Bagian 6 Debaran Hati Untuk Pertama Kali

166 4 0
                                    

Senin adalah hari yang sibuk.Setiap senin Naira akan pulang lebih larut dari biasanya karena ia akan memastikan semua produknya sudah masuk kardus-kardus lalu di hari selasa baru didistribusikan ke toko,supermarket,pasar,dan lainnya.

"Mas Jaka,aku balik duluan,ya."

Josi pamit pada Jaka yang masih duduk di depan laptopnya.Jaka mengangguk tanpa melirik Josi.Jaka melihat jam di laptopnya.Waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam.

Jaka menyudahi aktivitasnya.Ia merapikan mejanya lalu keluar dari ruangannya.Ia melewati ruangan Naira namun Naira tak ada.Ruangan itu tembus pandang karena dindingnya dari kaca.Ketika Jaka menuruni anak tangga, ia melihat Naira di bawah sedang mengecek kardus-kardus berisi keripik singkong yang akan dikirim esok pagi ke berbagai daerah.

Entah kenapa tiba-tiba saja hati Jaka berdebar melihat Naira yang masih fokus dengan kerjaannya.Apakah dia tidak pernah merasakan lelah atau kantuk?Sebenci apa pun Jaka pada perempuan itu dulu yang dilihatnya kini justru berbeda.Langkah kaki Jaka makin mendekati Naira.Dan debaran didadanya makin kuat.

"Ini sudah jam sebelas,Bu.Kenapa Bu Naira belum pulang?" tanya Jaka berhenti di belakang Naira yang masih menghitung kardus-kardus.

"Kau pulang duluan saja.Aku belum selesai."

"Tapi sudah tidak ada orang di pabrik."

"Tidak apa-apa.Aku sudah terbiasa.Malam selasa memang akan seperti ini."

Jaka merasa jengah mendengar jawaban Naira yang super duper menunjukan kemandiriannya.

"Aku akan berdiri di sana.Ibu panggil saja jika butuh sesuatu."

Akhirnya Jaka mengalah membiarkan Naira fokus dengan pekerjaannya yang sebenarnya bukanlah tugasnya.Jaka berdiri di pintu pabrik sambil sesekali memandang Naira apakah perempuan itu masih di sana atau sudah pergi.

Menjelang setengah satu pagi barulah pekerjaan Naira selesai.Jaka yang menunggui Naira tertidur di kursi dekat pintu masuk bagunan pabrik.

Naira memandang Jaka.Ia terpesona dengan ketampanan pemuda itu tapi cepat-cepat ia tepis perasaan tersebut.Ia tak boleh takluk pada Jaka atau pria manapun.Laki-laki semuanya sama.Mereka hanya ingin uang Naira saja.

Tiba-tiba Jaka terbangun.

"Aku sudah selesai.Kau mau menginap di pabrik atau ikut pulang denganku?" ajak Naira.

Naira mengulurkan tangan supaya Jaka bangun lebih mudah dengan bantuan tangan Naira.Tanpa disadari tangan mereka bersatu.Jaka dan Naira merasakan getaran aneh di seluruh urat nadinya.

"Ayo.Aku antarkan sampai kontrakan."

Jaka mengernyitkan alisnya.Sikap Naira tiba-tiba berubah lemah lembut.Jaka pun masuk ke mobil Naira.Selama perjalanan mereka tak berkata sepatah kata pun.Naira tahu kontrakan Jaka karena memang Naira akan menghafal data setiap karyawannya.

"Sudah sampai."

"Terima kasih sudah mengantarku."

"Ya,sama-sama.Sampai jumpa besok pagi."

Jaka ragu-ragu ketika akan keluar dari mobil Naira.

"Ada yang ketinggalan?" tanya Naira.

Jaka hanya tertegun memandang Naira.Mata mereka saling berpandangan selama beberapa detik.

"Tidak ada."

Jawaban Jaka memutuskan sinyal getaran-getaran perasaan keduanya.

Dalam perjalanan pulang Naira terus bertanya-tanya dalam hati.

Perasaan apakah barusan?Kenapa ia merasa deg degan dan tak karuan ketika ditatap oleh Jaka?Jaka tak boleh masuk dan mengacaukan pikirannya.Jaka adalah penyusup.Dia berbahaya.

Di waktu yang sama namun di tempat berbeda.Jaka menjatuhkan tubuhnya di kasur.Ia pun memikirkan kejadian absurb barusan di mobil Naira.

"Bodoh kamu, Jaka.Tadi itu harusnya kamu gak noleh ke Bu Naira dan natap dia begitu lama."

Jaka mengumpati dirinya sendiri.Lalu tiba-tiba dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Astaghfirullohaladzim.Sadar,Jaka.Misi kamu itu balas dendam ke Bu Naira.Gara-gara dia rencanaku gagal total" Jaka kembali bermonolog.

Tanpa diketahui Jaka,dari balik jendela kamar Jaka yang terbuka sudah berdiri pak Emir yang merekam pengakuan Jaka barusan.Rupanya sopir kepercayaan Naira itu sudah mencium bau-bau balas dendam dari perubahan sikap Jaka yang sangat drastis namun ia harus membuktikannya sendiri.Malam itu Pak Emir sengaja menunggu Jaka di kontrakannya.Begitu Jaka muncul,ia langsung sembunyi di balik jendela kontrakan Jaka.

"Tapi balas dendam itu salah dan dosa.Aku bukan orang jahat yang bisa tega melihat perempuan menderita.Oh Tuhan,aku harus bagaimana? Aku yakin Bu Naira tidak sejahat itu.Kok aku malah jadi mikirin  dia,ya?Ada apa sama aku Ya Tuhan?"

Monolog Jaka berikutnya namun sayang bagian ini tidak direkam oleh pak Emir karena pak Emir sudah pergi tadi.

Ruang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang