Bagian 20 Aku Tak Mengerti Jalan Pikiranmu,Pak Jaka.

55 3 0
                                    

Sore itu Bu Sindi mengundang Naira ke rumahnya untuk memberi ucapan selamat atas keberhasilan Naira Food yang baru saja mengekspor produknya untuk pertama kali.Di sela-sela pembicaraan mereka tiba-tiba Jaka datang dengan sepeda motornya.Jaka pun tak menyangka akan bertemu bosnya di rumah itu.

"Maaf,Bu Naira,saya enggak nyangka akan kedatangan tamu Pak Jaka.Bu Naira enggak keberatan kan saya tinggal sebentar karena harus menemui Pak Jaka?" kata Bu Sindi yang secara implisit menyuruh Naira untuk pulang.

"Oh tidak apa-apa.Kebetulan sudah mau maghrib jadi saya pamit saja sekalian."

Naira berjalan berpapasan dengan Jaka di halaman rumah Bu Sindi.

"Silakan,Pak Jaka sudah ditunggu Bu Sindi" kata Naira berusaha bersikap sewajar mungkin.

Jaka tersenyum getir.Dalam hati, ini akan jadi yang terakhir ia menemui Bu Sindi.Dan kali terakhir Naira melihatnya di rumah Bu Sindi.Begitu khawatirnya ia pada perasaan Naira.Jaka takut Naira cemburu.Ya meskipun beberapa waktu lalu ia sangat menikmati momen ketika ia berhasil membuat Naira dibakar api cemburu oleh ulahnya yang sengaja menggoda Bu Sindi di depannya.

Naira membuka sebuah undangan gala dinner di emailnya.Apakah karena keberhasilannya di even KTT G20 lalu sehingga ia kini diundang gala dinner oleh grup pengusaha UMKM dan pengusaha elit.Satu lagi pencapaian yang luar biasa baginya.

Tiba-tiba Bu Sini menelpon.

"Maaf ya Bu Naira,Ibu terpaksa pulang lebih awal karena ada Pak Jaka" ucap Bu Sindi.

"Tidak apa-apa,Bu.Memangnya ada keperluan apa ya Pak Jaka barusan ke rumah Bu Sindi?"

Tiba-tiba saja meluncur pertanyaan bodoh itu dari mulut Naira.Pertanyaan yang sebenarnya tak perlu ditanyakan pada investornya itu.

"Oh,itu masalah pengajuan proposal investasi yang pernah saya bilang ke Bu Naira waktu itu.Dia membatalkan proposalnya" kata Bu Sindi yang kedengaran agak kecewa.

"Kenapa dibatalkan?"

"Karena dia gak setuju dengan syarat-syarat yang saya ajukan."

"Syaratnya pasti berat banget ya sampe-sampe Pak Jaka enggak bisa memenuhinya?" kata Naira hanya mengira-ngira.

"Gak berat kok sama aja kayak saya ngajuin syarat ke Bu Naira cuman saya tambahin beberapa poin kayak Pak Jaka bersedia datang ke acara yang saya adakan baik acara bisnis maupun acara pribadi."

"Lho itu kan mudah banget bagi Pak Jaka untuk menyetujuinya.Syarat seperti itu seharusnya tidak berat buat dia" ujar Naira yang sebenarnya kaget juga dengan pengakuan Bu Sindi.

"Seharusnya sih begitu ya.Tapi dia tetap menolak dengan alasan pribadi.Entah apa itu alasannya.Mungkin Pak Jaka sudah punya pacar sekarang jadi dia takut menyakiti perasaan pacarnya" tuduh Bu Sindi.

"Mung-kin" timpal Naira sedikit sakit telinga juga mendengar cerita Bu Sindi.

"Kira-kira Bu Naira tahu gak Pak Jaka lagi deket sama siapa sekarang?"

Naira agak kaget dengan pertanyaan Bu Sindi.

"Maaf saya gak begitu memerhatikan Pak Jaka.Dia sih seringnya kemana-mana dengan asisten saya."

"Begitu,ya?Saya akui asisten Bu Naira itu cantik juga orangnya."

Mendengar kekecewaan dari suara Bu Sindi membuat Naira berpikir apakah janda satu anak itu betul-betul suka dengan Jaka.

Gala dinner untuk pengusaha UMKM di akhir tahun itu memantik semangat Naira untuk meraih kesuksesan demi kesuksesan di tahun depan. Naira diantar Pak Emir seperti biasanya.Dengan mengenakan setelan celana dan atasan batik Pekalongan,Naira berbaur dengan tamu lain.

Ruang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang