Bagian 11 Perseteruan Dua Hati

88 3 0
                                    

Josi melihat Jaka sedang bicara dengan Sindi di telepon.Ia memerhatikan gelagat Jaka belakangan ini yang lebih sering telponan dari pada mengerjakan pekerjaan hariannya di pabrik.

"Teleponan sama siapa sih,Mas?' tanya Josi kepo.

"Sama investor kita."

"Pak Willi?" tebak Josi.

"Bu Sindi Saputri" tutur Jaka tersenyum lebar.

"Ati-ati lho mas sama dia.Denger-denger sih katanya dia suka daun muda."

Josi berbisik pada Jaka.Jaka hanya hanya tertawa geli.

"Kalo bos mbak Josi sendiri suka daun muda atau tidak?" tanya Jaka begitu saja keluar dari mulutnya.

"Bu Naira? Aku gak tau seleranya.Dia gak bisa ditebak.Menurut Mas Jaka gimana?"

Jaka melirik ke arah Naira yang sedang berdiri mengawasi karyawan.

"Aku juga gak tau.Mungkin seleranya sultan Brunei kali yang kaya raya."

Jawaban Jaka membuat Josi tertawa terbahak-bahak.Saking kencengnya suara Josi membuat Naira berbalik badan.Dia bertemu pandang dengan Jaka saat itu juga.Jaka langsung membuang muka.Ia merasa muak melihat tatapan penuh intrik itu.Selama ini dia yakin Naira wanita yang baik namun ia salah mengira.

Naira duduk bersama karyawan lain menyantap makan siang.Tiba-tiba Jaka duduk di sebelahnya sambil membawa kotak makan siangnya.

"Selamat untuk tambahan investasi 20 persennya,Bu Naira."

Naira langsung menoleh ke arah Jaka mendengar kabar baik itu.

"Kamu berhasil?"tanya Naira girang.

"Tentu saja aku berhasil."

"Bagaimana bisa secepat itu dia menyetujui proposal kita?"

Pertanyaan Naira tak digubris Jaka.

"Apa yang sudah kamu lakukan hingga dia mau menambah investasinya?"

Jaka giliran menatap Naira.Tatapan Jaka datar.

"Seperti yang Bu Naira sarankan.Saya membuat dia senang."

Jawaban Jaka sangat getir di telinga Naira.Naira segera meminum air mineralnya.Sebaliknya Jaka melihat ketidaknyamanan pada gelagat perempuan itu.Apakah dia cemburu sekarang?

"Selamat.Kamu memang bisa diandalkan."

Ucapan selamat Naira terdengar hambar dan palsu bagi Jaka.

Suatu ketika Naira memergoki Jaka sedang tertawa pelan mendengar suara dari ponselnya.Saat itu ia hendak membuat kopi di pantry di lantai bawah.Jaka duduk di meja pantry sementara Naira menyeduh kopinya.

Mungkin dia sedang bicara dengan Sindi.

"Seakrab itukah mereka sekarang?" batin Naira bertanya-tanya.

Jaka masih asyik dengan aktivitasnya sementara Naira selesai membuat kopi.Naira meninggalkan lelaki itu yang masih cekikikan dengan ponselnya.

"Sampai ketemu nanti malam" kata Jaka mengakhiri percakapannya.

Jaka meninggalkan pantry.Ia melihat Naira sedang ngopi bersama karyawan lainnya.Waktu istirahat masih tersisa sepuluh menit lagi.Entah kenapa hanya perasaan pahit bercampur benci yang dirasakan Jaka kala itu.Susah payah ia berusaha mengambil hati Bu Naira tapi perempuan itu malah membuka hatinya lebar-lebar untuk karyawan-karyawannya.

"Kenapa dia bisa tertawa selepas itu dengan mereka?Sedangkan dia selalu dingin padaku.Bu Naira,kenapa kamu selalu membuatku tak karuan seperti ini?" tanya Jaka dalam batinnya.

Ruang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang