapa kau ingin berteman dengan saya?" tanya Naira serius.

"Tidak tahu.Aku tidak punya alasan untuk itu.Hanya berteman, apakah salah?"

"Kamu tidak punya motif.Saya tidak bisa berteman dengan orang yang tidak memiliki motif."

Lidah Jaka serasa kelu menghadapi sikap dingin Naira yang tak semudah ia bayangkan.Naira benar-benar dingin dan tak tergoyahkan.Hal ini akan sangat sulit untuk Jaka memuluskan rencananya.

"Baiklah,Bu Naira.Mungkin saat ini kita belum bisa berteman tapi aku punya keyakinan kuat kalau Bu Naira mau menjadi temanku."

"Oke,kita lihat nanti."

Jaka lalu berjalan mendahului Naira.Saat itu juga hati Naira sedikit tersentuh dengan kata-kata Jaka.

"Apa sebenarnya tujuan Jaka mengajaku jalan? Dia tak mungkin berubah secepat ini.Pasti dia sedang merencanakan sesuatu" tutur batin Naira bergejolak saat itu.

Jaka pun demikian.Ia masih tak habis pikir dengan sikap dingin Naira.Bisa-bisanya dia dengan tenang menolak rayuan dan bujukan darinya yang terkesan begitu memohon.Apakah perempuan itu tidak memiliki hati? Jaka makin penasaran dengan Naira.Meskipun ia sadar faktor usialah yang menyebabkan Naira begitu berhati-hati dalam membuka hubungan dengan siapa saja.

Memikirkan Naira lagi dan lagi menjadikan Jaka pusing tujuh keliling.Waduh,jangan-jangan malah ia sendiri yang terjebak kedalam perangkap yang telah dibuatnya sendiri.

Ruang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang