Gemuruh suara sorak-sorai penonton memenuhi ruangan studio satu TVNasional sore itu.Sang pembawa acara bincang-bincang terkenal itu melontarkan pertanyaan demi pertanyaan pada Jaka Budiman terkait kegigihannya mengenalkan budi daya lobster dan udang di kampungnya,Desa Sukamulya.
Usaha yang dirintis pemuda tampan itu kini mampu mengubah nasib warga di kampungnya.Keluwesan Jaka dalam menyampaikan kalimat-kalimat sangat tertata dan komunikatif.Sampai-sampai sang pembawa acara berseloroh,"Anda sudah pantas jadi host acara di TV atau jadi pembaca berita."
Semua tamu yang sebagian berasal dari Desa Sukamulya itu serentak tertawa riang diiringi tepukan tangan melihat pahlawan desanya dipuji setinggi langit oleh orang beken.
Rombongan Desa Sukamulya bersiap kembali ke kampung setelah Jaka selesai syuting.
"Kapan acaranya tayang di TV?" tanya Pak Karya.
"Katanya minggu depan" jawab Jaka.
Rombongan sudah masuk ke bus sedangkan Jaka dan kedua orangtuanya masih di luar.
"Bapak dan Ibu pulang duluan,ya.Jaka harus ketemu seseorang dulu" kata Jaka dengan ragu-ragu.
Pak Karya dan istrinya saling berpandangan.
"Mau menemui Bu Naira?" tebak Pak Karya dengan ekspresi kurang menyenangkan.
"Iya" aku Jaka dengan tegas "Bagaimanapun juga dia yang sudah mengenalkan dua investor itu ke Jaka.Dia punya andil atas keberhasilan Jaka dan warga Desa Sukamulya.Bapak dan Ibu keberatan kalau Jaka ingin mengucapkan terima kasih pada Bu Naira?"
Ibu Jaka menunduk sambil meremas jari-jemarinya sendiri.
"Tidak.Iya kan, Pak?" ujar Ibu Jaka lalu memberikan senyuman dan tatapan penuh arti kepada suaminya.
Pak Karya mengerti tatapan istrinya tersebut.Ia dipaksa untuk legowo pada kenyataan bahwa anak semata wayangnya itu masih ingin mengejar impiannya yang lain yaitu Bu Naira.
"Pergilah.Sampaikan juga salam dan rasa terima kasih kami untuk Bu Naira."
Kalimat dari mulut bapaknya tersebut seakan restu dan kini menjadi kekuatan terbesar untuknya.Hari itu terbit kembali debaran-debaran tak karuan,perasaan campur aduk yang tak berkesudahan dan hati yang berkecamuk setiap kali terbayang wajah Bu Naira di angannya.
Jaka kemudian mencium tangan kedua ibu bapaknya sebelum akhirnya mereka berpisah di parkiran gedung TVNasional.
Jaka segera meluncur ke pabrik Naira Food,tempat di mana ia dapat menemukan perempuannya.Ya,bagi lelaki berkulit kuning langsat itu Naira adalah miliknya selamanya.Terkesan egois memang.Cinta sendiri itu berhasil disimpannya hingga tiga tahun lebih.
Pabrik Naira tampak lengang.Tak sesibuk tiga tahun silam.Ada apa dengan Naira Food? Jaka masuk ke dalam setelah melalui pemeriksaan oleh satpam di pos jaga.Ia memandang sekeliling sambil mencari-cari keberadaan pemilik pabrik itu.
Arah matanya tertuju ke atas tangga di lantai dua.Naira berdiri sedang mengawasi para karyawan yang sedang bekerja.Bola mata keduanya bertemu dari kejauhan.Tubuh Naira gemetar seketika melihat sosok pria yang ia kenal sedang berdiri menatapnya.
"Mas Jaka!" panggil Josi dari arah belakang Jaka.
Jaka menoleh.Naira pun berbalik badan seakan ia tak mau melihat pria itu.Naira cepat-cepat masuk ke ruangannya untuk menghindari pertemuannya dengan Jaka.
Sementara itu,Josi meraih tangan Jaka.
"Mas Jaka lagi ada di Jakarta,ya? Kapan datang? Udah lama,ya?" pertanyaan Josi mengikis bayangan wajah Naira seketika dari pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Rasa
RomanceSebagai pengusaha keripik singkong kelas menengah,Naira Puspita rela melakukan apa saja demi memajukan bisnis kecilnya termasuk memanfaatkan keluguan Jaka Budiman hingga mereka masuk kedalam ruang perasaan penuh warna yang tak terelakan.