Bagian 24 Hanya Nasib yang Berubah,Hati Takkan Berpindah.

50 3 0
                                    

Hiruk pikuk kesibukan di pabrik Naira food setiap hari selalu sama.Tiga tahun setelah Jaka keluar dari sana tak mengubah apa pun.Karyawan Naira food tak bertambah malah makin berkurang disebabkan penurunan produksi karena kurangnya bahan baku.

Tahun lalu Naira memutus kontrak dengan petani Desa Sukamulya.Hingga hari ini pemasok utama hanya dari Bogor.

Sementara itu ekspor ke negara-negara Eropa pun sudah tidak diperpanjang lagi.Alasannya tentu saja karena ketidakstabilan politik di Eropa.

Kini Naira hanya memiliki kurang dari 100 karyawan.Tak hanya itu,ia juga kehilangan dua investor secara perlahan.Pertama Pak Hadi kemudian Pak Willi.Bu Sindi masih percaya dengan Naira sehingga masih memberikan dana meskipun hasil yang ia peroleh tak sebanyak dulu.

"Seperti yang kita ketahui bahwa kondisi Naira Food sedang sulit,maka dari itu saya minta saran dari kalian untuk kelangsungan bisnis kita" kata Naira dalam rapat di ruangannya.

"Saran saya kita harus kembali ke Desa Sukamulya dan melanjutkan kerja sama dengan petani singkong di sana.Tapi untuk itu kita perlu investor karena para petani di sana pasti minta DP sebelum hasil panen dikirim ke pabrik" kata Bu Maria.

"Kita coba dekati Pak Willi lagi" saran Pak Alex.

"Kondisi Pak Willi pun setali tiga uang dengan kita.Anaknya sakit parah dan butuh biaya banyak untuk pengobatan" timpal Josi.

Melihat para karyawannya saling bertukar pendapat membuat Naira kembali bersemangat untuk terus mencari jalan keluar supaya bisnisnya kembali bersinar seperti dulu.

Ia memutuskan untuk menjual rumah,mobil,dan sebidang tanah miliknya.Sayangnya Naira tak mengikuti saran pegawainya untuk kembali bekerja sama dengan petani singkong di Desa Sukamulya.Ia justru memilih mencari pemasok baru namun masih dari Bogor.

Di tempat lain.

Sejak usaha budi daya lobster dan udang air tawar dijalankan tiga tahun lalu kini rata-rata pendapatan perkeluarga di Desa Sukamulya mencapai sepuluh hingga lima belas juta rupiah perbulan.Keberhasilan tersebut tentu tak luput dari kerja keras Jaka sebagai pencetus ide bisnis perikanan di desanya.

Sementara itu para petani singkong sudah beralih ke padi sejak setahun lalu.

Rumah Jaka yang hampir setiap hari selalu kedatangan tamu dari kecamatan,kabupaten bahkan pejabat provinsi hari ini nampak lengang dari biasanya.Jaka yang dulu klimis dan rapih kini tak lagi memerhatikan penampilannya.

"Mau kemana?" tanya Ibu Jaka.

"Ke kabupaten.Ada undangan dari Pak Bupati" jawab Jaka.

"Ke salon dulu.Cukuran dulu.Liat tuh rambut kamu udah kayak singa" suruh Ibunya sambil duduk di kursi makan sembari memerhatikan anaknya yang sedang memakai jaket abu-abu.

"Nantilah,Bu.Gak sempet."

"Masak mau ketemu Pak Bupati penampilan kamu begitu?"

"Penampilan Jaka masih oke kok,Bu.Masih ganteng" puji Jaka pada dirinya sendiri.

Jaka kemudian pamit pada ibunya dan masuk ke dalam mobil van berwarna putih.Jaka mengemudikan mobil itu dengan pelan sembari membalas senyuman orang-orang desa yang menyapanya duluan.Sesekali ia melirik ke kaca spion samping.Wajahnya yang dulu tampan kini tampak kucel.Beberapa tahun ini ia memang terlalu fokus pada impiannya yaitu budi daya lobster dan udang.

Hari itu Jaka diundang oleh Bapak Bupati untuk membagikan pengalamannya menjadi penggerak budi daya lobster dan udang di desanya.Acara itu juga dihadiri oleh wartawan lokal dan ibukota.

Berita tentang keberhasilan Jaka dan warga Desa Sukamulya sampai ke telinga produser TV nasional.Jaka diundang oleh sebuah acara talkshow untuk menjadi bintang tamu.

Ruang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang